Tugujatim.id – Sekolah inklusi merupakan tempat untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus dan anak-anak normal dalam satu tempat. Berbeda dengan SLB (Sekolah Luar Biasa) yang memang dirancang khusus untuk anak-anak spesial.
Layaknya sekolah reguler, tempat belajar ini juga menyediakan layanan pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19. Guru-guru tidak hanya memberikan tugas pada anak didiknya, mereka juga memberi ‘pelajaran bermakna’ di jam pelajaran yang telah ditentukan.
Anak-anak ‘spesial’ tersebut membutuhkan pendidikan yang spesial juga sesuai dengan kebutuhan yang disandang. Di Banyuwangi, 60 dari 100 persen siswa berkebutuhan khusus menderita slow learner. Yaitu proses belajar yang lambat karena pandemi. Ini adalah tantangan terbesar para pendidiknya.
Problem yang dialami saat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) oleh siswa spesial hampir sama dengan anak-anak di sekolah lainnya seperti jaringan internet, media komunikasi, dan penyampaian materi.
Setiap mereka membutuhkan pengawasan ketat dari orangtua demi menjaga kelancaran proses belajar dan komunikasi. Perbedaan kemampuan dalam menyampaikan materi oleh pendamping akan sangat mempengaruhi pemahaman anak didik.
Beruntung, Kemenndikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) mengeluarkan SE (Surat Edaran) pandemi Covid-19 tahun 2020. Didalamnya dinyatakan bahwa seluruh capaian kurikulum tidak perlu dituntas habiskan.
Pengajar perlu memfokuskan pengajaran dalam menumbuhkan life skill (kecakapan hidup). RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) juga telah direvisi menyesuaikan dengan lingkungan, hambatan, serta media yang kontekstual.
“Tentu pembelajaran berkualitas ini tidak hanya sekedar pembelajaran, yaitu ‘pembelajaran bermakna’, yang bermaksud adalah mendapatkan kompetensi baru berupa, informasi, wawasan, pengetahuan, keterampilan,” papar Lilik Subekti dalam seri webinar guru belajar bersama Kemdikbudristek sebagaimana dilansir dari YouTube GTK Dikdas Kemdikbud RI (28/08/2020).
Anak-anak juga dimintai hasil belajarnya untuk dilaporkan kepada pengajar. Agar guru tetap bisa mengontrol dari jarak jauh.
Para guru pendamping khusus selalu mengawasi perkembangan anak-anak dan mendukung terus hal baru yang mereka sukai. “Kami terus berkomunikasi supaya anak-anak mendapatkan pelayanan yang maksimal,” jelas Lilik dalam presentasinya tersebut.