PASURUAN, Tugujatim.id – Salat lima waktu adalah ibadah wajib bagi kaum muslim, setelah bersyahadat. Dan bagi umat Islam yang hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah Swt dan rindu kepada Rasulullah Nabi Muhammad Saw, salat menjadi semacam obat kerinduan. Ataupun bisa juga diibaratkan sebagai air yang menyejukkan ketika hati manusia terasa panas dan kering terbakar nafsu keduniawian.
Sehingga selama Ramadan ini, seharusnya seorang muslim terus berusaha meningkatkan kualitas ibadahnya, apalagi Ramadan memiliki Lailatul Qadar yang dijanjikan Allah sebagai malam penuh rahmat bak seribu bulan. Salah satu kunci untuk membuka pintu Lailatul Qadar di bulan Ramadan adalah dengan meningkatkan kuantitas dan kekhusukan dalam menjalankan ibadah salat. Selain itu ketika salat seorang muslim terjaga, maka seluruh kehidupan dan tingkah lakunya akan terjaga pula.
Dilansir dari laman Kemenag Republik Indonesia, keutamaan salat salah satunya ditegaskan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Sullam al-Munajah, dimana dijelaskan hikmah di balik penentuan waktu sholat, bahkan hitungan jumlah rakaatnya.
Ternyata hakikat salat tidak hanya sekadar kewajiban atau rutinitas harian, namun lebih luas daripada itu, baik salat Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya menyimpan keutamaan masing-masing.
Keutamaan itu tidak lepas dari sejumlah peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah yang dialami para Nabi dan Rasul Allah terdahulu.
1. Salat Subuh
Manusia yang pertama kali beribadah salat subuh adalah nabi Adam AS. Sejarah salat pembuka hari ini bermula ketika Allah Swt menurunkan Adam dari surga ke dunia.
Saat awal mula menginjakkan kaki di bumi, Adam sangat ketakutan, hatinya diliputi rasa khawatir karena keadaan dunia sangat gelap dan tanpa secercah cahaya. Namun, tidak lama kemudian sinar surya dengan warna keemasannya muncul dan terbitlah fajar. Saat itulah ketakutan Adam langsung sirna, hanya rasa syukur yang menyinari hatinya.
Bapak dari seluruh manusia ini pun menyerukan Allahu Akbar, Dialah satu-satunya dzat yang Maha Besar, lalu bersujud dan menengadahkan tangan. Serta memfokuskan hatinya hanya kepada Sang Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa.
Bersyukurlah Nabi Adam karena telah diselamatkan kegundahan hatinya oleh Allah SWT dari gelapnya malam yang silih berganti menjadi terangnya pagi.
2. Salat Dzuhur
Sejarah diwajibkannya ibadah salat Dzuhur berkaitan dengan kisah nabi Ibrahim AS, dimana dikenal sebagai nabi yang mempunyai derajad keimanan tinggi dalam menghadapi Qada’ dan Qadar dari Allah Swt. Puncak keimanan Ibrahim AS diuji saat diperintahkan untuk mengorbankan putra yang sangat disayanginya, Ismail SA.
Berkat kesadaran Ibrahim yang sudah mencapai tingkatan tertinggi (Ma’rifatullah) sehingga rasa cintanya kepada Allah Swt lebih tinggi daripada dunia dan seisinya. Maka nikmat Allah didapatkan Ibrahim SA, dan seketika Allah Swt menggantikan perintah pengorbanan anaknya yang sekaligus menghilangkan kegundahan hatinya.
Allah menurunkan malaikat Jibril dengan membawa domba dari surga untuk disembelih guna menggantikan perintah pengorbanan Ismail SA. Sirnalah kegundahan hati Ibrahim dan seketika memgumandangkan takbir dilanjutkan sujud dalam 4 rakaat yang dikenal saat ini sebagai salat Dzuhur.
Rakaat pertama diniatkan sebagai wujud syukur Nabi Ibrahim atas rohman dan rohiim-Nya yang telah mengganti Ismail dengan domba untuk disembelih. Kemudian rakaat kedua diniatkan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah karena sirnanya kekhawatiran atas buah hatinya.
Kemudian rakaat ketiga sebagai wujud permohonan Ibrahim AS agar diberi ridlo atas segala ketentuan Qada’ dan Qadar-Nya. Serta rakaat keempat diniatkan sebagai sujud syukur atas segala nikmat dan karunia Alloh Swt memberikan gelar Kholillullah atau Nabi Yang Dicintai Alloh Swt. Ibrahim juga mendapat derajad yang tinggi di surga. Saat peristiwa Isro’ Mi’roj Rasulallah Muhammad Saw tatkala menurunkan perintah salat, menjumpai Nabi Ibrahim AS di tingkatan langit ke-7.
3. Salat Ashar
Nabi pertama yang beribadah salat Ashar adalah Yunus AS. Nabi Yunus melaksanakan salat setelah Allah Swt mengeluarkannya dari perut ikan tepat di waktu sore hari dengan kondisi tanpa sehelai baju. Alquran surat Yunus menceritakan Nabi Yunus diibaratkan seperti anak burung unggas yang belum memiliki bulu.
Secara hakikat, empat rakaat salat Ashar dimaknai sebagai wujud syukur Nabi Yunus AS yang telah diselamatkan Allah Swt dari empat kegelapan atau marabahaya.
Rakaat pertama sujud wujud syukur Nabi Yunus telah dibebaskan dari gelapnya isi perut ikan, rakaat kedua wujud syukur diselamatkan dari gelapnya kedalaman air laut, rakaat ketiga sebagai wujud syukur telah diselamatkan dari kegelapan malam hari, dan rokaat keempat sebagai syukur telah dilepaskan dari kegelapan di dalam ikan besar yang menelannya.
4. Salat Maghrib
Nabi pertama yang melaksanakan salat Maghrib adalah Nabi Isa AS. Nabi Isa menunaikan salat di saat Mahgrib usai diselamatkan Allah Swt dari kejaran kaisar Romawi yang menolak ajaran tauhid yang disyiarkannya. Nabi Isa AS diselamatkan ketika hendak dibunuh oleh kaum musryikin dengan cara digantikan oleh orang lain.
Setelah terbebas dari kejaran kaum kafir, Nabi Isa mengangkat tangan, bersujud, serta bermunajat kepada Allah Swt. Beliau menunaikan tiga rakaat salat di waktu Maghrib.
Rakaat pertama sebagai bentuk kemantapan hati atas aqidah atau ajaran tauhid yang menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, kemudian rokaat kedua adalah munajat Nabi Isa agar Allah Swt menghapuskan tuduhan kaum musyrikin yang mengatakan bahwa Nabi Isa merupakan hasil anak zina Maryam, ibundanya.
Adapun rakaat ketiga sebagai wujud syukur Nabi Isya untuk memantapkan hatinya bahwa semua kejadian yang dialami merupakan Qada’ dan Qadar Allah Swt.
Setelah diselamatkan Allah Swt dari ancaman kaum kafir, Nabi Isa pun diangkat ke surga, dan terjaga di sana sampai nanti saat kiamat tiba. Isa As akan turun kembali ke dunia untuk membela umat Islam dari fitnah dajjal.
5. Salat Isya’
Nabi pertama yang melaksanakan salat Isya’ adalah Musa SA. Kisah bermula ketika Musa AS tersesat dalam perjalanan keluar dari wilayah Madyan untuk menghindari kejaran Fir’aun. Hati Nabi Musa AS sedih karena empat ujian yang dijalaninya saat berdakwah mensyiarkan Islam.
Pertama Nabi Musa AS bersedih karena telah meninggalkan istrinya, kedua sedih karena harus berpisah dengan saudara dekatnya, Nabi Harun AS, dan kesedihan ketiga adalah meninggalkan putranya, dan terakhir hatinya sedih terhadap kemungkaran Fir’aun terhadap ajaran tauhid dan kedzalimannya kepada kaum Nabi Musa AS.
Aneka macam cobaan Nabi Musa itu akhirnya mendapat pertolongan Allah Swt. Fitnah yang dituduhkan kaum kafir, bahkan kekerasan yang dialaminya seketika dilenyapkan Allah Swt dengan cara menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya ke Laut Merah di Mesir. Atas pertolongan Allah Swt tersebut, Nabi Musa AS bersujud syukur di waktu malam hari yang saat kini sebagai salat Isya’.
Dari berbagai hikmah dan hakikat dibalik salat 5 waktu tersebut, sebagai Muslim sudah sepantasnya menegakkan salat. Salat merupakan rukun Islam kedua, setelah seseorang menyatakan tauhid pada Allah Swt dengan melafazkan dua kalimat Syahadat.
Salat sendiri merupakan ibadah paling kompleks yang melibatkan seluruh panca indera secara berkesinambungan. Mulut berucap, nafas mengalir, telinga fokus mendengarkan bacaan Alquran dan doa, kaki tangan dan badan bergerak, hingga mata hati selalu mengingat Allah Swt.
Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin meriwayatkan bahwa Rasulallah Saw pernah bersabda, “Sholat itu tiang agama, barangsiapa meninggalkannya maka dia meninggalkan agama”. (Dikutip dari buku Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, Karya Imam Abu Hamid Al Ghazali)
Selain itu, ketika seseorang benar-benar menjaga ibadah salatnya dan baik, maka nantinya akan baiklah seluruh amal perbuatannya. Salat juga mencegah seseorang untuk melakukan kemungkaran dengan cara memurnikan hati dari segala emosi-emosi negatif yang membebani pikiran.
Dikarenakan salat juga berfungsi sebagai penebus dan penghapus dosa umat manusia. Bagi muslim dan muslimah yang taat dan sempurna imannya, pasti akan sadar bahwa dirinya tidak pernah luput dari dosa sekecil apapun.
Rasulalloh SAW bersabda, “Sholat itu menjadi tebusan bagi dosa-dosa yang terjadi di antaranya selama tidak melakukan dosa-dosa besar”. Abu Hurairoh juga pernah berkata, “Sedekat-dekat hamba dengan Allah Ta’ala adalah bila ia bersujud, maka banyaklah berdoa pada saat itu”. (Dalam buku Ringkasan Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Al Ghazali).
Allah Swt menurunkan wahyu untuk beribadah salat 5 waktu ini kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi penyempurna ajaran para nabi-nabi terdahulu. Perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad melewati tujuh lapis langit menuju Sidratul Muntaha menjadi puncak kesadaran Muhammad sebagai pemimpin umat manusia sedunia atas ketauhidan kepada Allah Swt.
Allah Swt berfirman dalam Alquran Surat At Thoha ayat 14 terkait keutamaan salat fardhu yakni, “Dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku (Allah).
Manusia harus senantiasa mengingat Allah dalam salatnya dan meninggalkan segala urusan keduniawian barang sementara. Salat yang sempurna adalah salatnya orang yang tidak lalai, yakni selalu bersyukur, beristighfar dan hatinya bertauhid hanya kepada Allah Swt.
Manusia harus dengan sadar dengan akalnya untuk melakukan salat secara khusyuk, yakni menjaga hati dan pikirannya dari segala kegemerlapan dunia yang menjadikan lalai mengingat Allah SWT. Sehingga manusia bisa benar-benar mendapatkan ketenangan hati, jiwa, hingga kejernihan pikiran setelah melaksanakan salat.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah berkenan melayani permohonan orang yang sedang salat, selagi ia tidak lalai”.
“Ada manusia mengerjakan salat dan tidak ditulis (pahala) baginya dari salatnya setengah atau sepertiga, seperempat, seperlima, seperenam, dan sepersepuluh. Tetapi ditulis (pahala) bagi seseorang dari salatnya apa yang dipahaminya dengan akal (khusyu’).” (Dalam buku Ringkasan Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Al Ghazali)
Penulis: HA
Editor: Darmadi Sasongko