BOJONEGORO, Tugujatim.id – Di tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat berlomba-lomba untuk menciptakan kreasi baru. Salah satu kreasi itu lahir dari tangan dingin dosen STIKes ICsada Bojonegoro bernama Adib Nurdiyanto. Adib berhasil memanfaatkan limbah kulit telur telur menjadi olahan kerupuk enak, gurih, dan sehat. Bagaimanakah proses kreasinya?
Masyarakat pastinya sering mengonsumsi telur. Namun, kulit telurnya hanya akan dibuang di tempat sampah. Tapi dari tangan Adib, limbah kulit telur tersebut disulap menjadi kudapan enak. Awalnya ide pemanfaatan kulit telur dalam bentuk kerupuk ini didapatkan Adib saat membeli martabak. Melihat kulit telur yang terbuang sia-sia, dia lantas membawanya pulang untuk dijadikan sebuah kreasi kudapan.
“Dalam satu hari, kulit telur ini terkumpul dalam jumlah banyak dan hanya dibuang begitu saja. Kemudian saya memohon izin kepada penjual martabak tersebut untuk membawa pulang limbah kulit telurnya,” kata dosen STIKes Icsada Bojonegoro itu.
Di Rumah Kreatif Desa Mojodeso, Adib kemudian membuat kulit telur ini menjadi serbuk, lalu ditambahkan pada adonan kerupuk. Agar lebih bervariasi, dia juga menambahkan topping. Di antaranya, memberi topping teri dan ebi pada kerupuk ini sehingga ada 3 varian rasa, yakni kekel orisinal, kekel teri, dan kekel ebi. Istilah kekel adalah singkatan dari kerupuk kulit telur untuk mempermudah menyebut olahan ini.
Untuk manfaatnya sendiri, dia mengatakan, cangkang telur sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat atau bentuk umum kalsium. Sedangkan sisanya terdiri dari protein dan beberapa jenis mineral.
Untuk diketahui, cangkang telur itu sendiri merupakan sumber kalsium yang sangat baik. Faktanya, menurut penelitian oleh University of Florida, satu cangkang telur mengandung 2,2 gram kalsium dan rata-rata orang dewasa hanya membutuhkan satu gram kalsium per hari. Jadi, ini adalah sumber kalsium alami yang sangat baik.
Sementara itu, soal olahan yang Adib buat, dia memastikan bahwa kerupuk kulit telur ini aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
“Saya berharap kebutuhan kalsium masyarakat Bojonegoro bisa terpenuhi dengan mengonsumsi kekel ini,” ujarnya.
Selain memastikan keamanan untuk dikonsumsi, pembuatan kerupuk ini ternyata terkendala oleh cuaca. Sebab, pengeringan kerupuk kulit telur ini hanya mengandalkan terik matahari. Sedangkan untuk penjualan kerupuk kulit telur pun melalui pemesanan langsung dan melalui outlet Creative Economy Center (CEC) yang tersebar di Bojonegoro. Untuk satu bungkus kekel ini, dia menjualnya dengan harga Rp 20.000.