Oleh: Rahayu SJ, Mahasiswi IAI Al Qolam Kabupaten Malang
Tugujatim.id – Berapa jam dalam sehari yang kamu gunakan untuk bermain media sosial? Berapa jam waktu yang kamu habiskan untuk memilih mau mengunggah foto yang mana? Berapa lama kamu menghabiskan waktu untuk mengedit fotomu agar terlihat lebih putih, lebih cantik, lebih kurus dan lebih baik daripada bentuk dalam dunia nyata? Berapa banyak waktu yang habis untuk scrolling tiada henti? Keluar masuk Instagram, WhatsApp, Twitter, Facebook, Instagram lagi, dan seterusnya?
Pertanyaan-pertanyaan itu terlihat sangat mudah dijawab, tapi jika dipikir lebih dalam, berapa jam waktu yang habis untuk kesia-siaan? Ah, daripada kamu berpikir terlalu dalam, biar kutunjukkan sebuah data penelitian. Seorang peneliti dari Harvard University baru-baru ini merilis bahwa penggunaan ponsel pintar menghabiskan waktu 8 jam per hari, seperempat waktu kita! Wow! 8 jam ini bukan sekadar angka, 8 jam ini adalah waktu berharga, 8 jam ini adalah hidup. Selama 5 menit menunggu keputusan hakim saja adalah 5 menit penentuan kehidupan, apalagi 8 jam. Iya, kan? Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, malah habis oleh perkara yang sia-sia. Hm…
Lantas, menurut kamu waktu 8 jam ini menghasilkan apa? Bertambahnya keahlian mengoperasikan komputer? Menambah kosakata bahasa asing? Atau sebagai peluang untuk mencari beasiswa di luar negeri? Mengembangkan soft skill? Jika tak ada satu pun dari yang kusampaikan di atas, mungkin kamu termasuk ke dalam golongan lain. Mari, kutunjukkan golongan yang lain itu yang seperti apa. Caranya bagaimana? Caranya mudah sekali, tinggal jawab “pernah” atau “tidak pernah”. Oke? Mari, mulai!
Pernahkah kamu merasa cemas jika tidak mengecek media sosial lima menit sekali? Pernahkah kamu merasa khawatir jika tidak mengakses berita terkini? Pernahkah kamu mendadak sedih atau marah saat teman-temanmu mengunggah foto liburan, makanan, dan prestasi mereka? Pernahkah kamu membanding-bandingkan dirimu dengan teman dunia mayamu? Jika keempat pertanyaan ini kamu jawab pernah, maka kamu termasuk dalam golongan yang lain itu, golongan yang sedang terkena Fomo (Fear of Missing Out).
Baru-baru ini, istilah Fomo mulai familier di kalangan pengguna media sosial, khususnya remaja. Fomo menyebabkan seseorang merasa dikucilkan dan berpikir bahwa kehidupan orang lain di media sosial lebih menyenangkan dibanding hidupnya sendiri. Lantas, apa itu Fomo? Menurut (Travers, 2020; Ocklenburg, 2021; Emamzadeh, 2020), Fomo adalah kecemasan terus menerus ketika tahu orang lain sedang mengalami hal yang menyenangkan dan kita tidak ada di situasi atau tidak terlibat di dalamnya. Fomo inilah yang menghasilkan produk insecure, perasaan tidak pantas, perasaan tertinggal, dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain.
Faktor terbesar yang membuat seseorang terkena Fomo adalah ponsel pintar. Ponsel pintar memberi kemudahan untuk mengakses banyak hal. Kita bisa mengecek berita di seluruh dunia, suhu dan cuaca, mengetahui arah mata angin, berbelanja, dan berkomunikasi dengan teman-teman di dunia maya. Orang yang tidak bisa mengontrol penggunaan ponsel pintar inilah yang cenderung terkena Fomo.
Orang yang Fomo cenderung sibuk memeriksa beranda media sosial. Jika sudah mengecek beranda, mereka akan beralih ke WhatsApp, Twitter, lalu Instagram, begitu seterusnya. Tak hanya itu, seseorang juga bisa dikatakan Fomo jika terus-menerus tergoda notifikasi yang ada di ponselnya. Inilah yang menjadi penyebab terjadinya Fomo.
Dampak Negatif dari Fomo ini?
1. Mudah Depresi
Gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus-menerus merasa sedih dan tertekan serta kehilangan minat dalam beraktivitas, sehingga mengurangi kualitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang terkena depresi akan cenderung mudah putus asa, merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan sedih yang secara berkelanjutan.
2. Mudah Cemas
Menggambarkan kondisi psikologi yang mewakili karakteristik berupa rasa gelisah, khawatir, risau hati atau takut. Cemas yang berlebihan membuat hidup tidak nyaman dan selalu waswas. Kondisi ini membuat seseorang selalu lari dari dirinya sendiri. Lari dari apa yang seharusnya penting dan jadi prioritas.
3. Neurotik
Suatu kondisi kepribadian yang cenderung dilikupi dengan pikiran ynag negatif dan obsesif sehingga bisa membuat orang tersebut kesulitan dalam menghadapi keseharian. Kecenderungan perilaku individu yang maladaptif karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik secara wajar meskipun individu menyadari kalau dia terganggu, tampak dengan munculnya gejala kecemasan, depresi, dan adanya konflik- konflik dalam diri yang belum terselesaikan.
4. Insecure
Sebuah kondisi mental di mana seseorang merasa tidak aman, tidak percaya diri dan merasa rendah diri. Contoh lain dari insecure adalah perasaan tidak menerima atau merasa kurang sempurna. Penyebab insecure dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor dalam diri dan faktor dari luar diri.
Contoh faktor dalam diri adalah fisik yang tidak ideal, seperti kulit tidak putih, rambut keriting, tubuh gemuk dan berbagai standar yang mengarah ke body shaming. Contoh faktor dari luar diri adalah merasa dirinya tidak lebih pintar dari yang lain, tidak lebih beruntung, tidak lebih baik dan merasa tidak pantas untuk orang lain.
5. Insomnia
Gangguan yang menyebabkan seseorang sulit untuk tidur. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan seperti stroke, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Insomnia membuat seseorang kehilangan rasa fokus. Selain itu, akan meningkatkan hormon kortisol (hormon stres).
Dari lima dampak di atas, lalu, bagaimana cara agar tidak terkena gangguan Fomo? Mungkin bisa menggunakan cara berikut : kurangi waktu bermain media sosial, fokus pada hal-hal yang bisa kamu kontrol, menulis jurnal harian, menumbuhkan welas asih terhadap diri sendiri, dan tidak membandingkan pencapaian sendiri dengan pencapaian orang lain.