MALANG, Tugujatim.id – Kawasan Jalan Soekarno-Hatta Malang kian bersolek dan makin cantik saja hingga saat ini. Bahkan, kawasan yang dulunya perkebunan kopi itu bermetamorfosis jadi pusat surganya kuliner di Kota Malang. Bagaimana sejarah Jalan Soekarno-Hatta ini hingga bisa menjadi wilayah potensial bagi perekonomian masyarakat?
Awalnya kawasan Jalan Soekarno-Hatta sempat melambungkan nama Malang melalui hasil perkebunan kopi. Saat era kolonial Belanda pada awal 1800-an, wilayah Malang hampir tidak pernah dilirik siapa pun. Sebab, dunia pariwisata maupun ekonomi masyarakat belum begitu bergeliat.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Kota Malang Agung Buana mengatakan, kondisi wilayah Malang berubah makin bersinar setelah perang Jawa yang pecah pada 1830. Dia mengatakan, perang itu mengakibatkan harta milik kolonial Belanda terkuras habis.
Untuk bangkit, dia melanjutkan, Belanda kemudian melancarkan kebijakan tanam paksa di berbagai daerah di Jawa.
“Jadi, Belanda sempat mengeluarkan kebijakan tanam paksa. Itu imbas dari keuangan mereka yang memburuk,” ujarnya.
Menurut dia, Malang menjadi salah satu wilayah yang terimbas kebijakan tanam paksa. Jadi, gerakan menanam kopi berkembang di Malang sekitar 1840. Wilayah Malang menjelma menjadi kawasan perkebunan kopi yang ternyata dinilai sebagai salah satu yang terbaik.
Dia melanjutkan, nama Malang melambung hingga dilirik pihak penggerak sektor perekonomian dari berbagai daerah. Malang pun semakin terkenal dengan kualitas kopinya hingga mencapai puncak kejayaan kopi pada 1870.
“Dulu awal lahan kopi di Malang itu di daerah Penanggungan, Suhat, sampai Dinoyo. Lalu berkembang di Sengkaling sampai Pujon,” kata Agung Buana.
Dia membeberkan, kawasan Jalan Soekarno-Hatta Malang yang terletak di Kecamatan Lowokwaru itu tidak lagi menjadi kebun kopi. Sebab, beragam infrastruktur telah berdiri, mulai jembatan kembar, perguruan tinggi, perhotelan, penginapan, rumah sakit, perumahan, museum, masjid, vihara, balai budaya, hingga monumen pesawat militer.
Terbaru, kawasan ini juga menjadi pusat surganya pencinta kuliner. Apalagi ribuan mahasiswa di Malang hilir mudik di Jalan Suhat dan menjadi sumber penggerak berbagai sektor perekonomian.
Tentu potensi pajak restoran, parkir, hingga perhotelan yang ada di kawasan Suhat telah menjadi salah satu pedompleng pendapatan asli daerah (PAD) Kota Malang. Kawasan ini memang tampak seakan tidak pernah sepi, bahkan terus bergerak selama 24 jam. Di sepanjang Jalan Suhat, dipenuhi ruko hingga kedai kedai kopi maupun restoran yang terus sibuk melayani pengunjung yang datang. Bahkan, beberapa titik dimanfaatkan sebagai pusat street food, salah satunya di depan maupun seberang Taman Krida Budaya.
Anda bisa mendapatkan berbagai kuliner di sana. Mulai masakan tempo dulu, hidangan viral, hingga makanan maupun minuman kekinian. Tentu saja, kawasan ini terus ramai pengunjung, baik hari biasa maupun weekend.
Tak hanya pusat kuliner, di sekitar Jalan Suhat juga ada pusat pendidikan, kesehatan, dan budaya. Mulai Universitas Brawijaya, Politeknik Negeri Malang, RSUB, hingga Museum Mpu Purwa yang menyimpan jejak peradaban 5 kerajaan besar di Nusantara.