SURABAYA, Tugujatim.id – Di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat, nyatanya Indonesia merupakan negara yang belum memiliki penyebaran pemanfataan tranformasi digital secara merata. Karena itu, diskusi interaktif dikemas ringan dengan tajuk “Menyelaraskan Talenta dengan Transformasi Digital” yang digelar oleh Pemimpin.id dalam Teras Belajar Series membahas lebih lanjut tentang potensi Indonesia dalam menyeimbangkan ekosistem digital.
Turut mengundang speakers Head of Marketing & Communication GoTo Impact Foundantion Varyan Griyandi, Account Manager Feedloop Novita Dwi Saraswati, dan IT Govermence Consultant for Goverments sekaligus Founder Atalanta Kreatif Agriansyah Ramadhan membuat diskusi semakin menarik dan membangun.
Head of Marketing & Communication GoTo Impact Foundantion Varyan Griyandi melihat, di tengah angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi di Asia Tenggara yakni 7 juta jiwa, tetapi saat ini Indonesia juga masih aktif melakukan impor talenta digital.
Hal itu merupakan akar dari permasalahan mengapa kebutuhan industri yang semakin tinggi tidak dibarengi dengan kesiapan talenta yang mumpuni.
“Faktornya adalah mindset orang tua yang selalu berpikiran kalau pekerjaan ya dokter atau polisi, sedangkan data scientist belum lumrah. Terus mindset kita sendiri belum butuh di perusahaan,” kata Varyan, Kamis (28/09/2023).
Selain itu, dia mengatakan, kedua perihal akses. Saat ini masih banyak wikayah-wilayah di Indonesia terutama wilayah kecil masih sulit untuk mendapat akses internet karena belum merata.
“Jadi, akses kesempatam berkarir dengan lulusan kapasitas belum bisa dibilang mahir digital,” sambungnya.
Menurut dia, hal tersebut bukan masalah yang sederhana. Ada tiga hal yang ditekankan oleh Varyan agar Indonesia bisa mencapai pemerataan pemanfataan tranformasi digital.
Pertama, digital literasi. Bagaimana semua orang bisa melek terhadap perkembangan teknologi dan informasi. Kedua, digital partisipation. Bagaimana seseorang bisa memanfaatkan perangkat digital sebagai sumber ekonomi. Ketiga, digital mastery. Menjadi ruang untuk orang-orang yang mahir dalam ekosistem digital.
“Ketiganya ini harus disentuh semua. Nggak bisa cuma satu doang,” ucap Varyan dalam acara Teras Belajar Series.
Selaras dengan itu, di era yang kini serba mudah dan cepat terlebih menuju 2045 di mana bonus demografi, digitalisasi, dan teknologi industri bisa diserap di Indonesia sesuai dengan kebutuhannya.
Namun, IT Govermence Consultant for Goverments sekaligus Founder Atalanta Kreatif Agriansyah Ramadhan menilai bahwa masih banyak PR yang harus dituntaskan dulu. Yakni, adanya gap antara generasi milenial dan gen Z yang disebut melek digital dengan generasi baby boomer yang masih banyak belum tersentuh perkembangan teknologi.
Menurutnya, dalam memanfaatkan potensi Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan masyarakat, perlu adanya pembenahan dari segi regulasi.
“Peran pemerintah sekarang tuh masih fifty-fifty. Stakeholder sekarang sudah banyak yang melek internet, tapi bisa eselon 1 yang isinya baby boomber kurang mendorong digitalisasi. Sehingga secara keseluruhan, pemerintah pun sendiri belum siap. Masih ada gap jadi orangnya dulu yang harus diberdayakan. Jangan sekadar memanfaatkan produk saja,” ucapnya.
Menurutnya, tren kecerdasan buatan dalam perkembangan digitalisasi juga akan berdampak negatif dan positif.
Jika teknologi mampu diserap dengan baik maka semakin mempermudah jangkauan. Namun, di sisi lain budaya tolong menolong dan toleransi akan semakin tergerus.
“Perlu adanya filter yang perlu disiapkan. Terutama soft skill untuk generasi milenial dan Z sebagai mitigasi. Nah, sebelum dilatih harus dimapping dulu supaya nggak kaget,” jelasnya.
Account Manager Feedloop Novita Dwi Saraswati menambahkan, pertumbuhan digital di Indonesia yang semakin meningkat cukup banyak layanan dan produk gital seperti e-commerce yang membantu aktivitas manusia. Namun, jika diimbangi dengan sumber daya manusia yang mumpuni maka akan menjadi penghambat.
Lagi-lagi, peran pemerintah dibutuhkan yakni menerbitkan regulasi anyar yang mendukung kemudahan akses para investor di bidang teknologi. Selain itu, kolaborasi dengan pihak swasta atau perusahaan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang relevan dengan kurikulum digital.
“Bisa melalui magang merdeka seperti yang dilakukan oleh Kemendikbud untuk menjembatani kesenjangan pendidikan. Sehingga masyarakat harus ikut terlibat untuk membangun solusi penerapan digitalnya,” tuturnya.
Meski begitu, perkembangan digital yang semakin pesat dalam membantu aktivitas manusia tak selamanya menjadi pematok. Hakikatnya, teknologi merupakan menjadi momok untuk meningkatkan peran manusia secara keseluruhan. Alat yang diciptakan manusia sendiri masih memiliki sisi kelemahan di sisi tertentu.
“Kita manusia harus bisa hidup berdampingan dengan teknologi. Peran manusia 100 persen tidak akan tergantikan oleh teknologi. Manusia memiliki nilai-nilai etika, moral, dan attitude juga daya pikir. Jadi ikutin saja perkembangan teknologi saat ini, jangan takut,” ujarnya.
Dalam catatan-catatan tertentu, memang perkembangan teknologi digital akan terus melalui perjalanan yang cukup pesat. Jika tidak dibarengi dengan kesiapan yang matang serta akses penggunaan internet masih belum merata di Indonesia, maka akan menjadi problem yang tidak akan pernah tuntas.
Sebagai informasi, diskusi Teras Belajar Series kali ini juga disupport oleh Paragon Corp dan Tugujatim.id.
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati