Tugujatim.id – Seseorang kadang tak butuh alasan-alasan besar untuk memulai sesuatu yang besar. Hobi sederhana yang ditekuni seringkali membawa dia pada kesuksesan yang istimewa. Seperti yang dialami Rully Novianto, salah satu pengusaha mebel di Kota Malang yang kini sedang naik daun, karyanya dipesan para pejabat.
Pria kelahiran Jakarta 9 November 1981 itu memilih usahan mebel karena hobi dan tertarik dengan alat-alat yang serba detail. Dia senang melihat orang Barat di YouTube mengerjakan kayu dengan rapi, bagus, dan membuat kerajinan kayunya sangat menarik.
Ditemui di kediamannya di perumahan Oma Campus, desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Rully sapaan akrabnya, bercerita tentang kisahnya dari menjadi seorang wartawan lalu beralih menjadi pengusaha mebel.
Awalnya, pria murah senyum itu bekerja sebagai seorang wartawan bagian fotografer di Jawa Pos Radar Malang, salah satu media yang ada di Malang. Menjadi seorang wartawan mengantarkan Rully mengenal banyak orang dan relasi di Malang.
Namun, walaupun wartawan tergolong menyenangkan, tetapi dia selalu berpikir tentang masa depannya. Wartawan lebih sering berada di luar rumah mencari berita. Dan, apapun alasannya seorang wartawan tetaplah buruh, atau kuli tinta.
Ingin Lebih Banyak Waktu Bersama Keluarga
Sementara dia menginginkan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga dan istri tercintanya, Pangkadia Ningsih. Lebih-lebih bersama dua buah hatinya yang kini sedang duduk di bangku sekolah dasar.
Seiring berjalannya waktu, Rully terus mengasah hobi dan bakatnya. Dia berani mencoba beberapa hal, hingga suatu hari tangannya hampir putus terkena mesin pemotong dan mengalami luka yang sangat serius. Dia dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan 37 jahitan.
Meskipun mendapat musibah, alih-alih Rully menyerah justru dia semakin bersemangat dan menganggap apa yang dialaminya itu sebagai tantangan awal. Ditambah lagi dukungan semakin menguat dari teman-temannya.
“Saya sudah memilih usaha kayu harus lebih semangat. Tidak putus asa dan terus dijalankan usaha ini. Alhamdulillah sekarang sudah 6 tahun dan berjalan dengan baik usaha itu,” paparnya tersenyum mengenang perjuangannya yang berdarah-darah itu.
Ditanya mengapa tetap ngotot membuka usaha mebel meski kena musibah? Menurutnya, ada prinsip usaha yang dia pegang yaitu harus linier dengan hobi atau sejalan dengan hobi. Hal ini supaya seorang pengusaha tidak gampang bosan.
“Kadang orang kalau gagal sedikit langsung bosan, tapi kalau saya karena hobi selalu senang-senang saja,” paparnya.
Selain itu, prinsip penting lainnya bagi Rully adalah satu titik fokus. Jadi jangan berubah-ubah. Dikembangkan boleh, tapi satu titik fondasi harus diperkuat. Analoginya, seperti bangun rumah.
“Lantai satu itu diperkokoh dulu agar meskipun kena angin, kena hujan, kena badai tetap kuat. Ketika lantai satu sudah kuat baru kembangkan lantai dua,” kata dia.
Merintis dari Rumah dan Sempat Dikunjungi Menteri
Awal merintis, dia memulai dari rumah. Semakin lama semakin meningkat, hingga ada tenaga kerja yang dia libatkan. Kini diberi kesempatan bekerja sama dengan SMK 1 Singosari, dan tempat kerjanyapun dipindah ke sana.
Dengan tempat sendiri ini, Rully menerima pesanan dan harus konsisten. Jika ada pesanan baru dikerjakan dan waktunya cukup lama. Menurutnya, ketika orang pesan, prosesnya bahas desainnya dulu, lalu gambar, detail bahannya, dan komposisinya, baru eksekusi. Saat mau eksekusi konsumen bayar DP 50 persen.
Rully juga menggelar kelas kayu. Menariknya, dia sempat didatangi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat itu yaitu Muhadjir Effendy. Padahal dia tidak mengundangnya.
“Jadi waktu itu uang saya tidak bayak dipakai hanya sedikit karena rumah makan itu menyediakan makanan gratis, terus pak menteri datang nyumbang Rp 6 juta, saya langsung kasihkan ke peserta dan dibantu teman-teman saya dari yayasan,” kenangnya.
Bagaimana kondisi usaha di masa pandemi? Menurutnya, selama pendemi usahanya berjalan dengan lancar dan selalu ada orderan. Itu tidak terlepas dari cara memasarkan yang dilakukan, yaitu dengan cara membangun komunikasi dari teman ke teman menggunakan marketing offline bukan online.
“Saya sukanya ketemu langsung dengan klien, menjelaskan dengan maksimal. Dan jika ada negosiasi harga juga lebih jelas,” katanya.
Walaupun cara pemasaran produknya secara offline tapi pernah mendapat orderan yang paling jauh dari Jepang. Saat itu, pesanannya berupa talenan. Kemudian, ke Kalimantan mengirim pesanan kursi. Selain itu pesanan dari kota Jakarta dan Jawa Timur.
Istimewanya lagi, tak sedikit dari kalangan pejabat memesan karya Rully, misalnya pesanan dari Menteri Keuangan lewat Rektor UMM dan juga dari Rektor UB Malang.
Adapun pendapatan Rully perbulannya susah diprediksi. Namun yang pasti pengeluaran terbanyak untuk belih bahan kayu, beli besi stainless, dan yang diutamakan adalah gaji karyawan.
Dia mengatakan zaman sekarang mencari karyawan yang benar-benar memegang komitmen waktu dan kualitas pekerjaan itu tidak banyak. Karena itu, dia menerima karyawan yang sudah berpengalaman dalam dunia kerja.
“Dulu ada karyawan saya, tak minta mandiri, bukan saya berhentikan. Kerja pertama atau keempat itu gajinya saya potong, saya belikan alat dan suruh kerja di rumahnya di Purwodadi,” kata dia.
Dikomplain Konsumen bukan Masalah
Apa saja kendalanya selama ini? Dulu, katanya, pernah dikomplain konsumen karena awalnya masih tahap belajar. Untuk mengahadapi masalah tersebut dia tetap bertanggung jawab. Ketika ada kerugian, salah ukur, itu semua diangaggap usahanya lagi naik dan sebagai pelajaran.
“Syukur sampai sekarang tidak ada lagi kejadian seperti itu, malah sekarang banyak konsumen hingga menjadi klien tetap,” katanya.
Selain itu, kendala lain yang sering dihadapi dari klien adalah agak sedikit molor pelunasannya. Di saat pembayaran molor maka mengganggu keuangan usahanya.
“Saya pengen klien pesan langsung DP, saya belanjakan bahan, terus kerjakan, dan kirim baru dapat pelunasan, biar sama enak,” tuturnya.
Ya, begitulah menurut Rully seninya menjadi pengusaha. Ada hal-hal yang menyenangkan ada juga kesulitannya. Namun, apabila usaha menjadi hobi maka tak ada tantangan yang tidak bisa dihadapi. Semua ada solusinya. Dan terpenting lagi, menjadi pengusaha berarti mandiri secara finansial bahkan bisa memberdayakan orang lain.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim