tugujatim.id
  • Home
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Wisata
  • Kriminal
  • Nasional
  • Piala Dunia U-17
  • Featured
  • Sastra & Budaya
  • Advertorial
No Result
View All Result
tugujatim.id
  • Home
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Wisata
  • Kriminal
  • Nasional
  • Piala Dunia U-17
  • Featured
  • Sastra & Budaya
  • Advertorial
No Result
View All Result
tugujatim.id
No Result
View All Result
Kanjuruhan. (Foto: Dani Kristian/Tugu Jatim)

Suasana panas di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu malam (01/10/2022). (Foto: Dani Kristian/Tugu Jatim)

Arek dan Kanjuruhan

Dwi Lindawati by Dwi Lindawati
1 year ago
in Catatan
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

Oleh: Pietra Widiadi, Founder Pendopo_Kembangkopi, Praktisi Sociolog, tinggal di Lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang

MALANG, Tugujatim.id – Ken Angrok, nama ini muncul dari Pararaton, kemudian muncul pula dalam Negarakertagama, seperti yang disampaikan oleh seorang Dwi Cahyono, sejarawan Malang. Angrok, diartikan sebagai sebuah hal yang luar biasa, yaitu menggambarkan semangat tentang sebuah perubahan, secara harafiah bisa diartikan sebagai “menyerang dengan mati-matian” (di balik nama Ken Angrok, Risa Herdahita Putri, Historia, 07 September 2018) atau saya terjemahkan menjadi “menyerang dengan penuh semangat, atau penyerbuan yang menggelora, atau pantang menyerah”.

Dari catatan-catatan para sejarahwan, yang merujuk pada Pararaton, tepatnya terjemahan Pararaton kemudian difokuskan pada sebuah peristiwa yang terjadi pada 1222. Sebuah peristiwa yang mungkin banyak diketahui oleh khalayak ramai, yaitu “pertempuran antara Ken Angrok dengan Raja yang berkuasa di Kerajaan Panjalu, dengan ibu kota di Daha (baca Kediri), yang disebut sebagai Dandang Gendis, atau Sri Kertarajasa” di sebuah tempat di Ngantang, yang disebut dengan Ganter (Dwi Cahyono, 2020), atau juga disebut dengan Perang di Ganter. Sebuah penaklukan yang dianggap luar biasa, yang dilakukan oleh brandal, yang jago strategi perang, punya sifat blak-blakan tanpa tending aling-aling, dikenal berani, disegani, dan egaliter.

You might also like

Pilpres 2024.

Pilpres 2024: Laku Jualan Masa Lalu atau Masa Depan?

16 November 2023
Kampung Warna-Warni.

Keindahan Kampung Warna-Warni Jodipan, Jadi Spot Jujugan Wisatawan Mancanegara

1 November 2023

Profil ini kemudian menjadi sebuah stereotipe dari kelompok masayarakat sub-budaya Jawa (baca Jawa Timuran) yang disebut dengan budaya Arek (baca Pietra Widiadi, Budaya Arek: Aku Arek Karangbulak, Surabaya Post, 29 Mei 1993). Wilayah persebaran budaya Arek ini, adalah kawasan di mana Ken Angrok yang mendapat gelar Sri Rangga Rajasa Batara Amurwabhumi dan berkuasa, yang merupakan daerah penyatuan Panjalu dan Jenggala.

Kawasan itu meliputi daerah yang secara tipikal seperti sikap egaliter, bengal, tak kenal menyerah dan memiliki watak berangasan (baca berani mengambil risiko, meski kemudian ada yang menyebut bondo nekat atau Bonek). Daerah-daerah itu berada di sisi utara dan timur Gunung Kawi, yaitu antara lain Jombang, Mojokerto, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, dan sebagian Malang, tentu secara budaya tidak sepresisi wilayah administrasi pemerintah daerah tersebut.

Gambaran ini, secara sosiologis ingin menggambarkan, apa kaitan tragedi Kanjuruhan, pada tgl 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan. Kanjuruhan adalah sebuah daerah yang dianggap merupakan Malang pada abad ke-6, yang dipimpin oleh seorang raja terkenal dengan nama Gajayana. Jadi menyimak Malang (baca Malang Raya, yang meliputi Kabupaten Malang dan Kota Malang), seperti terpadunya sebuah relasi berkreasi di Stadion Gajayana, nama stadion di Kota Malang dan Kanjuruhan, di Kabupaten Malang.

Perseteruan Bonex (pendukung Persebaya) dengan Aremania (pendukung Arema), adalah sebuah rivalitas kesemangatan untuk membuktikan yang terbaik. Bukan melakukan anarkisme, tapi mencapai prestasi dengan sikap yang kesedreajadan dalam memperoleh prestasi, sebagai bentuk dari egalitarian dari bagian masyarakat dari sub-budaya Arek. Baik Malang Raya dan Surabaya adalah masyarakat penyandang budaya Arek, yaitu memiliki sikap egaliter, penuh semangat pantang menyerah. Ini secara sosiologis bukan memberikan cap bahwa ada upaya untuk menghabisi, tetapi semangat untuk mendapatkan prestasi itu dengan tak kenal menyerah.

Kita melihat rivalitas yang ada dalam dunia sepak bola modern Indonesia, tidak lepas dari soal kapitalisasi modal, ada industri olahraga (baca hiburan) melalui sepak bola, ada rating pertunjukan di tivi dengan daya tarik dari sepak bola. Ini akan mendatangkan banyak sponsor, artinya pendapatan yang berlimpah. Jadi rating penting karena soal pendapatan, jadi dunia olahraga modern tidak akan lepas dari wajah sebuah kepentingan kapital.

Dari kepentingan kapital itu, rivalitas dipupuk, disemai menjadi finatisme primordial yang akan menggairahkan pertunjukan. Tentu dalam hal ini, sepak bola tanpa penonton seperti tanpa bumbu rasa, hambar jadinya. Sportivitas semangat tanpa pantang menyerah harusnya adalah sebuah prestasi, tidak penting kalah atau menang. Sama halnya sebuah tontonan sepak bola bagi pemilik modal. Kalah atau menang, tidak ada bedanya karena jerih payah sudah dinikmati. Namun bagi pendukung, itu seperti kepedihan sesaat yang seperti harus diobati.

Malam itu, semangat dikobarkan, semangat menyala melawan dengan ujaran pantang menyerah dianggap sebuah pemenuhan eksistensi. Meski demikian, kemudian muncul ujaran berani mati, dianggap hal yang layak. Dalam hal ini bukan eksistensi para pendukung, tapi eksistensi para “pemilik modal itu”. Di mana, itu harus dilampiaskan pada pertandingan berikutnya. Itulah semangat yang harus dipertahankan, supaya kalah menang kemudian, hanya sebuah angka, dan beda dengan pendapatan.

Perjuangan Persebaya dan Arema di laga malam itu, yang terjadi pada 1 Oktober 2022, adalah elan pantang menyerah yang dilakukan oleh generasi muda dari Ken Angrok, sampai saat peluit ditiup pada menit ke-90, di mana wasit mengakhiri sebuah pertandingan. Pantang menyerah, keperkasaan dan sportivitas yang egaliter ditunjukkan dan perlawanan pada pertandingan itu telah usai, bukan soal kemenangan tetapi soal kemampuan yang ditunjukkan yang mengandung semangat pantang menyerah.

Kegembiaraan nampaknya akan jadi capaian, namun kemudian berubah jadi sebagai petaka, yaitu tragedi Kanjuruhan. Sebanyak 125 nyawa para penerus Ken Angrok, dalam tradisi Arek termasuk 2 anggota kepolisian, melayang. Jabat tangan pada pemain Arema dengan pendukungnya adalah tanda memberikan apresiasi prestasi karena sudah pantang menyerah, bukan soal kekalahan dalam adu bola. Artinya, kekalahan adalah hal yang wajar, dari sebuah derajat keegalitarian dari bagian dari budaya Arek yang dibanggakan.

Sekejap, menjelang pukul 22.00, mendadak laga berubah sepertinya sebuah huru-hara dan kericuhan antar para pendukung Persebaya dan Arema, bagi yang tidak tahu bahwa pertandingan ini, tanpa penonton dari pendukung Persebaya. Padahal sebuah keonaran yang kemudian nampak seperti bentrok Aremania dengan Aparat Keamanan!

Tentu ini, benar-benar sebuah tragedi sepak bola Indonesia yang mendunia, yang menyesakkan di mana “kerusuhan” terjadi seperti sebuah kelalaian dari para penjaga. Kejadian itu, kurang dari semalam menjatuhkan banyak korban. Kerusakan, kehancuran, kematian sekejap saja terjadi. Korban adalah para penonton yang ingin bergembira, namun yang diperoleh adalah tragedi, kesedihan, dan penyesalan.

Tragedi itu, kemudian disesalkan dan simpati berdatangan, termasuk dari rival Aremania, yaitu Bonex. Secara bersama-sama dua saudara dari penerus Angrok yang disebut Arek ini, menggelar simpati dan keprihatinan, menyatakan duka tak terhingga. Rivalitas, hanya terjadi di medan laga, di hamamparan hijau lapangan bola, yang tidak di bawa keluar stadion. Ini lah yang disebut dengan budaya Arek, kesederajadan.

Seperti halnya kemenangan Angrok di Ganter, menyatukan dua saudara yang memiliki rivalitas. Arek itu, bukan hanya Surayaba, tapi juga Kera Ngalam (arek Malang) yang menjadi bagian dari kekuasaan Angrok. Semangat pantang menyerah yang diturunkan dari sang Rajasa, di mana egaliter adalah bentuk hubungan antar sesame anak Angrok dipertunjukkan.

 

Tags: Artikel tragedi Stadion KanjuruhanBerita update tragedi Stadion KanjuruhanCatatan KanjuruhanKabupaten Malang hari iniKanjuruhanKorban tragedi gas air matakorban tragedi kanjuruhan
Dwi Lindawati

Dwi Lindawati

Related Stories

Pilpres 2024.

Pilpres 2024: Laku Jualan Masa Lalu atau Masa Depan?

by Dwi Lindawati
16 November 2023
0

Tugujatim.id - Tinggal hitungan hari, masa kampanye Pilpres 2024 dimulai. Tepatnya pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, selama...

Kampung Warna-Warni.

Keindahan Kampung Warna-Warni Jodipan, Jadi Spot Jujugan Wisatawan Mancanegara

by Dwi Lindawati
1 November 2023
0

MALANG, Tugujatim.id - Cuaca cerah meski sangat panas, aku mengunjungi salah satu tempat wisata Kampung Warna-Warni Jodipan Kota Malang, Rabu...

Kayutangan Heritage.

Menelisik Kawasan Kayutangan Heritage Malang, Suasana Syahdu buat Candu Wisatawan

by Dwi Lindawati
1 November 2023
0

MALANG, Tugujatim.id - Bak jalan Malioboro yang tersohor di Yogyakarta, Kampung Kayutangan Heritage menjadi kawasan pedestrian ikonik di Kota Malang....

Kampung Warna-Warni Jodipan.

Kampung Warna-Warni Jodipan Malang, Tak Pudar dengan Keunikannya

by Dwi Lindawati
1 November 2023
0

MALANG, Tugujatim.id - Jam menunjukkan pukul 12.00 WIB pada Minggu (29/10/2023). Siang yang cerah menemaniku bergegas berangkat dengan suasana hati...

Next Post
muhammadiyah tugu jatim

NU dan Muhammadiyah Angkat Bicara soal Tragedi Kanjuruhan

Berita Populer

  • Desain rumah type 36 agar terlihat luas.

    9 Inspirasi Desain Rumah Type 36 agar Terlihat Luas, Minimalis, dan Berkelas

    4949 shares
    Share 1980 Tweet 1237
  • Keren! 10 Desain Rumah Idaman Masa Kini ala Luar Negeri 2023: Cocok untuk Pasangan Muda

    12445 shares
    Share 4978 Tweet 3111
  • 5 Contoh Desain Rumah Minimalis Modern Terbaru 2023, Tampilan Makin Mewah Dipadukan Aksesori Cantik

    1403 shares
    Share 561 Tweet 351
  • 15 Dekorasi Teras Rumah Minimalis Terbaru 2023, Favorit Anak Muda yang Homey Banget!  

    1201 shares
    Share 480 Tweet 300
  • 7 Contoh Ide Rumah Idaman Minimalis Terbaru 2023, Desain Kekinian Impian Anak Muda 

    3183 shares
    Share 1273 Tweet 796
  • Deretan 11 Drama Korea Rating Tinggi 2023, Kisah Doctor Cha dan My Dearest Part 2 Bikin Gemes Penonton

    759 shares
    Share 304 Tweet 190
  • Diduga Rem Blong, Truk Tangki Air di Pandaan Pasuruan Sasak Motor hingga Warung, Dua Tewas

    631 shares
    Share 252 Tweet 158
  • 6 Tren Model Potongan Rambut Pria, Suka Mirip Idol K-Pop yang Stylish? 

    946 shares
    Share 378 Tweet 237
  • Mungil! 15 Desain Rumah 2 Lantai Simpel dan Unik Terkesan Modern

    625 shares
    Share 250 Tweet 156
  • Sambangi Mojokerto, Gus Imin: Kesejahteraan Guru Ngaji Jadi Perhatian

    620 shares
    Share 248 Tweet 155
Tugujatim.id

Merawat Jawa Timur

  • Info Kerjasama
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Form Pengaduan
  • Pedoman Media Siber

© 2023 Tugu Jatim ID - Merawat Jawa Timur.

No Result
View All Result
  • Home
  • Piala Dunia U-17
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV

© 2023 Tugu Jatim ID - Merawat Jawa Timur.