MALANG, Tugujatim.id – Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Tak sekadar lirik lagu, kisah ‘Si Budi Kecil’ dalam lagu Iwan Fals berjudul Sore Tugu Pancoran itu seolah kembali hidup, kembali menyeruak dalam realitas sosial masa kini. Kali ini, kisah Si Budi Kecil seakan melekat pada bocah kecil asal Malang, Dian Kurniawan (8). Dian, kerap kali berusaha mencari pundi-pundi rezeki dengan cara membantu peziarah membersihkan makam di Makam Kutobedah, Malang. Terutama saat bulan Ramadan tiba.
Ya, tradisi nyekar atau ziarah tabur bunga di makam leluhur menjadi tradisi orang Jawa yang terus berlangsung hingga hari ini. Tradisi itu selain dianggap membawa berkah, juga membawa rejeki bagi sebagian orang. Seperti halnya dialami para Juru Bersih Makam.
Juru Bersih Makam di Kota Malang, khususnya di TPU Kutobedah sudah jadi pemandangan biasa. Terlebih, di musim-musim tradisi nyekar seperti di jelang Bulan Suci Ramadan. Juru Bersih Makam kebanyakan adalah warga sekitar pekuburan yang menggantungkan rejeki dadakan dari keluarga para peziarah.
Tak hanya pria dewasa, kadang di momen-momen tertentu, juru makam bersih dadakan di TPU yang terletak di Kecamatan Kedungkandang ini juga dilakoni oleh anak-anak kecil. Mayoritas dari bocah-bocah ini biasanya datang dari latar belakang keluarga menengah ke bawah.
Seperti diakui bocah bernama Dian Kurniawan ini. Ia memang masih duduk di bangku kelas 5 SD, tapi semangatnya mencari nafkah sudah terdidik sejak dini.
”Ya cari uang, buat jajan,” ujarnya polos sambil terkekeh.
Bocah cilik ini mengaku sudah melihat peluang rejeki ini sedari duduk di bangku kelas 2 SD. Asalnya juga dari kampung sekitar. Di tengah era teknologi dan peradaban canggih saat ini, Dian terbilang anak kecil yang gigih dan pekerja keras jika dibandingkan dengan generasi muda beruntung sebayanya.
”Sudah sering sejak kelas 2 SD. Sore-sore gini pasti lari ke sini (kuburan) iseng nyari rezeki. Apalagi pas mau bulan puasa ini rame-ramenya,” kata dia.
Bermodal arit, sapu lidi dan semangat, dalam sehari bocah ini mengaku bisa mendapat rejeki antara Rp 50 hingga 100 ribu. Apalagi di saat momen-momen tradisi nyekar dilakukan seperti di jelang datangnya bulan puasa atau malam Jumat Legi, misalnya.
”Ini tadi sehari sudah dapat Rp 80 ribu, bersihin 5 makam. Kalau upahnya ya seikhlasnya orangnya, kadang dapat Rp 10 ribu, pernah juga dikasih Rp 100 ribu,” ungkapnya.
Selain dia, ada juga puluhan juru bersih makam cilik dadakan lainnya. Di antara mereka, juga ada yang berusia tua maupun masih muda. Di balik berkahnya sebuah tradisi dan sucinya bulan ramadan ini, ternyata berbuah manis juga bagi umat manusia sekitarnya.