MALANG, Tugujatim.id – Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tanpa semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya.
Pada umumnya, tahapan penting dalam menjaga kesehatan reproduksi adalah ketika memasuki masa remaja. Sebab, remaja mengalami pubertas atau pematangan baik fisik maupun hormonalnya sehingga banyak perubahan yang terjadi pada dirinya, meliputi tanda-tanda seksual sekunder, kemampuan bereproduksi, perubahan hormonal, perubahan fisik, perubahan psikologis, dan sosialnya.
Masa remaja merupakan masa yang paling rawan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Pada fase ini, rasa keingintahuan remaja sangatlah tinggi sehingga mereka mencoba hal yang menarik bagi mereka tanpa memikirkan konsekuensi ke depannya.
Beberapa masalah yang rawan terjadi pada remaja mengenai kesehatan reproduksi adalah kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman sehingga mengakibatkan kematian dari ibu dan anak, depresi, infeksi menular seksual seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV) pelecehan seksual, infertilitas, dan keganasan seperti kanker leher rahim.
Baca Juga: Jembatan Silir Penghubung Antar Desa di Tuban Terputus, Warga Pasangi Pohon Tanda Bahaya
Karena itu, remaja harus didampingi dalam masa pertumbuhn serta harus mulai memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya. Psikoedukasi atau pemberian informasi merupakan salah satu cara untuk membantu meningkatkan pengetahuan serta dukungan untuk memproteksi diri.
Melalui penyuluhan kesehatan reproduksi, remaja mendapatkan informasi secara valid dan tidak lagi menganggap bahwa ini merupakan hal yang tabu.
Didasari hal tersebut, mahasiswa Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat melalui kegiatan KKN Tematik MBKM Peduli Stunting Universitas Negeri Malang (UM) bekerja sama dengan BKKBN melaksanakan kegiatan penyuluhan di SMAN 1 Puncu, Kabupaten Kediri, 23–30 Oktober 2023.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka stunting yang ada di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Kegiatan yang mengangkat tema “Batik Canting” atau Bersama Remaja Cerdik, Berperilaku Sehat untuk Cegah Stunting ini diikuti siswa-siswi kelas 12 SMAN 1 Puncu.
Materi yang diberikan dalam penyuluhan meliputi penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat, kesehatan reproduksi, pernikahan dini, dan PIK-R. Dalam penyuluhan, materi yang diangkat meliputi pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi, hygiene personal, serta sexual harassment.
Kegiatan diawali dengan perkenalan, penyebaran pre-test, dilanjutkan dengan pemberian materi, dan ditutup dengan pengerjaan post-test. Nah, pre-test dan post-test diberikan guna mengukur seberapa paham remaja mengenai materi yang diberikan.
Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, didapatkan bahwa ada peningkatan pengetahuan sekitar 9-15%. Dengan begitu, tim mahasiswa UM berharap dengan adanya kegiatan penyuluhan ini, pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi menjadi meningkat sehingga mereka bisa lebih peduli dan dapat menjaga diri sendiri dari hal yang tidak diinginkan.
Selain itu, harapannya informasi mengenai kesehatan ini bisa didapatkan dengan mudah dan valid sehingga masyarakat tidak lagi menganggapnya tabu.
Writer: Feni Yusnia
Editor: Dwi Lindawati