TUBAN, Tugujatim.id – Tarik ulur crude oil atau minyak masih menjadi kendala mundurnya pembangunan proyek kilang baru atau Grass Root Refinery Tuban (GRR Tuban). Hal tersebut dibenarkan anggota Komisi VII DPR RI dari Dapil IX Tuban–Bojonegoro Ratna Juwita Sari pada Jumat (29/10/2021).
Menurut dia, masih terjadi negosiasi yang alot antar kedua belah pihak, yakni Pertamina dan Rosneft. Perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak gas bumi asal Rusia ini meminta untuk crude oil-nya dari mereka. Sedangkan Pertamina masih berhitung dengan kondisi perekonomian di Indonesia.
“Kami kan juga harus tahu seberapa baik mutu minyak mentah ini untuk diolah di kilang minyak ini nanti,” kata Ratna Juwita Sari kepada Tugu Jatim.
Tak hanya itu, kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai juga menjadi salah satu penyebab mundurnya pembangunan kilang minyak yang sebelumnya ditargetkan selesai pada 2025 dan beroperasional 2026. Namun, diperkirakan akan molor sampai 2027 baru bisa beroperasional.
“Ini kan sudah molor setahun. Harusnya targetnya 2026 beroperasi. Jadi, kami lihat dulu seberapa besar perkembangannya,” tambahnya.
Istri dari Ketua Umum KONI Tuban itu akan tetap berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk bisa mengawal demi terwujudnya mimpi besar bangsa Indonesia, yakni Mandiri Energi.
“Tentunya akan terus kami kawal. Sebab, ini proyek strategis nasional untuk kemandirian energi,” ujarnya.
Untuk diketahui, Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina Group dengan raksasa energi Rosneft asal Rusia yang menjadi pelaksana proyek strategis nasional GRR Tuban.
Berdiri di atas lahan seluas 834 hektare, kilang minyak yang diharapkan menjadi fasilitas Petrokimia terbesar di Asia Tenggara ini ditargetkan beroperasi pada 2027 dan menyerap kurang lebih 27.000 tenaga kerja pada saat konstruksi serta 2.500 tenaga kerja setelah proyek beroperasi.