JEMBER, Tugujatim.id – Para seniman di Jember berupaya mengampanyekan perdamaian lewat pagelaran event dua tahunan, bertajuk Museum Cahaya. Event digagas oleh para pegiat seni di Jember dalam rangka mempertemukan berbagai macam karya seni dengan penikmatnya.
Mulai dari parade puisi, lukisan, film, kerajinan tangan, pertunjukan musik, hingga aksi teater dipertunjukan di acara yang berlangsung di salah satu cafe yang berlokasi di Desa/Kecamatan Sumbersari beberapa waktu lalu.
Panitia penyelenggara, Wiviano Rizky Tantowi, mengatakan, pertunjukan seni yang diselenggarakan tiap dua tahun sekali itu mengusung tema Merupa-Rupakan Adab Batu.
Tema tersebut merefleksikan sifat keras kepala manusia yang dapat dikikis dengan adanya adab yang disalurkan melalui seni.
Sementara itu penamaan museum cahaya dapat diartikan sebagai koleksi ingatan yang tertuang pada karya yang diharap mampu mencerahkan perasaan suram. “Museum itu kan mengoleksi, sedangkan cahaya mencerahkan,” sebut pria yang akrab disapa Vian itu.
Salah satu yang memukau dalam pameran tersebut adalah penampilan musik orkestra oleh siswa – siswi dari Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan.
Begitu para siswa yang terdiri dari kelas satu hingga lima SD itu memainkan instrumen musik, para pengunjung yang hadir sontak mengangkat handphone masing – masing guna mengabadikan penampilan mereka.
“Disini toleransi beragama terlihat begitu kental, pemusiknya non muslim semua. Tapi penonton yang berhijab ini benar – benar memberikan apresiasi yang tulus” jelas Vian.
Tak kalah menarik adalah penampilan klub Teater Oksigen dari Unmuh Jember. Berbeda dari penampilan teater pada umumnya yang biasanya ditampilkan diatas panggung. Teater ini berkonsep sosial eksperimen, yang mana para penonton bahkan tak menyadari bahwa mereka terlibat dalam sebuah pertunjukan teater.
Dalam pertunjukan teater tersebut, para aktor teater berpura-pura sebagai ODGJ yang datang dan mengacaukan acara pameran. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi para pengunjung, menguji seberapa peka kepedulian sosial mereka.
Terlihat para pengunjung yang berusaha membantu menghentikan kekacauan dengan tetap tidak menyakiti ataupun menyalahkan para ODGJ.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, mayoritas warga khususnya di Jember memiliki kepekaan sosial dan rasa toleransi yang tinggi.
“Ada pengunjung perempuan yang terlihat pendiam, tapi begitu dia melihat ODGJ perempuan yang mengamuk, dia turut mencoba menenangkan ODGJ itu. Artinya women support women itu tertanam di budaya bermasyarakat kita,” ucap Vian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Diki Febrianto
Editor: Darmadi Sasongko