MALANG, Tugujatim.id — Departemen Sastra Arab Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan Studium General di Audio Visual Aula (AVA) Fakultas Sastra (FS), Rabu (15/02/2023). Acara Studium General Departemen Sastra Arab UM ini mengangkat tema “Menyimak Bahasa Arab dengan Kacamata Linguistik Modern”.
Acara Studium General Departemen Sastra Arab UM ini menghadirkan dua pemateri. Yaitu Guru Besar Linguistik PPs Unisma Prof A. Effendi Kadarisman MA PhD dan Dosen Linguistik Arab DSA FS UM Dr H. Kholisin MHum. Sesi materi dan diskusi dimoderatori oleh Dr Ibnu Samsul Huda MA. Acara kajian linguistik tersebut berlangsung secara padat tapi santai.
Materi pertama disampaikan oleh Guru Besar Linguistik PPs Unisma Prof A. Effendi Kadarisman MA PhD mengenai universalitas dan relativitas bahasa. Dia menjelaskan, bahasa manusia bersifat terbuka (open ended) dan terdiri dari berlapis-lapis struktur (discrete), dan memiliki abstraksi yang tinggi (displaced). Beda halnya dengan bahasa binatang yang bersifat tertutup, sederhana, dan tanpa abstraksi yang tinggi.
Dia menjelaskan mengenai relativitas bahasa yang merujuk pada Bloomfield dan hipotesis Sapir-Whorf. Ada beberapa poin dalam topik ini. Setiap bahasa bersifat unik, baik pada struktur maupun peringkat kulturnya. Keunikan setiap bahasa akan nampak jelas saat disajikan secara komparatif dengan menyimak variasi parameter universal setiap bahasa.
Di sisi lain, waktu merupakan konsep universal. Namun, dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Jawa, Bali, Madura, dan Sunda tidak ada kontras antara verba bentuk lampau dan sekarang. Sebaliknya, dalam bahasa Arab dan Inggris, waktu masuk ke dalam sistem verba. Maka dalam bahasa Arab ada fi’il dan dalam bahasa Inggris ada tenses.
“Di dalam bahasa Arab itu ada maadlie, ada mudhaari’. Di dalam bahasa Inggris ada past, present, future. Itu masuk ke dalam sistem bahasa,” jelasnya.
Sementara itu dalam bahasa Arab, Indonesia, dan Inggris secara umum tidak ada bentuk tinggi dan rendah dalam bertutur yang menunjukkan kesantunan. Yang ada hanya bahasa formal dan informal. Lain halnya dengan bahasa Jawa yang mempunyai tingkatan ngoko, madya, dan krama.
Untuk materi kedua disampaikan Dosen Linguistik Arab DSA FS UM Dr H. Kholisin MHum mengenai fitur khas bahasa Arab. Dia menerangkan mengenai ejaan dan fonologi, morfologi, dan morfosintaksis. Bahasa Arab bila teksnya ditulis lengkap dengan harakat akan tergolong ke dalam alfabetik penuh. Bila ditulis tanpa harakat, dia tergolong sebagai alfabetik konsonan. Selain itu, bahasa Arab memiliki bunyi yang agak sulit untuk diucapkan.
“Memang bahasa Arab punya ciri khas tersendiri. Dalam fonologi ada bunyi-bunyi yang mudah diucapkan, ada yang sulit diucapkan. Lha ini dalam pandangan kita orang Indonesia kalau melihat tulisan Arab atau bunyi-bunyi bahasa Arab itu banyak yang sulit ketika awal-awal,” ujar dosen Sastra Arab tersebut.
Morfologi bahasa Arab pun unik, berbeda dengan Indonesia dan Inggris yang masuk kategori morfologi berbasis kata. Namun, kata-kata dalam bahasa Arab memiliki aspek gabungan morfologi dan sintaksis atau morfosintaksis. Kata dapat berubah bentuk ketika berada dalam kalimat.
Sesi berikutnya tentang estetika Arab dalam hal etnopuitika dan kaligrafi yang disampaikan kembali oleh Prof A. Effendi. Pada kasus bahasa Arab, yang sangat menarik adalah tradisi menyampaikan pesan lewat syi’r (syair).
“Antara teks sastra dan non sastra, antara bahasa dan poetika dalam bahasa Arab itu betul-betul satu kesatuan. Dalam bahasa Jawa, Indonesia, dan Inggris apalagi, itu sudah terpisah,” ujarnya.
Guru besar linguistik itu memaparkan, puitika puisi dan sastra Arab sangat menarik karena masih dapat dibaca dan mengerti oleh penutur asli maupun asing meski karya tersebut telah lama dibuat. Selain itu, tulisan indah atau kaligrafi juga merupakan nilai plus dari bahasa Arab dalam acara Studium General Departemen Sastra Arab UM itu.