SURABAYA, Tugujatim.id – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyebut bahwa 80 persen wilayah Jawa Timur berpotensi terdampak bencana alam pada puncak musim penghujan yang diprediksi terjadi mulai November 2021 hingga Februari 2022 mendatang. Ia mendorong semua daerah untuk siaga bencana untuk meminimalisasi dampak dan kerugiannya.
“Jadi setiap bencana alam berpotensi terhadap bertambahnya kemiskinan, bahkan bisa sampai di atas 50%, nah 80% Jawa Timur ini berpotensi terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam” ujar Khofifah usai memimipin apel kontingensi kesiapan penanggulangan bencana alam tahun 2021 di lapangan Kodam V Brawijaya, Surabaya, Senin (25/10/2021).
Khofifah menyebut bahwa bencana hidrometeorogis seperti banjir dan tanah lonsgor di Jawa Timur bisa menyebabkan banyak kerusakan yang berdampak pada peningkatan angka kemiskinan.
“Ini bisa berakibat pada rusaknya infrastruktur, kemudian rumah, karena bisa juga berseiring dengan angin puting beliung, ada hujan ada angin puting beliung, ada longsor dan seterusnya,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pada apel tersebut, Gubernur Khofifah juga didampingi Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Suharyanto, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta dan Kaskoarmada II Laksma TNI Rahmad Jayadi. Apel tersebut digelar sebagai langkah antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi yang diprediski Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seiring datangnya puncak musim hujan pada November hingga Februari 2022 mendatang.
Khofifah mengajak seluruh stakeholder harus sudah membangun sinergitas dalam menyiapkan segala sesuatu, yang terkait dengan kemungkinan jika ada puncak hujan di bulan November sampai dengan Januari, Februari 2022 yang seringkali dikenal dengan bencana alam hidrometeorologi.
Menurutnya, bencana hidrometeorologi ini bisa karena cuaca ekstrem, bisa hujan dengan kapasitas air yang sangat tinggi, bisa kemudian berakibat pada longsor dan juga bisa karena perubahan iklim global.