Tugujatim.id – Perkembangan zaman yang begitu pesat di masyarakat, membuat media sosial kini tidak hanya sebagai media untuk menyebarkan kehidupan pribadi saja. Namun, media sosial menciptakan peluang baru di setiap lini, termasuk di bidang strategi dakwah.
Menurut M.S. Nasaruddin Latif, dakwah yaitu setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mematuhi Allah SWT sesuai dengan garis akidah dan syari’ah serta akhlak Islamiyah. Dakwah adalah tugas setiap umat muslim di seluruh penjuru dunia.
Untuk zaman yang serbamodern saat ini, bukanlah alasan untuk tidak melaksanakan strategi dakwah walau satu ayat. Media sosial bukan sekadar hiburan, tapi media sosial adalah alat untuk meningkatkan tali silaturahmi dengan cara dakwah masa kini. Implikasi yang timbul dari adanya kemudahan ini dimanfaatkan betul bagi orang-orang yang terbuka akan teknologi.
Bagaimana strategi dakwah di media sosial itu? Simak penjelasan berikut ini!
1. Live Streaming Ngaji Kitab
Banyak ulama yang kini mulai memanfaatkan media sosial sebagai media untuk berdakwah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya live streaming pengajian kitab kuning. Hal ini merupakan terobosan yang sangat bagus. Mengingat pengajian kitab kuning jika dilakukan secara manual tanpa live streaming, jumlahnya hanya terbatas. Namun, jika melalui live streaming, pendengarnya tak berbatas, dari mana pun bisa mengikuti dan bisa dilihat kapan pun.
2. Video (Reels)
Humas pesantren yang berfokus pada media sosial, sering kali mengedit video kajian dari para ulama untuk dijadikan video singkat. Dan ini diberi ruang oleh media sosial dengan adanya fitur Reels. Salah satu konten creator yang berfokus kepada dakwah melalui video pendek di Instagram (@fuadbach).
3. Tulisan (Quote)
Seiring dengan perkembangan zaman, pola dakwah mengalami pergeseran. Dibandingkan dengan lisan, dakwah melalui tulisan menjadi lebih urgen dan efektif dilakukan yakni berdakwah melalui media sosial dengan internet dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah. Keunggulan dari dakwah dengan model ini tidak menjadikan materi dakwah akan hilang meski sang dai atau penulisnya sudah wafat seperti ungkapan Rasulullah SAW.
“Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada.”
Saat ini dakwah melalui tulisan dapat melalui blog, website, atau pun tulisan pendek di Instagram. Tidak semua orang belajar dengan cara mendengar, ada beberapa orang yang lebih memilih membaca.
4. Pakai Humor dan Retorika Bahasa
Berdakwah adalah seni menyampaikan gagasan kepada khalayak umum. Penyampaian ini harus dilakukan semenarik mungkin agar para pendengar tertarik dan berkenan mendengarkan apa yang kita sampaikan. Dua hal yang dapat menarik perhatian para pendengar: Humor dan Retorika Bahasa.
Humor dapat menarik perhatian jamaah yaitu dengan cara memberikan humor yang sehat agar dapat sejenak menyegarkan kembali pikiran. Sebab, humor merupakan salah satu solusi untuk merefleksikan pikiran kita di tengah banyak masalah yang sedang dihadapi.
Selain itu, humor merupakan aktivitas kehidupan yang sangat digemari. Humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Dan humor tidak mengenal kelas sosial dan dapat bersumber dari berbagai aspek kehidupan. Humor adalah cara melahirkan suatu pikiran, baik dengan kata-kata (verbal) atau dengan jalan lain yang melukiskan suatu ajakan yang menimbulkan simpati dan hiburan.
Sedangkan retorika bahasa yang dimiliki seorang pendakwah haruslah menarik karena gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi). Selain itu, peran retorika bahasa adalah meyakinkan pihak lain akan kebenaran kasus yang dibicarakan. Keyakinan akan kebenaran kasus merupakan tujuan akhir.
Penulis adalah mahasiswi KPI Al-Qolam, Kabupaten Malang.