News  

Aksi Jilid 2 Setahun Kepemimpinan Bupati Tuban, Lindra Tetap Enggan Temui Mahasiswa

Keranda mayat dan ucapan turut berduka cita atas hilangnya hati nurani bupati dan wakil bupati Tuban di depan Gedung Pemkab Tuban, Senin (20/6/2022).
Keranda mayat dan ucapan turut berduka cita atas hilangnya hati nurani bupati dan wakil bupati Tuban di depan Gedung Pemkab Tuban, Senin (20/6/2022). (Foto: Rochim/Tugu Jatim)

TUBAN, Tugujatim.id – Aktivis mahasiswa yang tergabung dalam PMII Tuban kembali turun jalan untuk kedua kalinya di depan Gedung Pemkab Tuban pada Senin (20/6/2022). Aksi puluhan mahasiswa ini untuk memperingati satu tahun kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky berserta H Riyadi.

Mereka menilai pasangan pemimpin itu belum mampu membawa perbaikan di Kabupaten Tuban. Malah membuat kegaduhan di tengah berbagai kebijakan yang dikeluarkan.

Dalam aksi tersebut, mahasiswa membawa keranda mayat dan ucapan bela sungkawa yang ditujukan kepada Bupati Tuban beserta wakilnya atas hilangnya hati nurani.

Ketua Umum PC PMII Tuban, Khoirukum Mimmu’ani, dalam orasinya menuturkan bahwa sekali lagi dan kesekian kalinya aktivis mahasiswa yang menjadi representasi rakyat tidak ditemui oleh Bupati Tuban.

“Lantas, apakah benar mereka yang dipilih oleh rakyat Tuban, masih pantas disebut pemimpin masyarakat bumi wali,” ucap Aini sapaan akrabnya.

Aksi treatrikal para mahasiswa yang memeragakan rakyat yang ingin ketemu namum dipersulit oleh pemimpinnya. (Foto: Rochim/Tugu Jatim)

Aini menambahkan, Bupati jangan hanya reaktif dengan netizen tapi warganya datang ke kantornya malah menghilang.

“Bupati Lindra jangan cemen di dunia nyata. Temui kami,” teriaknya.

Perempuan yang masih menempuh pendidikan tinggi di IAINU Tuban itu membeberkan evaluasi yang harus dilakukan pemerintah baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.

Pembangunan infrastruktur yang digembar-gemborkan selama ini ternyata hanya sebatas janji politik saja. Banyak jalan yang kewenangannya milik Pemkab Tuban belum disentuh sama sekali. Padahal kondisi jalan yang menjadi akses utama masyarakat tersebut rusak parah.

“Ada beberapa di Senori, Kerek, Tambaboyo dan juga Rengel. Di sana jalan seakan dibayar rusak. Padahal prioritas dalam visi dan misinya fokus di pembangunan insfrastruktur,” katanya.

Tak hanya itu, dalam aksi tersebut juga memeragakan treatrikal yang menggambarkan rakyat ingin bertemu pimimpinnya, tapi dihalang-halangi beberapa orang. Dan, juga bupati mendelegasikan bawahannya untuk menemui dengan alasan ada rapat.

“Lagi-lagi alasan ada acara lain atau rapat. Ternyata memang bupati tidak punya nyali untuk temui kami,” terannya.

 


Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim