SURABAYA, Tugujatim.id – Belakangan, sebuah akun TikTok bernama @yolayola8040 mengunggah video yang berjudul “Suamiku Ternyata Perempuan” menceritakan kisah pilunya. Ida Susanti, 58, salah satu warga Surabaya yang mengaku bahwa dirinya dulu pernah menikahi seorang laki-laki bernama Nardinata Marshioni Suhaimi yang ternyata seorang perempuan.
Meski telah melaporkan kasus ini pada 2002 di Polda Jatim, hingga kini Ida Susanti belum menemukan titik terang.
“Saya pernah ditipu dalam perkawinan yang diduga suami saya menggunakan identitas palsu,” kata Ida Susanti saat dihubungi Tugujatim.id, Minggu (01/10/2023).
Inilah Kisah Ida Susanti
Ida Susanti menikah dengan seseorang yang mengaku pria bernama Nardinata Mashioni Suhaimi pada 2000. Perkenalan keduanya berawal dari salah satu teman Susanti yang memberikan nomor Nardinata.
“Berawal dari temanku bernama Misel, memberiku nomor telepon seorang cowok. Dan akhirnya beberapa hari kemudian aku SMS dan waktu itu Juni 2000. Aku SMS untuk kenalan, tapi ternyata langsung dijawab dan dia cerita kalau waktu itu lagi liburan di Eropa,” kata Susanti.
Pada 26 Juni 2000, kali pertama Susanti dan Nardinata bertemu di sebuah restoran di Surabaya. Diketahui, saat itu Nardinata datang bersama kakaknya Johanes. Perawakannya nyaris tidak seperti perempuan, membuat Susanti percaya bahwa kenalannya itu memang seorang laki-laki.
Tidak membutuhkan waktu lama. Sekitar 3 minggu kemudian, tepatnya Juni 2000 Nardinata menyatakan keseriusannya untuk menikahi Susanti dengan meminta restu kepada kakak Susanti.
“Akhirnya akhir Juli pesta kecil tukar cincin di Surabaya dihadiri semua keluargaku dan keluarga dia empat orang. Besoknya ke Jakarta karena berencana bulan madu,” tuturnya.
Sesampainya di Jakarta, keduanya lantas menandatangani surat nikah dari catatan sipil Jakarta dengan saksi saat itu kakak Susanti. Setelah selesai, besoknya Susanti dan Nardinata bertolak ke Bangkok untuk bulan madu.
Nahasnya, ketika semua pasangan pengantin baru menantikan malam pertama yang bahagia, justru malam kelam yang diterima Susanti saat itu.
“Hari pertama di Bangkok tidur di Hotel Asia. Pada saat itu, dia mengatakan ke aku kalau dia sebenarnya tidak butuh istri tapi dia butuh sosok pendamping yang bisa mendampingi dia ke mana-mana. Lha aku kaget, kok gak butuh istri kenapa menikah, akhirnya dia bercerita kalau dia itu seorang perempuan,” ungkapnya.
Betapa syok dan hancur yang dirasakan oleh Susanti kala itu. Batinnya terguncang kala dia mendengar ternyata sosok yang dia yakini suami, dua hari pernikahan justru mengungkap fakta tidak terduga.
“Saya syok, kaget, dan menangis dan kami berantem hebat sampai dia saat itu cerita kalau aku disuruh merawat anak angkatnya tiga dan untuk memelihara abu orang tuanya. Lha aku ndak mau, sedangkan keluargaku belum tahu kalau dia perempuan,” terangnya.
Pertengkaran hebat terjadi di hotel malam itu, rasa emosi yang tidak terbendung membuat Nardinata melakukan kekerasan kepada Susanti.
“Kami berantem sampai aku dipukuli dan waktu itu aku sampai mau dibunuh. Akhirnya aku berpikir daripada aku mati konyol akhirnya ngomong kasih waktu aku untuk berusaha menemani kamu sekuatnya karena aku perempuan normal, bukan lesbi,” kata Susanti dengan nada sedikit pasrah.
Nardinata berjanji kepada Susanti untuk membelikannya rumah di Surabaya dan mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Rumah tersebut berada di kawasan Taman Mutiara, Pakuwon City, Surabaya.
Kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Tiba-tiba seorang perempuan yang mengaku bernama Emiliana mengambil baju dan mobil milik Nardinata.
“Maksudnya apa dia (Emiliana) mau merampas semua. Terus Nardinata pulang selalu mengajak berkelahi, aku dipukuli,” keluhnya.
Tidak tahan dengan perlakuan Nardinata, Susanti lantas melaporkannya ke Polda Jatim dengan tuduhan penipuan. Dia menyerahkan tiga KTP milik Nardinata. Atas nama Nardinata Narshiomi Suhaimi, Nera Maria (nama asli Nardinata), dan Oni Jusuf (identitas lain).
“Bulan Agustus 2002, saya melaporkan jalur hukum di Polda Jatim. Akhirnya 29 Juli 2007 keluarlah surat DPO (daftar pencarian orang) yang sampai sekarang tidak ada titik terangnya. Padahal, alamatnya jelas dan tinggal di Jakarta. Saya sudah capek, lelah, dan sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Semoga jeritan hatiku ini bisa didengar,” ucap Susanti.
Dalam hatinya, dia masih mengharapkan bahwa ada titik terang dalam kasusnya. Rumah yang dulunya dibelikan oleh Nardinata kini juga berada dalam sengketa.
“Saya berharap untuk bisa mendapatkan keadilan karena saya hidup di Indonesia dan ini adalah negara hukum. Jadi, saya memohon untuk dibantu,” ujarnya.
Writer: Izzatun Najibah
Editor: Dwi Lindawati