Selasa, Januari 19, 2021
Tugujatim.id
Advertisement
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV
No Result
View All Result
Tugujatim.id
No Result
View All Result
Home News

Wiji Thukul, Mengenang Sastrawan dan Aktivis yang Hilang pada Masa Orde Baru

Redaksi Penulis Redaksi
Agustus 29, 2020
in News, Pendidikan, Sastra & Budaya
wiji thukul

Wiji Tukul, aktivis yang hilang diduga korban penculikan masa Orde Baru. (Foto: tamanbahasaindonesia.blogspot.com)

Share on FacebookShare on TwitterShare Whatsapp

26 Agustus 1963 merupakan tanggal di mana sosok inspiratif kelahiran Surakarta itu dilahirkan. Ia bernama Wiji Thukul. Nama belakang “Thukul” diberikan oleh Cempe Lawu Warta saat ia mulai aktif di kelompok teater Jagat. Pada tahun ini Wiji Thukul berusia 57 tahun.

Tepat di tanggal kelahirannya, lelaki yang memiliki nama asli Wiji Widodo itupun menjadi sosok yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat di sosial media. Tagar #WijiThukul bahkan menduduki peringkat pertama topik yang paling dibicarakan di Twitter (trending topic) pada 26 Agustus 2020. Setidaknya ada sekitar sembilan ribu tweet yang menggunakan tagar tersebut.

Baca Juga: Mengintip Film Tilik, Diproduksi Tahun 2018, Viral Tahun 2020

Mereka ramai-ramai membicarakan tentang tidak diketahuinya nasib Wiji Thukul setelah 22 tahun dinyatakan hilang. Apakah ia sebenarnya sudah meninggal atau masih hidup. Mereka juga membahas karya-karya yang pernah ditulis oleh Wiji Thukul. Banyak kutipan dari puisi-puisi tersebut yang diunggah oleh para pengguna Twitter.

Thukul biasa ia disapa merupakan sosok inspiratif yang terus dikenang hingga sekarang. Ia bukan hanya dikenal sebagai seorang ativis, melainkan juga sastrawan dan budayawan. Thukul merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Statusnya sebagai anak sulung tentu juga membentuk sikap, pemikiran, dan kepribadiannya.

Sosok pemberani itu tidak sekadar menampakkan keberanian untuk membela keluarganya, tetapi juga berani dalam membela hak-hak orang lain. Keberaniannya tersebut ia tunjukkan melalui aksi demonstrasi yang seringkali ia lakukan. Pada mulanya ia hanya mengikuti aksi tersebut di daerah asalnya, namun semakin meluas ketika ketidakadilan semakin sering ia jumpai. Selain itu, ia juga aktif menghasilkan puisi yang dapat menjadi media kritik dan pembangkit semangat perlawanan.

Baca Juga:  Modus Investasi Tembakau, Biduan Asal Malang Kena Tipu Rp 350 Juta

Puisi-puisi karya Thukul masih relevan dengan kondisi saat ini. Puisi-puisi tersebut sering digunakan sebagai bentuk kritik terhadap ketidakadilan yang terjadi. Puisi berjudul “Perngatan” merupakan salah satu puisi yang sering didengar ketika aksi demonstrasi dan aksi. Larik “Maka hanya ada satu kata:lawan!” adalah larik yang paling sering diteriakkan oleh massa untuk membangkitkan semangat perlawanan.

Aksi yang dilakukan oleh Thukul dalam bentuk demonstrasi maupun puisi ini tentu tidak disukai oleh pemerintah pada masa orde baru. Ada banyak hal yang telah dilakukan untuk membungkam atau menghentikan aksinya, namun pada kenyataannya  Thukul tidak pernah mau diam. Ia tidak mau dibungkam.

Sekitar tahun 1996-1998 Thukul pernah hidup dalam pelarian. Ia harus meninggalkan keluarganya. Ia senantiasa dicari-cari aparat yang ingin menangkapnya. Hal tersebut merupakan hasil dari aksi yang ia lakukan entah melalui demonstrasi, bergabung dengan partai, maupun menulis puisi-puisi provokatif. Thukul tinggal bersama sebuah keluarga di Pontianak.

Baca Juga: Awas, Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian COVID-19 hingga 48 Persen

Ketika itu ia hidup dengan nama Paul. Orang-orang disana mengenalnya sebagai seorang tukang bakso yang bangkrut, supir bus yang baru dipecat, atau bahkan orang frustasi. Hidup dalam pelarian tentu tidak membuat Thukul bahagia. Pada suatu waktu ia memutuskan untuk kembali ke rumah asalnya karena merindukan seluruh anggota keluarga, namun tidak berselang lama Thukul dinyatakan hilang.

Wiji Thukul memang saat ini tidak diketahui bagaimana nasibnya. Apakah ia sekadar hilang atau ia memang sudah tinggal nama. Seperti pepatah “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati menghilangkan nama”, Thukul kini pun juga demikian. Ia sebagai seorang manusia meninggalkan nama baik yang bisa dikenang.

Bagaimana ia melakukan perlawan dan perjuangan untuk sebuah keadilan akan terus diingat oleh semua orang khususnya rakyat Indonesia. Kata-katanya pun akan tetap mengobarkan semangat untuk melawan ketidakadilan. Bahkan dalam setiap aksi melawan ketidakadilan, puisi-puisi Widji Thukul tidak akan pernah absen disuarakan dengan lantang. Thukul melawan dengan kata akan terus ada meskipun raga tidak diketahui di mana rimbanya.

 

Penulis: Sindy Lianawati

Tags: aktivisBudayapendidikanSastra
Previous Post

Dewan Kesenian Malang Gelar Pameran Art Journal Super Unik

Next Post

Kala Sampah Manusia dan Predator Ancam Kelestarian Penyu

Next Post
Penyu

Kala Sampah Manusia dan Predator Ancam Kelestarian Penyu

  • Trending
  • Comments
  • Latest
kampus UM

Banyak Diincar Calon Mahasiswa, Ini Kampus Terbaik di Klaster 1 dan 2 Jawa Timur

Agustus 27, 2020
Polisi amankan barang bukti motor Pelaku Pembacokan di Malang: Teman Dekat Sekaligus Tetangga

Pelaku Pembacokan di Malang: Teman Dekat Sekaligus Tetangga

November 19, 2020
one piece 991 one piece volume 97

Spoiler One Piece 991: Jack Tumbang, Kinemon Tebas Napas Api Kaido

Oktober 15, 2020
Mencari Corona Lewat Puisi Marhalim Zaini

Mencari Corona Lewat Puisi Marhalim Zaini

Agustus 27, 2020
biduan kena tipu

Modus Investasi Tembakau, Biduan Asal Malang Kena Tipu Rp 350 Juta

5
Kondisi pengungsian akibat erupsi Gunung Semeru. (Foto: BEN/Tugu Jatim)

Dua Desa di Lumajang Bertahan di Pengungsian Pasca-Erupsi Gunung Semeru

4
ilustrasi obesitas

Awas, Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian COVID-19 hingga 48 Persen

4
senjata api

Polisi Bekuk Sindikat Senjata Api di Malang, Sita Belasan Pucuk Pistol

3
Plengsengan yang ambrol di Perumahan Griya Sulfat Inside, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. (Foto: Azmy/Tugu Jatim)

Plengsengan Ambrol, 1 Orang Penghuni Perumahan Bunulrejo Hilang

Januari 18, 2021
Alat screening Covid-19 bernama i-nose c-19. (Foto:Humas ITS Surabaya/Tugu Jatim)

Pelaku Curanmor di Bojonegoro Ditangkap, Berikut Kronologinya

Januari 18, 2021
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak (dua dari kiri) memperlihatkan alat penemuan pendeteksi Covid-19 yang dibuat oleh Prof Riyan (dua dari kanan). (Foto: Humas ITS Surabaya/Tugu Jatim)

Guru Besar ITS Surabaya Temukan Alat Screening Covid-19 Pertama di Dunia melalui Bau Keringat Ketiak

Januari 18, 2021
Kambing yang tewas diduga dimangsa oleh kawanan anjing liar. (Foto: Moch Abdurrochim/Tugu Jatim)

Kepolisian Rencanakan Tangkap Kawanan Anjing Liar yang Mangsa Kambing Warga di Tuban

Januari 18, 2021
Tugujatim.id

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Pilihan Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Info Kerjasama

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Featured
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Wisata
  • Budaya
  • Entertainment
  • Pilihan Redaksi
  • Olahraga
  • Tugu TV

© 2019 - IT TUGUJATIM.

Go to mobile version
We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications