JEMBER, Tugujatim.id – Terletak di jantung kota, Masjid Jami’ Al Baitul Amien berdiri dan menjadi ikon tempat ibadah umat muslim di Jember. Masjid Jami’ Al Baitul Amien menjadi kebanggaan masyarakat jadi wisata religi di Jember lantaran pesona keindahan arsitekturnya memiliki bentuk yang unik, berbeda dengan kebanyakan masjid lainnya.
Kebanyakan masjid memiliki satu kubah besar di atasnya, berbeda dengan Masjid Jami’ Al Baitul Amien, yang memiliki tujuh kubah. Hal tersebut menjadi daya tarik Masjid Jami’ Al Baitul Amien dalam segi arsitektur bangunan.
Tujuh kubah Masjid Jami’ Al Baitul Amien sebagai tempat wisata religi di Jember ini tidak serta merta dibangun begitu saja, melainkan angka tujuh tersebut memuat filosofi tersendiri yang merupakan lambang dari stabilitas. Selain itu, tujuh kubah Masjid Jami’ Al Baitul Amien merupakan tanda atas kekuasaan Allah SWT dalam penciptaan tujuh lapis langit dan bumi.
Sedangkan jumlah tiang sebanyak 17, yang terletak di kubah utama Masjid Jami’ Al Baitul Amien, mengandung filosofi sebagai pengingat, khususnya untuk umat muslim, bahwa angka 17 merupakan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Selain itu, angka 17 juga bertepatan dengan malam Nuzulul Quran yang merupakan peristiwa turunnya Kitab Suci Al-Quran di Gua Hira, kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
Selain itu, keunikan di dalam Masjid Jami’ Al Baitul Amien juga terlihat pada tempat imam saat memimpin salat berjamaah (mihrab) dan tempat khotbah (mimbar), keduanya saling terkait, memiliki tiga lengkungan. Jumlah lengkungan tersebut merepresentasikan trilogi Islam (iman, Islam, dan ihsan).
Yaying K. Kaser A.I.A, yang merupakan seorang arsitek lulusan California, Amerika Serikat, memberikan sumbangsihnya terhadap desain bangunan Masjid Jami’ Al Baitul Amien, setelah bersaing dengan 13 desain lainnya yang diajukan untuk membangun masjid tersebut.
Menurut Yaying K. Kaser A.I.A, desain bangunan dari Masjid Jami’ Al Baitul Amien yang lama, terbangun melalui campuran beberapa konsep, mulai dari peradaban Nusantara, Eropa, dan Timur Tengah. Sedangkan Masjid Jami’ Al Baitul Amien baru yang bisa dilihat hingga saat ini merupakan hasil dari peradaban modern. Tidak jarang, ketika diamati lebih dalam, bentuk kubah Masjid Jami’ Al Baitul Amien, menyerupai Gedung MPR dan DPR di Senayan, Jakarta Pusat.
Saat berkunjung ke Masjid Jami’ Al Baitul Amien, pengunjung akan disuguhkan dan menginjak marmer bermotif cacar dari Italia, yang menghiasi ruang ibadah utama. Dari arah masuk Masjid Jami’ Al Baitul Amien, sebelah kiri masjid, terdapat tempat wudu pria. Sedangkan pada sisi kanan, tempat wudu bagi perempuan. Di mana tempat wudu tersebut terletak di bawah kubah-kubah kecil yang termasuk ke dalam tujuh kubah Masjid Jami’ Al Baitul Amien. Tidak heran jika bentuk di dalamnya juga menyesuaikan dengan bentuk kubah, yaitu memutar.
Pada 2022, Masjid Jami’ Al Baitul Amien berubah warna menjadi putih dan beberapa bagian berwarna kuning emas. Sebelumnya, Masjid Jami’ Al Baitul Amien memiliki warna yang didominasi warna hijau. Tidak hanya warna, Masjid Jami’ Al Baitul Amien mengalami renovasi pada pintu masjid, lantai pada halaman masjid, gerbang, dan halaman masjid yang mendapat dana secara pribadi dari istri Bupati Jember Hendy Siswanto yaitu Kasih Fajarini.
Sebelum itu, pada 1939, Masjid Jami’ Al Baitul Amien telah mengalami renovasi. Hingga 1973, mengalami pembaruan kembali menurut catatan takmir. Sedangkan tahun dibangunnya Masjid Jami’ Al Baitul Amien tidak diketahui secara pasti karena tidak ada catatan resminya.
Seiring berjalannya waktu, ada berbagai macam fasilitas yang disediakan di Masjid Jami’ Al Baitul Amien, seperti ruang kelas, ruang membaca atau perpustakaan, ruang rapat, dan ruang tahlil. Berbagai macam fasilitas tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan layanan kepada masyarakat atau jamaah, khususnya pada saat menunaikan ibadah.
Berlokasi tepat di Jalan Raya Sultan Agung, Masjid Jami’ Al Baitul Amien sebagai tempat wisata religi di Jember ini terletak di sebelah barat alun-alun yang membangun tata ruang dan bernilai sejarah, yang harus terus dirawat dan dijaga keberadaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Diki Febrianto
Editor: Dwi Lindawati