TUBAN, Tugujatim.id – Prakiraan puncak musim kemarau di Tuban diprediksi pada Juli-Agustus 2023. Hal ini berdasarkan prediksi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Jawa Timur bakal mengalami puncak musim kemarau pada Juli-Agustus 2023. Kondisi ini memang maju hingga sama dengan normalnya. Dilihat dari perkembangan dinamika atmosfer saat ini untuk wilayah Jawa Timur, termasuk Kabupaten Tuban, akan menghadapi musim kemarau pada April 2023.
“Kalau musim kemarau dimulai April. Sedangkan prediksi puncaknya pada Juli-Agustus 2023,” ucap Kepala Stasiun BMKG Kelas III Tuban Zem Irianto Padama kepada Tugu Jatim, Kamis (09/03/2023).
Dia berharap masyarakat tidak terlalu panik dalam menanggapi informasi prakiraan musim kemarau di Tuban tahun ini. Sebab, dalam 2 tahun terakhir musim kemarau wilayah Tuban juga dimulai April. Puncaknya terjadi pada Juli-Agustus.
“Namun, perlu juga kami imbau untuk mempersiapkan diri dan lingkungan sekitar dalam menghadapi musim kemarau 2023,” ungkapnya.
Sejumlah imbauan itu, di antaranya untuk selalu menghemat penggunaan air, menyimpan air, tidak membuang puntung rokok sembarangan, tidak menebang pohon, maupun menanam pohon di sekitar lingkungan.
“Kami akan informasikan selanjutnya. Apabila analisis dari BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur sebagai UPT yang memiliki tanggung jawab dalam hal prakiraan musim sudah dikeluarkan,” ujarnya.
Sebelumnya, BMKG pusat mengeluarkan siaran pers pada 6 Maret 2023 bahwa instansi memprediksi musim kemarau 2023 akan tiba lebih awal dari sebelumnya. Selain itu, curah hujan yang turun selama musim kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya. Adapun puncak musim kemarau 2023 diprediksikan terjadi pada Agustus 2023.
Wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada April meliputi Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur. Sedangkan wilayah yang memasuki musim kemarau pada Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, Papua bagian selatan.
Baca Berita Lainnya:
Viral Komunitas Trail Rusak Habitat Edelweis di Upas Bandung
Harga Tiket Masuk Goa Selomangleng Tulungagung, Cek Lokasinya
Sementara itu, dia menambahkan, wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada Juni meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.
Menyikapi situasi tersebut, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).
“Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir,” imbuhnya.
Pemerintah daerah dan masyarakat, dia menambahkan, dapat lebih optimal menyimpan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.