MALANG – Siapa yang menyangka jika desa seindah Desa Purwodadi, Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang pernah memiliki masa lalu yang kelam akibat narkoba.
Sejak terbukanya akses internet di tahun 2010, desa yang menyimpan surga wisata laut ini harus menghadapi gempuran dunia luar.
Efek positifnya wisata semakin terangkat dan perekonomian membaik. Tentu saja tak terkecuali dampak negatifnya, narkoba.
“Sebelum ada surfing ini kondisi pergaulan anak muda ya suka minum minuman keras dan suka pecahin botol di pinggir pantai,” ungkap surfer senior Desa Purwodadi, Adilan Joni Sahab pada Sabtu (15/08/2020).
Sekitar tahun 2017, ada orang-orang dari luar desa yang membawa narkoba. Karena hal tersebut, Joni dan kawan-kawannya jatuh dalam jurang narkotika.
“Sehingga anak-anak di sini teracuni itu,” bebernya.
Setelah itu, datanglah sosok Bambang Santoso ke Desa Purwodadi dengan membawa surfing.
“Waktu itu yang membawa selancar itu Bawono Santoso atau panggilannya Santos. Berkat dia para wisatawan menoleh ke Bowele,” ujarnya.
Oleh Santos, anak-anak Desa Purwodadi diberikan papan surfing gratis, padahal satu papan harganya bisa mencapai Rp 7 juta sampai Rp 8 juta.
“Itu dikasihkan dengan suara harus semangat belajar surfing dan rajin ke sekolah,” paparnya.
“Pak Santos bilang yang penting kamu melakukan hal-hal positif, jangan main narkoba dan minum-minuman beralkohol,” sambungnya.
Bahkan, Joni berani berujar jika Santos adalah juru selamat dirinya dan anak-anak Desa Purwodadi.
“Bisa dibilang Pak Santos ini juru selamat anak-anak di sini, bahkan dewanya anak-anak surfer Malang Selatan. Itu bisa ditanyakan sendiri ke warga siapa itu Pak Santos,” tegasnya sambil mengatakan dirinya merinding saat mengatakan itu.
Oleh sebab itu, Joni berkata dengan adanya selancar dan pariwisata mereka bisa terhindar dari jurang narkotika.
“Karena bisa mengantarkan tamu ke Banyu Anjlok, Bolu-bolu, Wedi Awu atau Lenggoksono dengan menjadi guide. Dan mereka bisa melakukan hal-hal yang positif,” jelasnya.
Bahkan, Bisa dibilang Joni dan anak-anak Desa Purwodadi diselamatkan oleh selancar dan pariwisata.
“Diselamatkan oleh selancar bersama dengan orang-orang yang membawanya juga, mengajarkan selancar bagus dan tidak melakukan hal buruk seperti narkoba,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Joni mengungkapkan jika sebenarnya sejak 2012 sudah ada orang-orang dari Kota Malang yang bermain surfing.
“Tahun 2012 ada anak-anak dari Kota Malang dan Singosari yang datang surfing ke Lenggoksono. Itu setiap minggu datang ke sini dan meminjamkan papan pada saya dan teman-teman saya,” lanjutnya.
Namun, sebenarnya Joni sejak umur 8 tahun sudah main surfing dari papan kayu yang namanya body board.
“Sejak itu saya tertarik pada surfing, dan nilainya positif. Karena sehabis sekolah, siangnya main selancar sehingga malamnya capek dan tidak bergadang,” katanya.
Terakhir, ia mengungkapkan jika surfing di Bowele (Pantai Bolu-bolu, Pantau Wedi Awu dan Pantai Lenggoksono) memiliki ombak berkelas internasional.
“Sehingga surfing ini bagus sekali untuk mengundang wisatawan, terutama wisatawan mancanegara,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi Pratama
Editor: Gigih Mazda