Tugujatim.id – Pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup berketurunan.
Namun sayangnya, banyak remaja yang menyalah artikan pernikahan. Terkadang yang dipikirkan hanya yang enak-enak saja. Padahal yang harusnya dipikirkan adalah apa tujuan menikah yang sesungguhnya, kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di kehidupan rumah tangga, dan bagaimana nanti cara menyikapi banyaknya lika-liku kehidupan berumah tangga.
Menikah bukan tentang tergesa-gesa yang nanti ujung-ujungnya tidak bertahan lama dalam hubungan pernikahan. Tujuan menikah yaitu membangun sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warahmah (keluarga yang diselimuti dengan ketentraman, kecintaan, serta rasa kasih sayang).
Lalu, berapa usia ideal untuk menikah? Dilansir dari idntimes.com, 25 tahun menjadi usia ideal menikah bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan. Karena di usia tersebut, mereka sudah memiliki kesiapan fisik maupun mental yang baik. Dengan idealnya menikah di usia tersebut agar terbentuknya rumah tangga yang baik dalam pernikahan tersebut.
Sementara pernikahan dini bukan saja dipandang dari sisi usianya yang masih belia yang barometernya lebih berpijak pada perkembangan fisiologis atau biologis, tetapi juga terkait erat dengan faktor emosi seseorang sebagai wujud dari perkembangan psikologinya. Dengan demikian, pernikahan dini dapat dikatakan sebagai akad atau perikatan antara laki-laki dan perempuan yang belum memiliki kesiapan baik secara fisiologis maupun psikologis dalam rangka membentuk keluarga.
Pernikahan dini biasanya berlangsung dalam kisaran waktu usia remaja (adolescence) antara usia 12-16 tahun. Berikut faktor penyebab terjadinya pernikahan dini di Indonesia:
1. Ekonomi
Ekonomi menjadi sumber kehidupan utama bagi semua manusia untuk mencukupi kehidupan dalam sehari-hari, khususnya bagi kalangan muda, uang menjadi poin terpenting untuk mencukupi semua kebutuhannya. Maka dari itu, pernikahan dini kerap dianggap sebagai jalan keluar dari kesulitan ekonomi karena menikahi pasangan yang lebih mapan secara ekonomi.
2. Keluarga
Pernikahan dini bisa terjadi karena desakan dari orangtua atau keluarga agar anak aman dari pergaulan bebas.
3. Perjodohan
Biasanya perjodohan kerap dilakukan oleh dua keluarga yang sudah saling mengenal tentang latar belakang keluarga satu sama lain. Perjodohan diharapkan dapat membuat masing-masing anak dari dua keluarga tersebut bahagia, walaupun itu tidak berlaku untuk semua anak yang dijodohkan.
4. Pergaulan Bebas
Banyak anak yang terjerumus di dunia pergaulan bebas. Pergaulan bebas dapat membuat anak hamil di luar nikah, sehingga membuatnya terpaksa harus menikah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
5. Kurang Perhatian
Tidak semua anak mendapat perhatian dari orangtua atau keluarganya. Karena faktor sibuk pekerjaan, jarang bertemu saat di rumah, bahkan kurang komunikasi yang terjalin antara orangtua dan anak.
Pendidikan di sekolah sangatlah penting, namun didikan dan arahan orangtua jauh lebih penting. Dengan adanya bimbingan ada arahan, akan membuat anak memiliki rasa takut dan sikap menjaga diri berkat nasihat keluarganya.
Anak memang tidak harus selalu dikekang, tapi menjadi tanggungjawab penuh bagi orangtua untuk membimbing dan memberi arahan untuk mengantisipasi agar tidak terjadinya hal yang tidak-tidak pada anak.
Penulis: Sinta (Magang)
Editor: Lizya Kristanti