MALANG, Tugujatim.id – Pandemi Covid-19 di musim kedua ini rupanya semakin ganas. Seiring dengan lonjakan kasus positif hariannya, kebutuhan akan donor plasma konvalesen meningkat 100 persen. Namun, harapan baru kesembuhan ini kembali mandek ketika stok plasma ini sendiri mulai sulit dicari.
Seperti diketahui, terapi plasma konvalesen ini menjadi alternatif pemulihan Covid-19 yang mulai banyak digunakan di sejumlah RS rujukan. Tingginya permintaan ini akhirnya tak sebanding dengan ketersediaan plasma konvalesen di unit-unit PMI.
Hal ini terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digagas Tugu Media Group bertajuk “Dari Malang Untuk Indonesia, Mewujudkan Bank Plasma Konvalesen untuk Mengatasi Covid-19” pada Senin (26/07/2021) secara virtual.
Dalam FGD ini dihadiri para pemangku kebijakan Kota Malang. Mulai dari Wali Kota Malang Sutiaji, Kapolresta Makota AKBP Budi Hermanto, Dandim 0833 Kota Malang Letkol Arm Ferdian Primadona, dan perwakilan DPRD Kota Malang Wanedi.
Turut hadir pula sejumlah pihak terkait, mulai dari pengusaha sekaligus pendonor aktif plasma konvalesen Sim Putra Bradley, Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana, perwakilan UTD PMI Kota Malang, perwakilan RSSA Malang, perwakilan RSUD Kota Malang, pengurus plasmahero.id, dan pegiat sosial kemanusiaan se-Malang Raya turut hadir di FGD ini.
FGD ini digelar untuk membicarakan seputar program mengakselerasi percepatan penanganan Covid-19. Salah satunya dengan menggagas pembentukan Bank Plasma Konvalesen. Ini bisa jadi langkah baru dari Malang untuk Indonesia dan jadi percontohan bagi daerah lain.
Seperti dikisahkan Sim Putra Bradley, pengusaha yang juga pendonor aktif plasma konvalesen di Surabaya ini. Dia mulai kelabakan saat menerima banyak permintaan donor kepada dirinya belakangan ini.
Dia juga melihat antrean di PMI juga menumpuk, mencapai 800 orang. Situasi itu membuat batinnya tergugah. Dia pun membicarakan perkara ini kepada Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana. Kemudian, lahirlah ide menghadirkan Bank Plasma Konvalesen.
”Saya dengar juga ternyata produksinya sulit karena keterbatasan alat. Artinya, memang perlu dorongan dari banyak pihak, mulai pemangku kebijakan, TNI-Polri, hingga rumah sakit,” kata dia.
Selain itu, menurut dia, juga perlu ada sosialisasi dan edukasi lebih masif kepada masyarakat, khususnya penyintas Covid-19 agar tidak takut menjadi pendonor. Di satu sisi, alat untuk transfusi donor plasma ini juga harus ditambah.
“Saya kira di situasi darurat kesehatan ini perlu banyak inovasi. Terpenting adalah bagaimana kita menghimpun plasma dalam satu tempat, semacam bank. Dan saya berharap besar ini dimulai dari sini, Kota Malang,” tuturnya.
Bak gayung bersambut, hal senada diungkapkan CEO Tugu Media Group Irham Thoriq bahwa kehadiran bank plasma konvalesen cukup penting di tengah mengganasnya varian baru delta Covid-19 ini.
Tentunya, Tugu Media Group sebagai media dengan tagline Merawat Malang Raya dan Merawat Jawa Timur itu ingin ikut terlibat dalam gerakan sosial tersebut. Selain media, dia berharap dorongan dan dukungan dari pemda, TNI-Polri, dan semua pihak berkepentingan dalam upaya bersama penanganan Covid-19.
Dari PMI di Kota Malang sendiri hingga saat ini juga terkendala banyak hal. Mulai dari keterbatasan alat hingga kesadaran para penyintas untuk mendonor juga mulai berkurang.
”Wali Kota Malang sendiri adalah penyintas dan awal-awal dulu menggaungkan kampanye donor plasma ini, tapi kini sudah tak keliatan lagi seperti di awal-awal,” ungkapnya.
Karena itu, dia mengajak semua elemen untuk turut andil dalam akselerasi penanganan Covid-19 di Kota Malang dengan mewujudkan membentuk Bank Plasma Konvalesen.
”Kami dari Tugu Media Group akan mengawal hal ini dengan menggeber publikasinya, termasuk membentuk tim relawan, berkolaborasi dengah semua pihak. Kalau perlu, jemput bola kepada para penyintas untuk berdonor,” tambahnya.
Hal senada dikatakan Pemred Tugujatim.id, media di bawah naungan Tugu Media Group, Nurcholis MA Basyari, bahwa Bank Plasma Konvalesen adalah semacam benteng penyuplai logistik jika dianalogikan di medan perang.
”Jika dalam konteks perang, ini (Bank Plasma Konvalesen) adalah strategi perang membangun benteng-benteng dari pinggiran desa, menyuplai logistik perang memperkuat Indonesia,” jelasnya.