SURABAYA, Tugujatim.id – Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta. Di Surabaya, banyak didapati bangunan dengan ornamen arsitektur zaman Belanda atau sama halnya dengan Kota Tua yang berada di Jakarta. Selain itu, Surabaya juga menjadi jujukan warga dari berbagai wilayah untuk mencicipi kuliner, salah satunya lontong balap.
Kuliner lain yang patut dicoba yakni pecel semanggi. Pecel semanggi adalah salah satu jajanan tradisional dari Surabaya yang masih eksis di tengah perkembangan zaman.
Pecel semanggi berbahan dasar daun semanggi muda dan sayuran lain seperti kecambah atau kangkung. Daun semanggi muda yang sudah dibersihkan kemudian dikukus dan disajikan dengan daun pisang yang dibentuk segitiga atau disebut pincuk. Daun semanggi kemudian dituangi bumbu pecel.
Bumbu pecel semanggi berbeda dengan bumbu pecel pada umumnya. Bumbu pecel semanggi terbuat dari ubi, kacang tanah, gula merah, bawang, garam, dan cabai. Ubi memberikan tekstur yang berbeda sehingga hal tersebut yang membedakan antara bumbu pecel semanggi dengan bumbu pecel lainnya. Selain itu, pecel semanggi selalu disajikan dengan daun pisang dan pasangannya, yakni kerupuk puli.
Cara menikmatinya ada berbagai macam. Cara pertama adalah menggunakan sendok plastik untuk memakannya. Cara kedua yakni memakan pecel semanggi dengan sendok daun pisang. Sementara cara ketiga yaitu menggunakan kerupuk puli sebagai sendok untuk makan pecel semanggi.
Cara yang ketiga disebut-sebut paling nikmat. Hal tersebut dikarenakan dapat langsung menikmati pecel semanggi langsung dengan kerupuk puli.
Penjual pecel semanggi dapat ditemui di beberapa tempat umum di Surabaya terutama saat hari Minggu. Penjual pecel semanggi kebanyakan adalah ibu-ibu antara usia 35 hingga 60 tahunan yang biasanya menggunakan jarik atau sewek untuk membawa dagangannya.
Salah satu tempat yang terdapat banyak penjual pecel semanggi adalah Taman Bungkul Surabaya. Harga satu porsi pecel semanggi adalah Rp12.000, lengkap dengan krupuk pulinya.
Selain berjualan di tempat umum, pecel semanggi juga dapat ditemui di kampung Semanggi daerah Benowo yang berada di Surabaya bagian barat, dekat dengan perbatasan Gresik.
Disebut kampung Semanggi karena sebagian besar penjual pecel semanggi tinggal di daerah tersebut yang kemudian berjualan di tempat-tempat umum di Surabaya.
Dulu, kawasan Benowo merupakan daerah rawa yang mana banyak tumbuh tanaman pakis air atau yang disebut semanggi. Ibu-ibu di kawasan tersebut memetik daun semanggi dan mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan seperi sayur bening dan pecel semanggi.
Kemudian, mulailah untuk membawa pecel semanggi ke luar daerah Benowo hingga meluas ke penjuru Kota Surabaya. Rasa pecel semanggi diterima oleh banyak kalangan menjadikan pecel semanggi sebagai makanan khas Surabaya.