Oleh : Sulton Agi*
Tugujatim.id – Akhir-akhir ini banyak yang skeptis bahwa kaum milenial bisa membeli rumah khususnya di Indonesia. Benerkah kaum milenial susah beli rumah? Mengapa kesulitan membeli rumah? Untuk menjawab pertanyaan ini, banyak faktor yang membuat milenial kesulitan miliki rumah, salah satunya faktor gaya hidup yang konsumtif.
Selain konsumtif, masih ada faktor lain yang membuat milenial di Indonesia kesulitan membeli rumah. Misalnya pendapatan mereka yang masih relatif kecil dan kenaikan harga property. Permasalahan pendapatan dan kenaikan harga properti merupakan faktor penting sulitnya mendapatkan hunian bagi kaum milenial.
Menurut data Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Bank Indonesia, dalam satu dekade kenaikan harga hunian mencapai 39,7 persen. Sedangkan pendapatan rata-rata milenial di Indonesia berdasarkan data statistik pemuda Indonesia pada tahun 2019, rata-rata di bawah Rp 2 juta per bulan.
Hal itu dihitung berdasarkan tipe daerah. Daerah pedesaan rata-rata milenial di sana mendapatkan pendapatan di bawah Rp 2 juta per bulan, sedangkan di daerah perkotaan memperoleh pendapatan di atas Rp 2 juta. Rendahnnya pendapatan bulananan tersebut mengakibatkan milenial sulit membeli rumah, khususnya
Di tengah pendapatan yang relatif kecil tersebut, gaya hidup mereke cenderung tinggi. Seperti yang dibahas chanel YouTube lifepal bahwa anak-anak muda yang diwawancarai rata-rata melakukan hangout sebanyak 2 kali dalam seminggu.
Sekali hangout, mereka mengeluarkan uang sebeasar Rp 100 ribuan. Kemudian untuk nonton bioskop dalam waktu seminggu bisa 1 kali. Lalu pada akun YouTube ussfeed membahas pengeluaran bulanan anak milenial. Anak-anak milenial yang diwawancarai rata-rata mengeluarkan uangnya sebanyak Rp 6,7 jutaan untuk membeli barang-barang fasyen.
Dari hasil dua wawancara ini bisa disimpulkan bahwa anak-anak milenial terkesan konsumtif sehingga niat untuk membeli rumah bagi mereka semakin sulit.
*Penulis adalah peserta magang Tugu Media Group (TMG)