MOJOKERTO, Tugujatim.id – Sujari, warga Jatidukuh, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, ini mengaku tidak habis pikir istrinya, Suparmi, 38, ditulis meninggal. Padahal, istri aktivis lingkungan di Mojokerto ini masih hidup. Akibatnya, dia terpaksa tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos) pemerintah selama setahun terakhir.
Berdasarkan pantauan Tugu Jatim pada Jumat (24/02/2023), memang ada dua nama Suparmi dalam Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS) Kementerian Sosial Republik Indonesia. Suparmi yang berumur 38 tahun adalah istri dari Sujari, sedangkan Suparmi lainnya berusia 45 tahun telah meninggal dunia.
Anehnya, data Suparmi yang telah meninggal dunia tercatat menerima bansos periode November-Desember 2022. Sedangkan Suparmi istri Sujari terpantau tidak menerima bantuan selama 2022.
Aktivis lingkungan di Mojokerto ini awalnya konfirmasi ke pihak Desa Jatidukuh. Dia begitu kaget karena operator desa mengatakan data yang tertulis menyatakan istrinya meninggal dunia.
“Sejak Kamis (16/02/2023), kami konfirmasi kok saya ga pernah dapat bansos. Setelah dibuka, data istri saya ditulis meninggal,” katanya.
Masih menurut Sujari, dia kehilangan bansos sejak dia aktif menolak galian C. Padahal, dia mendapat bansos sejak 2016.
“Saya dapat bansos sejak 2016. Sejak saya aktif menolak tambang, ya itu sudah tidak dapat bansos lagi, baik itu PKH, raskin, dan lain-lainnya,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan Tugu Jatim, rumah Sujari yang sederhana masih ada stiker penerima PKH, BPNT, dan KIS APBN.
“Saya gak tau kenapa sejak 2022, sebelum Idul Fitri kok ga dapat PKH atau bansos lain,” tambah Suparmi.
Setelah menempuh proses konfirmasi hingga ke Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto dan Kantor Pos Mojokerto, Sujari mendapatkan keterangan bahwa datanya sudah diproses dan menunggu pihak desa memberi konfirmasi.
“Saya sudah bolak-balik ke dinsos sama Pos Mojokerto. Ini tinggal nunggu pihak desa. Kalau ga ada kabar dari desa ya saya pertimbangkan langkah hukum,” tutup aktivis lingkungan di Mojokerto itu.