Tugujatim.id – Untuk kalian yang belajar mengenai psikologi, pasti sudah mengenal dan tidak asing dengan sosok Sigmund Freud. Salah satu penemu dan penggagas aliran Psikoanalisa yang begitu kontroversial, sampai menjadi bagian dari Grand Theory dalam kelimuan psikologi. Psikoanalisa merupakan bagian penting dari sejarah terbentuknya keilmuan psikologi yang kita pelajari sekarang di setiap perguruan tinggi.
Atau justru ada sebagian dari kalian yang baru mendengar nama itu? Kalau masih asing dengan nama itu, pasti kalian mengenal diskursus interpretasi mimpi, tafsir mimpi, atau semacam itu. Tafsir mimpi bagian dari upaya Sigmund Freud dalam memahami psikologis manusia yang begitu kompleks, tumpukan pengalaman masa lalu yang terpendam di bawah sadar (unconsciousness).
Mari kita kenal lebih jauh sosok Sigmund Freud. Ia adalah seorang psikolog yang berkebangsaan Austria. Asalnya dari Kota Wina, yang dulu sempat menjadi salah satu tempat tinggal dari komposer terkenal yaitu Ludwig van Beethoven. Mari kita kembali membahas Freud, lahir pada 06 Mei 1856 di Freigery sebuah kota kecil di Austria.
Pada tahun 1860, ketika Freud masih kecil dan berumur 4 tahun, diajak pindah oleh ibunya menuju Ibukota Austria, yaitu Kota Wina. Sebuah surga bagi para imigran yang ingin melangsungkan hidup di Austria. Saat Freud tinggal di Kota Wina, banyak gejolak yang terjadi di sana yang berkaitan dengan pemerintahan, kaum Yahudi, kekaisaran, idiologi dan sebagainya.
Freud sendiri lahir di keluarga yang beragama Yahudi. Namun Freud sendiri bukan orang yang taat dalam beragama, terbukti dari cara Freud yang tidak pernah sama sekali menjalankan apa yang diajarkan agamanya itu. Yang lebih pedih, calon pendiri aliran psikoanalisa itu menganggap bahwa agama hanya khayalan belaka. Namun, semua gejolak pemikiran Freud telah diakuinya lantaran unsur Yahudi yang diperoleh dari keluarganya itu. Kendati, kemudian Freud mengalami fase “antisemifisme” di Universitas Wina.
Lanjut di tahun 1873, Sigmund Freud sudah masuk di Universitas Wina. Kuliah di Fakultas Kedokteran, pencapaian yang begitu bagus. Sebagai mahasiswa yang bergelut dengan ilmu hayat, eksakta, Freud hampir tidak bisa memisahkan diri dari ilmu fisika. Energi dan dinamika yang mengalir dalam laboratorium ikut merasuk pada jiwa setiap sarjana. Kendati Sigmund Freud tetap memeroleh keuntungan dari mempelajari ilmu hayat itu.
Tahun 1881, Freud lulus dari Universitas Wina. Ia ternyata menjadi sosok peneliti yang begitu ‘advance’. Selalu mengamati berbagai persoalan dan mengkaji sesuatu dengan mendalam. Freud mempertahankan sikap ingin tahu dalam mengulik lebih jauh berbagai kegiatan ilmiah. Sebuah kehormatan, ia bisa bekerja sama dengan profesor-profesor internasional yang hampir semua merupakan kaum positivis dari luar Jerman yang meremehkan pemikiran metafisik.
Masuk pada tahun 1895, dalam beberapa momen merupakan tahap yang penting bagi Freud. Ia pertama kali berhasil melakukan analisis mimpi melalui usahanya sendiri. Selanjutnya menggunakan mimpi itu sebagai ‘injeksi irma’, model bagi interpretasi mimpi psikoanalisis saat dia menerbitkan karya agung berjudul ‘Interpretation of Dreams’. Pada musim gugur, ia mengerjakan konsep yang tidak pernah selesai dan tidak dipublikasikan yang dinamai ‘Project for a Scientific Psychology’.
Penemuan yang membuat nama Sigmund Freud menjadi populer adalah ‘psikoanalisa’. Istilah itu diciptakan olehnya sendiri saat tahun 1896. Psikoanalisa lahir dari sebuah praktik, bukan dari teori-teori yang kering. Ditemukan sebagai upaya untuk menyembuhkan pasien yang histeris, kemudian Freud menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuan di bidang praktisnya.
Proses pembentukan teori psikoanalisa yang disusun oleh Freud begitu panjang. Namun pada akhirnya, psikoanalisa dapat dipakai untuk beberapa keperluan dalam menjalankan kerja keilmuan psikologi.
Pertama, psikoanalisa sebagai teori kepribadian. Kedua, psikoanalisa sebagai teknik evaluasi kepribadian. Ketiga, psikoanalisa sebagai teknik terapi kepribadian. Namun, penulis ingin fokus membahas psikoanalisa sebagai teori kepribadian saja agar lebih ringan dibaca.
Psikoanalisa sebagai teori kepribadian. Tersusun dari 3 sistem atau aspek. Yaitu ‘id’ (aspek biologis), ‘ego’ (aspek psikologis) dan ‘super ego’ (aspek sosiologis). Dalam memahami teori kepribadian psikoanalisa ini, biasanya memakai analogi gunung es, yang mana ada 80% es terpendam di air dengan 20% terlihat di permukaan air. Analogi itu juga sering dipakai untuk menggambarkan prosentase alam sadar dan bawah sadar manusia.
Mulai dari ‘id’ yang lebih fokus pada aspek biologis manusia, pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan fisik dan hawa nafsu. Dalam ‘id’ ada unsur yang paling dominan, yaitu ‘eros’ dan ‘thanos’. Berbagai macam gejolak seksual, libido dan gairah manusia dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis ada dalam aspek ‘id’.
Kemudian ‘ego’ yang diartikan sebagai kesadaran yang dapat diarahkan sesuai kebutuhan si manusia. Merupakan dominasi kesadaran yang terbentuk dari fungsinya menjalani kehidupan. ‘Ego’ merupakan upaya untuk menawar dan mengontrol dominasi ‘id’ yang lebih condong pada hasrat seksual dan nafsu manusia. ‘Ego’ berupaya menjalin dan memelihara hubungan dengan dunia luar sebaik mungkin.
Selain itu, ada ‘super ego’ yang lebih terikat pada norma-norma sosial yang berlaku pada masyarakat sebagai upaya untuk membatasi berbagai keinginan, motif, dan itikad yang dihasilkan ‘id’ dan dikontrol oleh ‘ego’ pada diri setiap manusia. ‘Super ego’ berisi nilai-nilai dan moral dari kepribadian seseorang.
Agar lebih mudah dipahami, contoh dari ‘id’, ‘ego’ dan ‘super ego’ dalam kehidupan sehari-hari bagai upaya manusia mencari makan. Setiap manusia pasti merasa lapar, lapar merupakan kebutuhan dasar, kebutuhan fisik yang perlu dipenuhi agar tetap bertahan hidup dan tidak mati. Kebutuhan, nafsu atau keinginan untuk ‘makan’ merupakan bagian dari ‘id’.
Berikutnya, ‘ego’ bekerja untuk upaya pemenuhan kebutuhan itu. Bila manusia lapar, solusinya ialah mencari makan. Jadi, upaya apa saja yang dilakukan manusia itu untuk memenuhi dan mengenyangkan perutnya yang sedang lapar adalah bagian dari ‘ego’. Tugas ‘ego’ adalah memerintahkan diri untuk makan.
Setelah itu berlanjut ke ‘super ego’. Bekerja dalam mempertimbangkan, cara mencari makan yang baik dan tidak bertentangan dengan norma masyarakat. Bila mencari makan dengan mencuri, pasti seseorang itu akan habis dipukuli massa, lantaran ada norma yang berlaku bahwa ‘mencuri itu dilarang, berdosa dan haram’. Maka, ‘super ego’ perlu mencari makan dengan cara yang baik, salah satunya dengan ‘bekerja’ dan ‘mendapatkan uang’ untuk membeli makanan.
Itulah sekilas narasi soal psikoanalisa Sigmund Freud sebagai teori kepribadian manusia. Masih banyak yang dapat digali dari sosok Freud, pemikiran, idiologi, agama, dan berbagai silang-sengkarut konflik yang sempat dialaminya bersama ilmuwan-ilmuwan lain yang satu bidang atau di bidang lainnya. Apalagi kilasan pemikiran Freud sempat dipandang publik bahwa segala tindak-tanduk manusia dipengaruhi, didasarkan, bermotif dari unsur seksual, libido atau nafsu.
Freud meninggal pada 23 September 1939 di Hampstead, London, Britania Raya. Sigmund Freud hidup satu generasi dengan Carl Gustav Jung, Friedrich Wilhelm Nietzsche, Anna Freud, Jacques Lacan, Erik erikson, Karl Marx, dan lain-lain. Termasuk satu generasi juga dengan wanita yang dicintai Friedrich Wilhelm Nietzche, yaitu Lou Andreas Salome. (Rangga Aji/gg)