MALANG – Anomali cuaca di Kabupaten Malang rupanya memiliki dampak yang mengkhawatirkan. Pasalnya, anomali ini dibawa awan-awan kumulonimbus yang bisa menyebabkan angin kencang bahkan angin puting beliung.
“Dari pemantauan kami pada Minggu, 16 Agustus 2020, memang dari citra satelit atau radar cuaca bahwa ada awan kumulunimbus yang berpotensi menyebabkan hujan lebat yang disertai angin kencang atau puting beliung,” ujar Retno Wulandari selaku Prakirawan Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Kabupaten Malang pada Selasa (18/08/2020).
Retno mengungkapkan jika wilayah Malang Utara dan Malang Barat memiliki potensi paling membahayakan.
“Memang dari citra arahnya dari Karangploso kemudian ke arah barat lagi,” terangnya.
“Dari pantauan pengamatan cuaca di Kantor Stasiun Klimatologi Malang bahwa terpantau kecepatan angin mencapai 59,4 Km per jam. Sehingga ini memang sudah masuk kategori angin kencang,” imbuhnya.
Wanita berhijab ini lalu menerangkan perbedaan antara kedua angin tersebut.
“Kalau angin puting beliung itu tracknya memutar dan durasinya singkat hanya hitungan menit saja. Kalau angin kencang durasinya bisa lebih lama,” paparnya.
“Tetapi secara dampak sama-sama membuat kerusakan, dan sama-sama disebabkan awan kumulu nimbus,” sambungnya.
Sulit Diprediksi
Selain itu, menurutnya, dua angin tersebut juga sulit diprediksi kapan bakal terjadi.
“Lalu untuk memprediksi apakah akan terjadi angin kencang atau puting beliung itu sulit. Karena kejadiannya lokal dan pertumbuhan awan kumulu nimbus ini cepat,” bebernya.
Ditambah kondisi orografi atau topografi di Malang Raya yang bergunung-gunung juga berpengaruh pada terbentuknya awan kumulonimbus karena kelembapan udara yang cukup tinggi.
“Kemudian adanya pemanasan dari radiasi matahari yang cukup tinggi, ditambah kondisi topografi membuat awan ini bisa cepat berkembang,” jelasnya.
Retno mengungkapkan jika ketika awan mencapai tingkat kematangan tertentu akan menyebabkan angin kencang atau angin kumulonimbus yang disertai hujan lebat.
“Angin puting beliung ini memang sudah untuk diprediksi, paling kita hanya bisa memantau satu jam atau setengah jam sebelum kejadian itu. Itupun tidak semua awan kumulu nimbus menyebabkan puting beliung atau angin kencang,” ucapnya.
Terakhir, ia mengatakan jika sebenarnya kedua bencana angin tersebut biasanya tidak terjadi di bulan Agustus.
“Angin rancang atau puting beliung ini sebenarnya tejadi di peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, di pertengahan musim hujan atau dari musim hujan ke kemarau,” tutupnya.
Reporter: Rizal Adhi Pratama
Editor: Gigih Mazda