MALANG, Tugujatim.id – Sinar matahari mulai menyingsing di pojok perempatan Pasar Klojen, Kota Malang, yang ramai. Tampak ada bangunan tua yang di atas gedungnya terpampang tiga baliho film lawas. Dari jauh tempat ini terlihat seperti sebuah bioskop tua yang sedang mempromosikan tayangan film. Namun, siapa sangka ketika didekati, di bawahnya ada plang tanda dengan tipografi gaya 60-an “Kedai Kopi Djaja Klodjen 1956” bertulis tagline Diasah, Sedoeh, Sangrai. Ya, ternyata tempat ini merupakan kedai kopi berkonsep unik nan jadul yang belakangan ramai di kalangan warganet.

Kami mencoba menikmati pengalaman ngopi di bangunan cagar budaya ini. Memasuki pintu kedai, aroma kopi otentik mulai tercium, bahkan tampak mesin roasting (penyangrai) kopi hingga suasana jadul makin terasa. Sebab, di kanan-kirinya didukung hiasan dinding bertemakan poster lawas. Beberapa toples berisi biji kopi pun berjejer rapi di atas meja barista yang berhadapan langsung dengan meja pengunjung. Selain menu kopi, kedai ini juga menjual rokok legendaris berbagai merek, jajanan gorengan di meja turut melengkapi suasana pagi.
Ramainya pengunjung tampak hingga trotoar di depan kedai, terlihat pula antrean pembeli daging membaur dengan pengunjung kedai kopi karena bangunan ini bersebelahan dengan Kios Daging Bu Kaji Klojen yang legendaris itu.
Kami pun bertemu langsung dengan pengelolanya, yaitu Didik Sapari. Pria yang sejak 2012 lalu menggeluti event festival kopi ini mengaku bahwa awalnya tak tebersit ide untuk membuat konsep kedai kopi bertemakan kopi pasar. Sebelumnya dia akan mengonsep kedainya bergaya Coffee Shop Heritage yang menurutnya ribet dan perlu budget yang lebih. Dia akhirnya memutuskan untuk merespons ruang seadanya dengan dilengkapi barang bekas agar terkesan ramah lingkungan.

“Awalnya idenya spontan saja sih. Awal konsepnya rodok apik, Mas. Ternyata dari waktu ke waktu membuat konsep seperti yang direncanakan akan lama prosesnya. Konsep kopi pasar saja karena dekat dengan Pasar Klojen. Akhirnya seadanya, bukan seperti coffee shop, tapi lebih pada kopi yang ada di pasar,” terangnya.
Pria yang mulai membuka kedai Kopi Klodjen baru dua bulan ini mengungkapkan, dia menempatkan konsep unik dengan memasang baliho film lawas agar menarik perhatian warga.
“Karena ini bangunan lama, wes tak buat bioskop-bioskopan ae, banyak yang tertipu dikira bioskop beneran,” lanjutnya.

Menariknya konsep kedai ini adalah menghadirkan suasana hiruk pikuk pasar yang terkesan tradisional dan komunal, seperti di daerah Tanjung Pinang dan Bangka Belitung, suasana kopi rakyat. Pengunjung juga dapat menikmati jajanan di luar kedai seperti jajanan kue basah. Sebab, di luar kedai banyak penjual jajanan tradisional.
“Kami tidak menghalangi orang bawa makanan ke sini, biasanya kan tidak boleh membawa makanan dari luar. Kalau kami saat pandemi seperti ini berkolaborasi saja. Saat malam, di sebelah ada nasi goreng, roti bakar, lalapan, bacem, martabak terang bulan, bawa ke sini tidak saya larang,” tambahnya.
Didik Sapari juga mengatakan, ini merupakan kedai keenam yang dia buat, antara kedai satu dan kedai yang lainnya berbeda konsep. Dan yang lebih menarik dari kedai kopi ini adalah menghadirkan budaya ngopi pagi yang selama ini jarang ditemui di Malang. Jam buka kedai dari pukul 06.00-10.00. Kemudian buka lagi pukul 16.00-22.00.
“Saya menganalisis usaha saya kenapa buka pagi karena pasar itu ramainya pukul 06.00-10.00,” terangnya.
Kedai kopi ini tidak mengelompokkan pengunjung, itu terbukti di kedai kopi ini lintas usia pengunjungnya karena konsepnya untuk semua orang yang bertemu di pasar.
“Yang beli juga, mohon maaf, penjual-penjual gado-gado, penjual nasi kuning, tukang parkir, tukang becak, tukang ojek, sampai anak-anak milenial,” ungkapnya sambil tersenyum.
Pengunjung kedai ini tidak hanya dari Kota Malang, tapi juga dari luar kota. Mereka mampir karena sempat viral di beberapa media sosial. Banyak pengunjung yang penasaran, mencoba ngopi pagi dengan konsep yang unik dan jadul, walau hanya untuk mengabadikan momen dengan ber-swafoto.
Kedai yang berada di sudut Jl Cokroaminoto, Kota Malang, ini menjual menu kopi dan jajanan yang bervariasi dengan harga terjangkau, karena mulai dibanderol dengan harga Rp 3 ribu. Menu andalan dari kedai ini adalah Kopi Djaja, yaitu racikan khas kedai ini yang berasal dari perpaduan kopi Robusta Gunung Arjuna dan Arabika Buleleng Bali.
“Saya mencoba kopi Malang Robusta Arjuno di-blend sama kopi Buleleng Bali Arabika,” jelasnya.