MALANG, Tugujatim.id – Founder Lokal Preneur Indonesia Baskoro tidak mau berdiam diri melihat perekonomian masyarakat terpuruk pasca pandemi Covid. Karena itu, dia terus menebarkan kebaikan dengan menggelar aksi sosial agar guru ngaji, pekerja proyek, pekerja salon, hingga juru parkir (jukir) di Bondowoso, Jatim, bisa naik kelas dengan memperbaiki perekonomiannya melalui UMKM.
Founder Lokal Preneur Indonesia Baskoro merasa miris dan prihatin melihat teman-temannya kesulitan saat pandemi 2020. Selain temannya, masyarakat juga merasakan kondisi yang sama.
Tidak mau hanya berdiam diri, dia mengumpulkan masyarakat yang kesulitan ekonomi. Mulai guru ngaji, pekerja proyek, pekerja salon, hingga jukir di Bondowoso.
Dia menyasar guru ngaji karena mereka mengabdi tanpa digaji. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka bekerja sebagai pekerja proyek. Tapi, pandemi mempersulit mereka mencari nafkah.
“Saya memiliki tujuan sederhana, ingin teman-teman ini punya penghasilan,” kata Baskoro pada Rabu (31/05/2023).

Selain guru ngaji, dia mengatakan, ada pekerja salon, pekerja proyek, hingga jukir tak berpenghasilan selama pandemi. Karena itu, Baskoro beri mereka bantuan modal usaha agar bangkit lagi.
“Saya mendorong mereka memulai usaha baru. Tujuannya agar tidak tergantung pada pekerjaan sebelumnya,” katanya.
Dia memberikan mereka modal usaha. Mulai dari jual jajanan, bakso, warung kopi, hingga budi daya lele.
“Saya yakin yang belum punya kesempatan bangkit wujudkan mimpi, suatu saat percayalah dalam keadaan separah apa pun pasti ada peluang,” ucapnya.
Kegiatan Sosial Bikin Full Senyum Masyarakat
Program Lokal Preneur Indonesia yang digagas Baskoro itu berbuah manis dengan hasil positif karena bikin masyarakat full senyum. Salah satunya seperti yang dirasakan Suyanto, 45, guru ngaji asal Botolinggo, Bondowoso.
Dia mengaku telah memiliki tiga usaha lewat program Lokal Preneur Indonesia. Yakni penjualan sosis, bakso, hingga budi daya ikan lele.
“Saya masih ngajar ngaji sampai sekarang. Dulu memang ikhlas ngajar meski tidak digaji. Untuk kebutuhan sehari-hari, saya kerja proyek konstruksi tapi terimbas pandemi,” paparnya.

Dia tidak lupa bersyukur telah bertemu dengan Baskoro hingga menjadi penerima program Lokal Preneur Indonesia. Melalui program itu, Suyanto bisa mewujudkan cita-cita anaknya memiliki kendaraan pribadi.
“Alhamdulillah, keinginan anak saya terwujud punya motor sendiri,” ucap ayah dua anak itu.
Bahkan, Suyanto bikin program makan dan belanja gratis untuk masyarakat. Suyanto melakukannya sejak setahun yang lalu di kediamannya setiap Jumat.
Program lainnya yang dia jalankan yaitu belanja gratis di warung klontong sekitar delapan bulan terakhir. Jadi, Suyanto mendatangi salah satu warung klontong setiap Minggu untuk melaksanakan program itu.
Dia mengatakan, sebanyak sekitar 30 warga bisa berbelanja gratis di warung klontong.
“Saya sengaja membantu warung-warung di desa agar laris, bahkan juga desa sekitar. Ini sekarang banyak warung yang antre untuk program belanja gratis,” ujarnya.
Pengembangan Usaha dari Para Penerima Manfaat
Sementara itu, Cholil, 30, warga Tenggaran, Bondowoso, sekaligus penerima program Lokal Preneur Indonesia mengaku telah memiliki usaha warung kopi dan budi daya lele. Dia dulu adalah pekerja proyek di Surabaya. Tapi, sejak 2015 dia senang bisa berkarya di tanah kelahirannya.
“Saya punya usaha kopi dan ternak lele dan bisa bekerja dekat dengan keluarga. Saya memang punya mimpi memiliki usaha UMKM sendiri saat kerja proyek di Surabaya. Sekarang sudah terwujud setelah bertemu Pak Baskoro,” imbuhnya.
Senada, Siti Aminah, 33, warga Tegal Ampel, Bondowoso, yang juga penerima program ini bersyukur bisa memiliki usaha yang menjanjikan. Sebelumnya dia memiliki usaha salon. Tapi, usahanya berkembang karena telah memiliki bisnis lainnya yaitu budi daya ikan lele.
Aminah juga diberi kepercayaan untuk memasarkan hasil budi daya ikan lele dari teman-teman seperjuangannya.

“Saya juga memasarkan hasil panen lele teman-teman ini. Saya memasarkan di marketplace, permintaan lele sangat tinggi sampai kewalahan. Meski masih baru terjun, usaha ternak lele ini cukup menjanjikan dan potensial untuk meningkatkan perekonomian,” lanjutnya.
Sedangkan Farid Wibowo, 30, mantan jukir di Blindungan, Bondowoso, ngaku terbantu dengan program Lokal Preneur Indonesia. Dia kini memiliki usaha warung kopi dan berhenti menjadi jukir ruko.
“Gaji jukir ruko dulu sebulan Rp150 ribu. Kerjanya panas-panasan, kalau hujan ya kehujanan. Sekarang alhamdulillah punya warung kopi sendiri,” paparnya.
Farid mengaku bisa membantu kebutuhan sehari-hari orang tuanya melalui usaha warung kopi itu.
“Alhamdulillah, setidaknya bisa membantu orang tua,” ujarnya.
Dia membuka usaha warung kopi setiap malam. Selain itu, dia juga aktif membantu budi daya ikan lele dari teman-teman sesama penerima program pada siang harinya.
“Kalau siang bantu ternak lele sekalian belajar agar nanti bisa mengelolanya sendiri ketika sudah punya lahan,” ujarnya.