MALANG, Tugujatim.id – Siang itu, tepat pukul 13.00 WIB (1/3/2024), Irma Tyasari nampak duduk kursi kerja ruangnya. Sambil menatap layar laptop, sosok Wakil Rektor II Universitas PGRI Kanjuruhan Malang yang akrab disapa Bu Irma ini terlihat merapikan berkas.
Sesaat kemudian, ia mempersilakan tamunya untuk masuk dan duduk di kursi. Senyum ramah terukir di wajahnya.
“Sudah 30 tahun saya di Malang,” ujar wanita asli Surabaya ini saat berbincang sejak kapan berdomisili di Malang.
Bagi sosok Irma Tyasari, bergabung dengan Universitas PGRI Kanjuruhan Malang bukanlah suatu kebetulan belaka. Perjalanan karir dan hidupnya sebagai akademisi adalah bagian tak terpisahkan dari bagaimana Kampus Unikama bisa berkembang seperti sekarang.
Cerita Irma dimulai ketika ia pertama kali terlibat dan berperan sebagai seorang konsultan untuk audit laporan keuangan kampus tersebut.
“Dulu Unikama ini klien saya. Jadi dulu yayasan itu perlu bantuan untuk menyusun laporan keuangan. Saya diminta untuk bantu,” ungkap Irma sambil mengenang.
Mulanya, Unikama dikenal dengan nama IKIP PGRI dan masih jauh dari wajahnya seperti sekarang. Perubahan signifikan terjadi kemudian, ketika pada tahun 2001 berubah status menjadi universitas dan diikuti dengan berdirinya beberapa fakultas.
Salah satunya yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang berdiri pada tahun 2004, tempat Irma berkiprah. Perjalanan Irma di Unikama semakin terjalin erat ketika ia diminta untuk mengajar sebagai dosen praktisi.
“Saya akhirnya diminta waktu itu. Bu saya butuh dosen dari praktisi untuk mengajar. Akhirnya saya mengajar, mata kuliah manajemen keuangan, laporan keuangan, audit, kayak gitu,” tuturnya.
Peran Irma di Unikama tidak hanya sebatas mengajar, tetapi juga terlibat dalam berbagai aspek pengembangan universitas. Ketika Unikama membutuhkan sertifikasi ISO, Irma juga kembali terlibat sebagai konsultan.
Usai 3 tahun menjadi konsultan ISO, ia pun menghadap manajemen dan mempercayakan tugas tersebut pada dosen-dosen Unikama.
“Setelah ISO saya menghadap tahun 2009, saya bilang kayaknya bapak ibu dosen sudah bisa,” ujarnya.
Dan hasilnya, Unikama berhasil menjadi salah satu universitas dengan sistem manajemen mutu perguruan tinggi terbaik di Indonesia pada tahun 2017.
Ia menuturkan jika kala itu menjadi momen kejayaan Unikama dimana banyak mahasiswa yang mendaftar sehingga jumlah kelas yang dibuka untuk program studi semakin banyak.
“Prodi akuntansi saja satu prodi 9 kelas, ada yang 12 kelas. Itu tahun 2012-2013. Jadi sebelum mendapat penghargaan itu sudah mulai naik,” ceritanya.
Meski sibuk konsultan dan praktisi, Irma tetap berkomitmen untuk mengembangkan karirnya di dunia akademis.
“Jadi saya mulai 2004 sampai 2010 masih dosen LB karena saya juga sibuk di praktisi. Baru kemudian tahun 2010-2011 keluar SK Pengangkatan saya sebagai dosen tetap,” paparnya.
Prestasi Irma sebagai seorang akademisi tidak luput dari perhatian. Terbukti dengan berbagai penghargaan dan pencapaiannya, termasuk kelulusannya dalam studi S3 di Malaysia pada tahun 2019.
Usai meraih gelar doktor, ia pun segera kembali ke tanah air. Apalagi kala itu Covid-19 mulai mewabah. Sepulang dari Malaysia, Irma pun kembali dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai Satuan Pengawas Internal (SPI) di universitas tersebut.
“Setelah COVID mereda tahun 2021, saya ditunjuk lagi dan sampai terakhir tanggal 30 September 2023 saya disini,” ungkapnya.
Bagi Irma, setiap jabatan dan tanggung jawab yang ia emban adalah sebuah rejeki, sebuah kepercayaan yang tidak ia minta namun dengan tulus ia terima.
“Ya ndak tau mungkin rejeki saya karena saya ndak minta jabatan dan dipercaya saja,” tutupnya dengan rendah hati.
Kuliah 2 Jurusan di Kampus Berbeda dan Meniti Karir di Malang
Karir Irma melejit tak lepas dari bagaimana perjuangnnya menyelesaikan pendidikan sarjana. Siapa sangka, Irma yang kala itu siswi lulusan jurusan IPA ternyata berkuliah di dua kampus berbeda dan jurusan yang berbeda pula.
Prestasi semasa SMA membuat Irma mendapat kesempatan lolos jalur PMDK di Universitas Brawijaya. Namun karena pertimbangan sang ayah, ia tak jadi mengambil peluang tersebut.
Sang ayah memintanya untuk kembali ikut tes masuk perguruan tinggi. Alasannya, karena kala itu pekerjaan bagi lulusan jurusan kuliah bidang IPA belum sebanyak sekarang.
“Dulu kan kita gak tau peluang kerjanya dimana. Akhirnya sama bapak disuruh ikut tes lagi. Walaupun saya sempat kecewa,” sebutnya.
Irma pun kembali menjalani tes dan akhirnya berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di Malang dengan jurusan Akuntansi.
Karena masih ingin berkuliah di negeri, ayahnya pun mendorong Irma untuk ikut tes kembali di tahun selanjutnya hingga Irma diterima di jurusan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Malang (UM).
“S1 saya di STIE Jurusan Akuntansi dan di UM ambil Bahasa Inggris. Jadi pagi kuliah disana, siang kuliah disana,” kenangnya.
Tak hanya berkuliah di dua kampus, ia juga aktif di berbagai kegiatan dan tampil menjadi anggota aktif organisasi mahasiswa.
Ketekunan dan kegigihannya pun berbuah manis. Sebelum lulus sarjana, ia telah ditawari pekerjaan oleh salah satu kantor akuntan saat Irma menjadi moderator dalam sebuah acara.
“Kebetulan beliau itu tau saya jadi moderator di satu forum. Kamu besok coba ke kantor saya, ternyata saya langsung ditawari kontrak. Jadi saya belum wisuda itu tapi sudah skripsian,” kenangnya.
Kesempatan berkarir tak disia-siakan oleh Irma. Usai menerima kontrak kerja tersebut, ia terus menunjukkan potensi dirinya.
Kisahnya melanjutkan studi ke jenjang magister dan doktor pun tak lepas dari perjuangan dalam merintis karir.
“Kalau saya ambil S2 karena tuntutan tander proyek. Akhirnya sama kantor saya diminta ambil S2 disuruh ambil yang gampang saja. Akhirnya saya ditawari ngajar juga karena sudah S2” tuturnya sambil tertawa.
Perjalanan akademik Irma pun berlanjut hingga ia memutuskan mengambil program doktor Akuntansi di Malaysia dan lulus pada 2019.
Baca Juga: Sosok Sudi Dul Aji, Rektor Baru Unikama yang Penuh Dedikasi dan Inspirasi
Arti Keluarga Bagi Sosok Irma Tyasari
Orang tua menjadi sosok paling berpengaruh bagi karir Irma. Ayahnya yang lulusan teknik mesin tak henti memberinya petuah bagaimana harus menlanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.
Pun Ibunya yang sehari-hari berjualan dan melakoni hidup sebagai entrepenuer. Jiwa pengusaha Irma yang kini memiliki kantor akuntan sendiri rupanya ia dapat dari sang ibu.
Namun tak dipungkiri jika Irma juga mendapat dukungan dari keluarga besarnya. Delapan puluh persen keluarganya berprofesi sebagai pendidik, baik guru dan dosen.
“Saudara saya, dosen di unair. Makanya rumah mbah saya dekat dengan unair. Jadi memang dari bapak keluarga background pendidik. Kalau dari ibu saya entrepreneur,” ujarnya.
Menjadi perempuan karir rupanya tak membuat Wanita kelahiran 1976 ini lupa akan peran sebagai ibu bagi ketiga anaknya. Walau sibuk, ia memastikan saat putra putrinya membutuhkan sosok ibu, Irma akan hadir untuk mereka.
“Kalau dirumah ya saya setiap kali anak saya butuh saya harus selalu ada. Jadi anak saya itu tau kalau bundanya sibuk,” tuturnya.
Selain menjadi ibu dan istri di rumah, kini sosok Irma Tyasari juga mengemban amanah Wakil Rektor II Unikama. Sebuah kepercayaan yang ia jawab lewat kinerja terbaik. Membantu Dr. Sudi Dul Aji, M.Si, Rektor Unikama, dalam memimpin salah satu kampus swasta terbaik di Malang. Termasuk mengajar para mahasiswanya di Prodi Akuntansi Unikama.
Sebelum menutup perbincangan siang itu, Irma menyelipkan harapan kampus Unikama bisa terus melangkah maju dan mendapat image brand yang bagus di Masyarakat.
“Dan tentunya bisa memberikan kesejahteraan bagi penghuni unikama. Jadi salah satu universitas swasta yang unggul dengan karakteristiknya sendiri,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Reporter: Imam A. Hanifah