Pola asuh setiap orang tua tentu berbeda-beda meskipun tujuan yang ingin dicapai adalah sama. Ada orang tua yang mendidik dengan penuh kelembutan, tetapi ada juga yang terbiasa mendidik dengan kekerasan fisik seperti memukul, menampar, dan menendang.
Ada banyak alasan yang dijadikan tameng oleh orang tua ketika memukul anak, mulai dari anak yang berbuat salah hingga sulit diatur. Mereka selalu menganggap bahwa memukul adalah bentuk hukuman untuk mendisiplinkan. Padahal alasan sebenarnya adalah mereka tidak bisa mengendalikan emosi yang menggebu-gebu.
Mereka memukul paha, lengan, hingga kepala. Bahkan mereka menganggap bahwa hukuman jenis ini adalah yang paing benar dan efektif. Apalagi orang tua zaman dahulu sering melakukan hal yang sama untuk mendidik anak-anaknya.
Baca Juga: Buah-Buah Terbaik untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Orang tua harus segera menyadari bahwa memukul bukan pilihan tepat untuk mendisiplinkan anak. Mereka harus segera menghentikan tindakan tersebut apabila tidak ingin anak menjadi korban kebiasaan tersebut. Dampak itu juga bisa berakibat pada orang tua meskipun mereka adalah pelaku. Adapun dampak negatif dari memukul anak adalah sebagai berikut.
-
Hubungan anak dan orang tua tidak harmonis
Anak-anak di usia yang tergolong muda masih belum bisa berpikir secara rasional terhadap apa yang terjadi kepadanya. Maka dari itu pola pikir serta presepsi anak-anak dan orang tua tentu juga berbeda. Ketika orang tua menganggap bahwa tindakannya untuk mendisiplinka, sebaliknya anak hanya tahu bahwa ia dipukul oleh orang tua.
Hal itu tentu menyisakan kemarahan dan kekesalan pada anak atas perilaku orang tuanya. Akhirnya, hubungan antara anak dan orang tua pun terganggu. Hubungannya tidak lagi harmonis dan ada kemungkinan anak akan menjaga jarak dengan orang tua. Mereka juga cenderung meragukan cinta dan kasih sayang orag tua.
-
Anak menjadi lebih agresif
Anak-anak yang sering mendapatkan pukulan dari orang tua cenderung lebih agresif ke depannya. Mereka akan sering meluapkan perasaannya tanpa berpikir panjang. Kemarahan dan kekerasan pun tidak jarang dilakukan.
Apalagi ketika mereka merasakan hal-hal yang berkaitan dengan masa lalunya. Mereka bisa melakukan kekerasan fisik terhadap orang yang memperlakannya dengan tidak baik. Mereka juga cenderung menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan permasalahan dengan semua orang termasuk teman sebaya. Hal ini tentu bisa berakibat pada buruknya hubungan sosial anak. Teman sebayanya pun bisa mulai menjauh karena merasakan ketidaknyamanan.
-
Kerusakan otak pada anak
Orang tua sering memukul anak menggunakan tangan, hanger, tongkat, atau rotan. Pukulan tersebut tentu memberikan dampak negatif pada tubuh kembang anak. Otak yang merupakan salah satu bagian terpenting tubuh manusia juga mendapat dampak dari tindakan tersebut. Pukulan yang diterima akan berpotensi merusak perkembangan otak.
Pukulan fisik yang diterima anak bisa menyebabkan penurunan jumlah grey matter yang berguna untuk memproses informasi. Akhirnya kemampuan otak untuk mengolah informasi pun semakin menurun. Hal ini juga bisa mengakibatkan turunnya tingkat kecerdasan seseorang.
-
Gangguan pada kesehatan mental
Seorang anak yang sering mendapat pukulan rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Gangguan ini bisa terjadi beberapa waktu kemudian atau kelak ketika anak-anak menginjak usia dewasa. Anak yang mendapat pukulan berulang kali bisa saja memendam kemarahan dan kekesalan. Semua itu bisa adalah kenangan buruk yang bisa terus ada hingga ia tumbuh dewasa.
Gangguan kesehatan mental ini juga bisa berupa kecemasan, kegelihan, bahkan depresi. Tekanan ini juga bisa menimbulkan keinginan anak untuk bunuh diri. Hal itu dikarenakan anak merasa apapun yang dilakukannya selalu salah dan tidak kasih sayang atau cinta dari orang tua untuknya. (Sindy Lianawati/gg)