JEMBER, Tugujatim.id – Menjelang Tahun Baru Imlek 2025, warga Tionghoa di Klenteng Pay Lien San yang terletak di Kelurahan Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember, Jawa Timur, memandikan rupang yang merupakan lambang dari para dewa-dewi. Klenteng di Jember pun siap merayakan Imlek dengan meriah.
Satu hari sebelumnya, umat Tionghoa melakukan sembahyang untuk mengiringi dewa-dewi menuju nirwana.
“Memandikan rupang untuk membersihkan tempat ibadah dalam satu tahun sekali. Kemarin malam itu kami sembahyang dewa-dewi-nya menuju nirwana,” ujar Wakil Ketua TITD Pay Lien San Heri Novel Stadiono saat ditemui Tugujatim.id pada Kamis (23/01/2025).

Di saat dewa-dewi itu tidak bersemayam di deretan rupang-rupang, para umat menurunkan satu per satu untuk dilakukan pembersihan dengan berbagai tahap. Mulai dari membersihkan sela-sela rupang menggunakan sabun dengan kuas maupun sikat, hingga merendam dan membilas rupang menggunakan air yang dicampur bunga mawar dan air teh.
“Jadi kami bersihkan supaya menjadi bersih dari noda-noda yang terbawa oleh umat-umat yang datang. Kadang-kadang umat yang datang kan nggak selalu bersih, punya permasalahan dan sebagainya dan berdoa di sini, nodanya tertinggal di sini, pulang dengan keadaan bersih,” jelas Heri Novel Stadiono.
Dia menjelaskan, momen itu tepat dilakukan lantaran tempat ibadah yang akan digunakan saat perayaan Imlek yang jatuh pada 29 Januari 2025, akan menjadi bersih dan suci.
“Tujuan utamanya, secara logika supaya tempat ibadahnya kembali bersih, tapi kalau filosofinya itu untuk menyucikan, jadi tempat ibadah ini dewa-dewi-nya sudah suci kembali tanpa adanya noda-noda dari umat yang datang kemarin-kemarin,” papar Heri Novel Stadiono.

Dia juga menyinggung terkait filosofi di balik pemandian rupang klenteng di Jember menggunakan air campuran bunga mawar. Hal itu tidak terlepas rupang-rupang pada zaman dahulu yang terbuat dari kayu yang dibersihkan dengan air bunga mawar.
“Selain itu, larutan air teh, kan dulu gak ada ya yang keramik-keramik begitu, semua terbuat dari kayu dan air teh itu agar tidak dimakan nonor. Air teh yang menyerap ke kayu akan terhindar dari nonor,” kata Heri Novel Stadiono.
Tahap berikutnya, pembersihan dilakukan dengan merendam rupang dengan air yang dicampur pewangi, untuk memberikan aroma harum pada rupang. Tidak hanya rupang-rupang yang dibersihkan, para umat Tionghoa juga membersihkan ke-18 altar di Klenteng Pay Lien San.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Diki Febrianto
Editor: Dwi Lindawati