Selasa, Januari 19, 2021
Tugujatim.id
Advertisement
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
Tugujatim.id
No Result
View All Result
Home Featured

Jejak Wisata ‘Kampung Lawas Maspatih’ Surabaya di Tengah Pandemi COVID-19

Mulai dari Kerajaan Islam hingga Kemerdekaan RI

Redaksi Penulis Redaksi
Januari 9, 2021
in Featured, Sastra & Budaya, Wisata
Salah satu rumah di kawasan Kampung Lawas Maspatih, Surabaya. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Salah satu rumah di kawasan Kampung Lawas Maspatih, Surabaya. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Share on FacebookShare on TwitterShare Whatsapp

SURABAYA, Tugujatim.id – Jalan paving itu tampak warna-wani bergambar bunga, tanaman hias berjajar rapi, deretan rumah khas kampung masih bergaya lawas era kolonial. Gangnya kecil, tapi unik dan menawan. Ya, ‘Kampung Lawas Maspatih’ tidak sekadar kampung, namun punya sejarah tentang Tumenggung dan Adipati Keraton Surabaya.

“Kampung ini, waktu Kerajaan Mataram. Sebrang sana ada Keraton. Di sini perumahan Adipati dan Tumenggung (sejajar Menteri, red). Pasca itu, Raden Pekik (hidup pada tahun 1659, red) tinggal di sini, maka dijuluki ‘Maspatih’, artinya perumahan para Adipati,” jelas Sabar Suastono, Ketua RW 3 Kampung Lawas Maspatih, Jumat (08/01/2021), pukul 15.45 WIB.

Pemandangan di Kampung Lawas Maspatih. Sesuai namanya, rumah-rumah kuno tampak berjajar hampir di segala penjuru. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Pemandangan di Kampung Lawas Maspatih. Sesuai namanya, rumah-rumah kuno tampak berjajar hampir di segala penjuru. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Baca Juga: Herry Rasio, Master Aquascape Kelas Dunia Asal Malang

Kampung itu sudah ada sejak abad ke-17, dulu jadi tempat tinggal para ‘abdi dalem’ Keraton Kerajaan Surabaya. Karena lokasi yang tidak jauh dari keraton, sekitar 100 meter, ada di sebrang Jl. Maspatih Surabaya. Sehingga bisa cepat datang bila diperlukan oleh kerajaan.

“Dulu rumahnya tidak dempet, agak jauhan. Di sana ada makam mbah Buyut Suruh. Waktu itu, punya cucu namanya Sawunggaling. Adipati Surabaya pada masa Kerajaan Islam membuat sayembara, memilih Adipati. Sawunggaling nakal, ndableg, tapi kakek-nenek (Raden Karyo Sentono dan mbah Buyut Suruh, red) mendukung sampai ternyata dia jadi Adipati,” cerita Sabar pada Tugu Jatim, sambil duduk di kursi panjang tepi jalan Kampung Lawas Maspatih.

Tugu Jatim menyisiri Kampung Lawas Maspatih. Ada rumah Ongko Loro, dibangun tahun 1907. Konstruksi masih asli, khas rumah lawas. Pintu, jendela dan dinding bagaikan rumah masa ‘Bumi Manusia’ milik Pramoedya Ananta Toer. Rumah Ongko Loro dulu dipakai sekolah rakyat untuk mengurangi warga yang buta huruf, supaya bisa membaca.

Papan petunjuk jalan untuk para wisatawan yang berkunjung ke kampung ini. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)
Papan petunjuk jalan untuk para wisatawan yang berkunjung ke kampung ini. (Foto: Rangga Aji/Tugu Jatim)

Baca Juga: Buah-Buah Terbaik untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

“Pasca Kerajaan Islam dan masuk masa kemerdekaan Indonesia, perang 10 November di Tugu Pahlawan (jarak 200 meter dari kampung, red), di tahun 1900-an ada rumah yang dipakai diskusi para pejuang. Ada dapur perang di losmen. Tentu, ini adalah sejarah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,” lanjut Sabar dengan wajah yang menghayati cerita itu, Jumat (08/01/2021).

Kampung yang terletak di Jl. Maspatih, Bubutan, Surabaya itu juga mempunyai sudut sejarah seperti Rumah Raden Sumomiharjo dan Rumah Sehat Kenanga. Ada juga tambahan wisata seperti Lorong Selfie, Edukasi UKM, Aula dan Area Kuliner Kampung Lawas Maspatih yang dibuat oleh warga, sebagai upaya elaborasi dengan masa kini.

“Kesimpulannya, kampung dan negara duluan kampung lahirnya. Tanpa ada kampung, mustahil ada negara. Sebuah pembangunan dimulai dari kampung, tanpa memulai dari kampung saya yakin pembangunan itu tidak akan berhasil. Kampung itu laboratorium pancasila, kampung harus dilestarikan, kalau kampung hilang pancasila bisa hilang,” harapan Sabar yang diceritakan pada Tugu Jatim, Jumat (08/01/2021).

Baca Juga: Wiji Thukul, Mengenang Sastrawan dan Aktivis yang Hilang pada Masa Orde Baru

Nuansa sejarah kental, membuat Kampung Lawas Maspatih dikunjungi wisatawan asing dari Eropa dan Asia. Mendapat banyak predikat. Sertifikat lomba, penghargaan dan apresiasi terpasang rapi di dinding rumah Sabar Suastono. Yang berkesan, ucapan Sabar bahwa ‘kampung lahir lebih dulu ketimbang negara. Kampung ialah laboratorium pancasila. Maka, harus dijaga’. (Rangga Aji/gg)

Tags: Destinasi Wisatadestinasi wisata di SurabayaKota Surabayarekomendasi wisatarekomendasi wisata di SurabayaSurabaya
Previous Post

Plt Wali Kota Surabaya: Kita Tidak Pernah Menolak PPKM, Hanya Ingin Mempertanyakan

Next Post

Bupati Malang Pastikan PPKM Lebih Longgar Daripada PSBB

Next Post
Bupati Malang, Sanusi tanggapi terkait PSBB dan PPKM yang dilakukan di Malang Raya khususnya di Kabupaten Malang. (Foto: Rap/Tugu Malang/Tugu Jatim)

Bupati Malang Pastikan PPKM Lebih Longgar Daripada PSBB

  • Trending
  • Comments
  • Latest
kampus UM

Banyak Diincar Calon Mahasiswa, Ini Kampus Terbaik di Klaster 1 dan 2 Jawa Timur

Agustus 27, 2020
Polisi amankan barang bukti motor Pelaku Pembacokan di Malang: Teman Dekat Sekaligus Tetangga

Pelaku Pembacokan di Malang: Teman Dekat Sekaligus Tetangga

November 19, 2020
one piece 991 one piece volume 97

Spoiler One Piece 991: Jack Tumbang, Kinemon Tebas Napas Api Kaido

Oktober 15, 2020
Mencari Corona Lewat Puisi Marhalim Zaini

Mencari Corona Lewat Puisi Marhalim Zaini

Agustus 27, 2020
biduan kena tipu

Modus Investasi Tembakau, Biduan Asal Malang Kena Tipu Rp 350 Juta

5
Kondisi pengungsian akibat erupsi Gunung Semeru. (Foto: BEN/Tugu Jatim)

Dua Desa di Lumajang Bertahan di Pengungsian Pasca-Erupsi Gunung Semeru

4
ilustrasi obesitas

Awas, Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian COVID-19 hingga 48 Persen

4
senjata api

Polisi Bekuk Sindikat Senjata Api di Malang, Sita Belasan Pucuk Pistol

3
Wali Kota Malang Sutiaji saat meninjau lokasi longsor di Perum Griya Sulfat Inside, Kelurahan Bunulrejo, Kota Malang, Selasa (19/01/2021). (Foto: Azmy/Tugu Jatim)

Pemkot Malang Akan Panggil Pengembang Perumahan soal Insiden Longsor

Januari 19, 2021
Longsor yang terjadi di Bunulrejo, Kota Malang. (Foto: Pemkot Malang)

Longsor di Kota Malang, DPRD Kritik Pengembang yang Bangun Rumah di Bibir Sungai

Januari 19, 2021
Ilustrasi kasih sayang orang tua yang nantinya juga bisa membentuk karakter dan kepribadian seorang anak. (Foto: Pixabay)

7 Manfaat Kasih Sayang Orang Tua dalam Membentuk Kepribadian Anak

Januari 19, 2021
Intensitas curah hujan tinggi mengakibatkan banjir di Kota Malang. (Foto: Feni Yusnia/Tugu Jatim)

Intensitas Hujan Tinggi, 260 Rumah di Kota Malang Terendam Banjir

Januari 19, 2021
Tugujatim.id

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Pilihan Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Info Kerjasama

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Go to mobile version
We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications