SURABAYA, Tugujatim.id – Sebagai bentuk kepedulian Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terhadap kaum buruh, kontribusi dalam aksi May Day atau Hari Buruh Nasional merupakan hal yang wajib mereka laksanakan. Selain dari KASBI Jatim dan serikat pekerja, organisasi ekstra parlemen mahasiswa seperti GMNI, PMII, LAMRI, dan lain-lain juga turut hadir. Ketua GMNI Unesa Amirul Hakim menegaskan, banyak buruh yang masih mendapat upah tidak layak dan jam kerja melebihi ketentuan.
“Upah tidak sesuai, jam kerja sangat tidak pas, bahkan ada jam kerja yang lebih dari kapasitas yang sudah ditentukan. Mungkin saya kira, masih dengan perjuangan sejak awal. Menolak UU Omnibuslaw, menuntut UU Omnibuslaw untuk dicabut karena sangat merugikan bagi kaum buruh,” terang mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Unesa, Sabtu (01/05/2021).
Selain itu, Amirul juga menyampaikan bahwa pihaknya menuntut kesejahteraan kaum buruh di Indonesia dicukupi. Selain itu, banyak poin yang perlu dikritisi ulang pada UU Omnibuslaw yang disahkan beberapa waktu lalu.
“Di peringatan May Day ini, teman-teman GMNI Unesa menuntut dari kesejahteraan buruh itu sendiri, di mana kemarin sudah disahkan UU Omnibuslaw. Banyak sekali poin-poin yang perlu dikritisi dari Disnaker Jatim sendiri, serta follow up dari Omnibuslaw masih sangat kurang,” imbuhnya.
Amirul memaparkan bahwa delegasi aksi dari GMNI Unesa ada 18 orang, tapi bila dari GMNI Surabaya total 25 orang yang turut memeriahkan aksi May Day bersama serikat buruh lainnya.
Di sisi lain, Amirul juga menyampaikan harapannya pada pemerintah agar lebih memperbaiki sistem kooperatif atau kerja sama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Harapannya agar pemerintah dapat kooperatif serta lebih mementingkan kesejahteraan buruh dan tidak membuat kebijakan yang merugikan. Buruh juga butuh kesejahteraan,” lanjutnya.
Apalagi, Amirul, banyak buruh yang terkena PHK di masa pandemi Covid-19 ini. Jadi, pemerintah perlu mencari inovasi penting untuk memperbaiki dan membantu kesejahteraan buruh dan rakyat.
“Pengangguran bertambah dan mencari pekerjaan pun susah. Buruh juga tidak mendapatkan apa yang sesuai dengan yang mereka kerjakan. Kalau sama seperti ini terus, bakal selamanya krisis ekonomi akan melanda para buruh di Indonesia,” ujarnya.