Hari ini, 12 oktober 2020, Jawa Timur tepat berusia 75 tahun. Menurut Guru Besar Ilmu Administrasi yang juga Direktur Pascasarjana Unisma, Masud Said, ada sejumlah catatan Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.
”Gubernur terbiasa kerja tanpa libur, tidak aneh kalau kinerja Provinsi Jawa Timur dinilai oleh Kemendagri dan pemerintah pusat, sebagai provinsi yang berkinerja sangat tinggi,” katanya.
Karena inilah, Khofifah berkolaborasi dengan antara pimpinan OPD, Kapolda Jatim, Pangdam V Brawijaya, Kejaksaan Tinggi dan instansi vertikal Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dalam menangani COVID-19.
Sebagai penanggung jawab Satgas penaggulangan COVID-19, Khofifah juga melakukan terobosan dengan melakukan intensif dengan jajaran Kementrian Kesehatan, jajaran Kementerian Sosial, pimpinan BNPB, Menko Ekuin, Menko Polhukam, Menko PMK dan bahkan kepada Presiden RI untuk menyampaikan hal-hal strategis penanganan COVID-19 di Jawa Timur.
”Khofifah juga telah melakukan roadshow keliling Jawa Timur dan bahkan untuk kampanye hidup sehat. Ini adalah cara komunikasi khas Jawa Timur-an yang tak hanya akan membahagiakan masyarakat tapi juga kesempatan menyelami kehidupan masyarakat di daerah,” imbuh alumnus the Flinders University, Australia ini.
Yaa Allah Yaa Salaam Salimna Min Corona Bijahi Sayyidina Muhammad RasulillahMasud Said juga menyinggung soal capaian indeks demokrasi Jawa Timur. Peningkatan indeks pembangunan manusia, penghargaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, tata kelola BUMD yang semakin baik, iklim investasi yang paling kondusif di Pulau Jawa. Turunnya angka kematian COVID-19 yang signifikan; kolaborasi dengan tokoh tokoh masyarakat yang lebih massif; perpaduan antara rancangan prioritas pembangunan dengan kegiatan turun lapangan.
”Khofifah adalah manusia kerja, dia tak ingin duduk duduk saja di kursi namun juga mengkordinasikan semua tindakan dengan cross-check langsung ke lapangan,” imbuhnya.
Khofifah banyak diakui sebagai pemimpin dengan energi tinggi dan disegani karena networking-nya yang hidup di kalangan atas, di tengah yaitu antar kolega pemerintahan dan juga memiliki akar yang sangat kuat dan luas di kalangan bawah.
Tidak ada pimpinan Indonesia yang memiliki kekuatan grassroot sekuat Khofifah, di tingkat nasional sekalipun. Hal ini Track record Khofifah dalam kancah legislative dan eksekutif sejak Orde Baru membuat Khofifah sangat matang dalam pemerintahan.
Kualifikasi kepemimpinan Khofifah dijadikan modal untuk mendorong, mengakselerasi capaian kuantitaif strategis. Diakui Khofifah, dia telah dan akan terus melakukan terobosan terobosan program kerja yang tertuang dalam Nawa Bhakti Satya.
Demikian pula dalam masa awal pemerintahannya Khofifah-Emil menggagas cara kerja dalam tag line Cettar di mana dalam adagium ini pemerintah dan birokrasi didorong untuk bekerja cepat, efektif, efisien, tanggap, transparan, akuntable dan responsive.
”Cara kerja itu adalah budaya kerja khas Khofifah,” imbuhnya.
Melalui Nawa Bhakti Satya; apa yang digagas dalam program unggulan pemerintahannya digambarkan sedemikian rupa sehingga menjangkau kepentingan umum dan aspirasi masyarakat Jawa Timur. Antara lain dari masalah peningkatan kesejahteraan (Jatim Sejahtera) akses; inovasi dan kualitas Pendidikan dan Kesehatan (Jatim Cerdas dan Sehat).
Selain itu ekonomi lokal di daerah dan infrastruktur di daerah (Jatim Akses), masalah ketenagakerjaan (Jatim Kerja); iklim demokrasi, gotong royong; kerukunan dan kebudayaan (Jatim Harmoni); tumbuhnya suasana kondusif untuk pertanian; perikanan dan agro industry (Jatim Agro).
Serta pemberdayaan masyarakat, perempuan dan UMKM (Jatim Berdaya); iklim budaya anti korupsi, bekerja dengan efisien dan tata kelola yang baik atau good govenance (Jatim Amanah). (Ads/riq)