Tugujatim.id – Siapa sangka berawal dari hobinya semasa SD, ternyata kini menghantarkan Nadhifa Allya Tsana mengukir prestasi nasional hingga internasional. Dulu dara asal Jakarta ini tak ada siapa pun yang mengenalnya. Tapi, berkat novel berjudul “Geez dan Ann” yang luar biasa itu, kini namanya melejit dan terkenal bahkan sampai karyanya difilmkan. Seperti apakah kisahnya hingga bisa go international?
Film yang diangkat berdasarkan novel Nadhifa Allya Tsana itu disutradarai Rizki Balki dan ditayangkan di Netflix pada 2021. Novel Geez dan Ann yang mengisahkan komitmen sepasang kekasih ini viral dengan kehidupan milenial sehingga booming saat kali pertama peluncurannya.
Sebetulnya, Nadhifa Allya Tsana tak hanya menulis karya berjudul Geez dan Ann, setidaknya hingga kini dia sudah menulis sebanyak 7 buku. Salah satu buku yang terkenal lainnya di kalangan milenial adalah
“Buku Minta Dibanting”.
Buku ini menjadi teman untuk menemani kehidupan lajang yang berisi kumpulan puisi. Ikon “Buku Minta Dibanting” bernama Mblo dan Mblu sebagai bayangan pembaca yang lajang, kesepian, membutuhkan cinta, tapi tidak bisa apa-apa.
Buku ini berisi kata-kata manis yang menguatkan pembaca yang sedang jatuh cinta. Konsep “surat cinta” yang bisa dipotong juga diusung untuk memfasilitasi pembaca mengirim surat secara anonym kepada orang yang disuka.
Selain buku, Tsana juga memiliki podcast yaitu “Rintik Sedu” yang saat ini menjadi sosok teman bagi kehidupan milenial Indonesia. Rintik Sedu di Spotify sering menduduki trending pertama di Indonesia. Tentu saja itu tidak lepas dari kemampuan Tsana yang jago menghipnotis pembacanya berkat
keahliannya dalam mengolah kata.
Saat ini, Rintik Sedu memiliki jutaan pendengar dengan ratusan judul yang sudah dihasilkan. Bahkan, nama pena Rintik Sedu saja memiliki makna yang mendalam dan filosofis.
Tsana mengatakan, Rintik bermakna lebih ringan daripada hujan. Orang yang terkena
rintik akan lebih mudah kering daripada terkena hujan. Lalu, wanita cantik nan inovatif ini menambahkan, kata Sedu yang bermakna isakan dan tangisan kesedihan. Jadi, saat menikmati karya Tsana, kesedihan bisa mudah kering dan cepat berlalu.
Untuk topik podcast-nya tak jauh dari persoalan sehari-hari. Dia kerap menyesuaikan masalah
yang dialami pembacanya. Pada Juni 2020, Tsana ditawari oleh Spotify Global untuk membuat podcast
versi Bahasa Inggris. Prestasi di Indonesia yang diakui, saat ini akuisisi meluas menjadi go
internasional.
Untuk diketahui, Tsana sudah suka dunia menulis sejak masa SD. Saat memasuki SMP, dia setiap hari Jumat mengirim tulisannya di mading sekolah, meski jarang sekali dipajang.
“Ceritanya mungkin absurd, dan mungkin juga cerita saya yang ditempel di mading nggak ada yang membaca. Tapi, hal itu nggak menyurutkan rasa suka saya terhadap dunia menulis,” ucap Tsana di
salah satu channel YouTube-nya.
Berkat hobi yang ditekuni dari dulu dan konsistensinya menulis, dia dapat menghasilkan banyak karya. Merambah ke YouTube, saat ini Tsana juga membawa podcast-nya dalam bentuk video.
Kisah sehari-harinya pun menarik karena penyampaiannya membuat orang tertarik untuk mendengarkan sampai habis dan terhibur dengan konten-kontennya.