Bisnis  

Sepatu Sutra Produk Koperasi Kupu Sutera Pasuruan Dibuat oleh Difabel dan Buruh Tani

Sepatu sutra produk Koperasi Kupu Sutera di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, yang dipamerkan di KTT G20 Indonesia, merupakan hasil karya difabel dan buruh tani. Foto: Laoh Mahfud/Tugu Jatim

PASURUAN, Tugujatim.id – Sepatu sutra hasil karya Koperasi Kupu Sutera di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, akan menghiasi stan pameran di KTT G20 Indonesia. Siapa sangka dibalik tampilan uniknya, sepatu sutra ini tercipta dari tangan-tangan difabel dan buruh tani.

Ketua Koperasi Kupu Sutera, Arianto Nugroho (47) mengungkapkan bahwa usaha pengolahan benang ulat sutra yang digelutinya sejak tahun 2016 ini, memang diniatkan sebagai social entrepreneurship. Oleh karenanya, dia mengajak difabel serta buruh tani sebagai mitra dalam membuat sepatu sutra dan produk olahan dari benang ulat sutra lainnya.

Pria yang akrab disapa Antok ini ingin memberdayakan difabel yang masih sering dianggap sebelah mata di masyarakat. “Kita ini memang sosial bussines, kasihan mereka kaum disabilitas, kadang mau cari pekerjaan susah, mangkanya kita bina,” ujarnya, pada Kamis (10/11/2022).

Ketua Koperasi Kupu Sutera, Arianto Nugroho (47) mengembangkan bisnis sepatu sutra sebagai sosial entrepreneurship. Foto: Laoh Mahfud/Tugu Jatim

Sementara untuk buruh tani, Antok mengaku bahwa dia sendiri merasa miris dengan nasib buruh tani di Indonesia. Para buruh tani kerap menjadi korban permainan harga oleh para tengkulak. “Kenapa saya memberdayakan petani biar tidak dipermainkan tengkulak karena harga jual mereka jadi jatuh,” ucap mantan petani di lereng Gunung Arjuno ini,

Antok juga terus berinovasi agar hasil penjualan produk olahan benang ulat sutra buatannya bisa menyejahterakan para difabel dan buruh tani. Salah satunya melalui produk sepatu sutra yang memang diproduksi untuk segmen menengah ke atas.

Dia sengaja membuat produk sepatu sutra ini agar terasa premium dengan cara pembuatannya yang manual. Mulai dari budi daya ulat sutra hingga pemintalannya dilakukan secara handmade. Pewarnaanyapun menggunakan bahan pewarna alami dari ekstrak daun-daunan.

Tidak heran jika harga jualnya mencapai jutaan rupiah per sepatunya. “Karena manual, satu sepatunya itu bikinnya bisa satu minggu sendiri, dijual rentang harga Rp1,7 juta sampai Rp2,5 juta,” paparnya.

Meskipun harga jualnya cukup tinggi,  namun produk sepatu sutra buatan Koperasi Kupu Sutera ini banyak diminati di pasar lokal. Kalangan pejabat hingga artis, mulai dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi); Menteri BUMN RI, Erick Thohir; Runner Up II Putri Indonesia, Adinda Cresheilla; hingga artis Helmy Yahya dan Noe Letto tertarik membeli sepatu sutra ini.

“Sementara ini lokal di Indonesia juga sudah mulai diminati. Kita ingin mengubah stigma sutra yang identik dengan orang tua biar diminati anak muda,” ucapnya.

Saat ini, Antok fokus mengembangkan usahanya agar menembus pasar internasional. Salah satunya dengan mengenalkan produknya di event pameran internasional seperti event balapan Sirkuit Mandalika dan KTT G20 Indonesia. “Bulan depan juga ada dari Australia dan Jepang yang coba meminang produk kita. Semoga bisa laku di luar negeri,” harapnya.