TUBAN, Tugujatim.id – Pelataran Klenteng Kwan Sing Bio Tuban yang megah tampak berbeda dengan kehadiran patung shio ular kayu raksasa yang menarik untuk menyambut pengunjung yang datang. Dengan panjang mencapai 6-7 meter, ikon Imlek 2025 ini tidak hanya mencuri perhatian, tetapi juga menyimpan cerita tentang dedikasi seorang seniman lokal, Abah Janjang.
Bagi masyarakat Tuban, nama Janjang Berdikari bukanlah hal yang asing. Sejak 1989, seniman asal Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, ini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari perayaan Imlek di klenteng yang dikenal sebagai salah satu terbesar di Asia Tenggara itu.
Baca Juga: Staycation 2025 di Bobocabin Coban Rondo Malang: Wisatawan Glamping Modern dengan View Super Indah!
Tahun ini, dia kembali dipercaya menghidupkan semangat perayaan Imlek dengan karya khasnya. Dalam dua bulan terakhir, tangan Janjang yang dibantu beberapa pegawainya sibuk menatah dan membentuk patung ular kayu raksasa. Bukan sekadar hiasan, ular ini lambang tahun baru menurut kalender Kongzili 2576.
“Tema tahun ini shio ular kayu. Selain patung ini, saya juga menambahkan background bertuliskan aksara China yang bermakna ‘panjang umur, banyak rezeki’,” cerita pria berusia 60 tahun itu.

Bukan hanya itu, puluhan lampion dan tangkai kayu juga dia siapkan untuk melengkapi dekorasi. Abah Janjang ingin klenteng tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga lokasi yang menyenangkan bagi para pengunjung.
“Harapannya, orang-orang bisa berfoto dan merasakan suasana Imlek yang lebih meriah,” tambahnya sambil tersenyum ramah.
Dedikasi Janjang pada seni patung dimulai sejak 1986. Karya-karyanya kini menghiasi berbagai tempat, baik di Tuban maupun luar kota.

Salah satu karyanya yang paling ikonik di Klenteng Kwan Sing Bio adalah patung kepiting besar yang dibuat pada 1994 serta mural cerita Kwan Kong di tembok halaman parkir.
“Setiap karya punya tantangan sendiri. Tapi buat saya, tantangan itu justru bagian yang paling menarik. Seperti saat mengerjakan patung 9 kuda di perempatan Sleko pada 2021. Itu proyek yang cukup rumit, tapi saya bangga hasilnya bisa dinikmati banyak orang,” ujarnya.
Kini nama Janjang juga merambah ke luar Tuban. Tahun lalu, dia mendapat tawaran besar untuk membuat patung Gajah Mada setinggi 24 meter di Sleman, Yogyakarta.
“Saya bersyukur seni ini membawa saya ke banyak tempat. Tapi, Tuban tetap rumah bagi saya,” ucap alumnus Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini.
Patung ular kayu raksasa di Klenteng Kwan Sing Bio bukan hanya hasil kreativitas Abah Janjang, tetapi juga simbol kerja keras dan dedikasi yang terus dia bawa selama lebih dari tiga dekade. Bagi pengunjung klenteng, patung ini tidak sekadar hiasan, tetapi pengingat akan semangat Imlek yang penuh harapan.
“Melihat orang-orang tersenyum saat melihat karya saya, itu kebahagiaan tersendiri,” tutupnya.
Dan di bawah kilauan lampion yang memancar, karya Abah Janjang kembali menghidupkan Tuban dengan keindahan dan cerita yang tak lekang oleh waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Mochamad Abdurrochim
Editor: Dwi Lindawati