KEDIRI, Tugujatim.id – Masalah pupuk subsidi yang langka masih menjadi polemik yang harus dihadapi petani di Kediri. Memasuki musim tanam padi, mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pupuk nonsubsidi yang harganya 3 kali lipat lebih mahal.
Seperti yang dihadapi petani di Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, bernama Katmin, 62, ini. Dia mengeluh padinya yang masih berumur 3 minggu tidak dapat tumbuh optimal karena kekurangan pupuk. Tanaman padi yang dia tanam daunnya agak menguning dan pertumbuhannya lambat.
“Ini pupuknya kurang, dulu yang pertama dipupuk sedikit karena tidak ada pupuk,” ungkapnya.
Dia mengeluhkan harga pupuk yang semakin mahal, bahkan per karung mencapai sekitar Rp350 ribu. Hal tersebut adalah untuk pupuk nonsubsidi, 3 kali lipat lebih mahal dengan pupuk subsidi yang harganya Rp 120 ribu. Jadi, hasil yang dia dapat semakin kecil.
“Ya semua habis untuk beli pupuk, saya masih 2 kali memupuk sawah seluas sekitar 1/4 hektare dengan menghabiskan uang Rp2,5 juta, itu saja belum cukup,” tambahnya.
Sampai saat ini, pupuk bersubsidi belum juga tersedia di kios pupuk milik kelompok tani di Desa Wonojoyo, bahkan pupuk nonsubsidi juga kosong. Dia harus membeli pupuk di luar desa.
“Dua minggu lalu saya sudah mengumpulkan fotokopi KK, KTP, dan sudah punya kartu Tani, cuma sampai sekarang masih belum ada pupuknya,” ujarnya.
Sementara itu, senada dengan Katmin, Srikowati, 54, warga Desa Sambirejo, Kecamatan Ngasem, itu mengeluhkan pupuk yang tersedia di kios terbatas. Dia mengatakan, petani hanya mendapat 2 karung, itu pun tidak cukup untuk memupuk padi di sawahnya.
“Kemarin baru datang pupuknya, tapi hanya mendapat 2 karung,” ujarnya.
Para petani padi tersebut berharap masalah pupuk tersebut dapat segera terselesaikan. Pasokan pupuk banyak tersedia dan harganya tidak terlalu tinggi.
“Saya itu yang penting pupuknya ada, kalau harga ya jangan mahal-mahal,” ujar Katmin.