MOJOKERTO, Tugujatim.id – Selain di bawah patung Buddha Tidur, ada pula relief di bagian barat gedung yaitu relief Dharma Sala Mojokerto. Gedung ini merupakan sentral peribadatan yang digunakan oleh para pemeluk agama Buddha. Termasuk untuk keperluan perayaan Hari Raya Waisak.
Upasaka Pandhita Maha Vihara Majapahit, Dharmapalo Saryono mengatakan, relief pada bagian belakang gedung Dharma Sala mengisahkan sejarah sang Buddha sejak lahir hingga wafat.
“Kalau relief Dharma Sala di gedung itu menceritakan perjalanan hidup mulai kelahiran hingga sang Buddha wafat,” kata Saryono pada Sabtu (03/06/2023).

Saryono mengisahkan, awal mula relief bercerita tentang kerajaan di Kapilavastu yang dipimpin oleh Raja Suddodhana yang memiliki istri Dewi Maha Maya. Pada suatu malam, Dewi Maha Maya bermimpi melihat seekor gajah yang memegang setangkai bunga teratai pada belalainya. Lantas, seekor gajah tersebut masuk ke dalam perut Dewi Maha Maya.
“Setelah mimpi itu, raja lalu memanggil para pertapa untuk menafsirkan mimpi dari istrinya,” imbuh Saryono.
Para pertapa yang hadir karena undangan raja tersebut mengartikan bahwa Dewi Maha Maya akan melahirkan seorang anak. Nah, anak tersebut nantinya bisa menjadi pemimpin kerajaan sekaligus jadi pemimpin umat manusia.
Pemimpin umat manusia yang dimaksud oleh pertapa adalah ketika anak dari Dewi Maha Maya nanti menjumpai empat hal di luar istana. Empat hal tersebut adalah orang meninggal, orang sakit, seorang pertapa, dan orang yang sudah tua.

“Karena sang raja ingin anaknya tetap menjadi pemimpin kerajaan, sebisa mungkin sang raja menjauhkan anaknya dari empat hal tersebut. Karena kalau menjadi pemimpin umat manusia, anak sang raja akan meninggalkan kerajaan,” beber Saryono.
Setelah Dewi Maha Maya melahirkan seorang putra yang diberi nama Sidharta Gautama, sejak kecil hingga remaja dirinya ditempatkan di tempat yang istimewa. Hal itu bermaksud agar dia tidak menjumpai empat perkara yang diramalkan oleh para pertapa sebelumnya.
“Walau dijauhkan dari empat perkara, sang Buddha tetap dapat menjumpainya secara tidak sengaja. Lalu pada umur 29 tahun dia memutuskan berkelana dan berjumpa dengan para pertapa sekaligus meninggalkan kerajaan,” terang Saryono.
Lalu, pada bulan Waisak 588 Sebelum Masehi (SM), Sidharta yang sedang semedi mendapat pencerahan di bawah pohon bodi. Sidharta mendapat pencerahan tersebut pada umur 35 tahun di daerah yang sekarang disebut Bodhgaya, India.
“Beliau, sang Buddha selama 45 tahun menyebarkan ajaran Buddha. Lalu pada usia 80 tahun bulan Waisak 543 SM beliau wafat. Jadi, relief tadi menceritakan mulai lahir hingga wafatnya (sang Buddha),” pungkas Saryono.