PASURUAN, Tugujatim.id – Sejumlah warga terdampak pencemaran limbah di Sungai Welang mendatangi Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan. Sebanyak sembilan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Kejayan itu datang ke Kantor DLH Kabupaten Pasuruan pada Kamis (23/11/2023). Mereka mempertanyakan terkait kepastian jadwal audiensi dengan pabrik Satoria Group.
Warga Desa Pacarkeling, Afandi (40) menyatakan bahwa tujuan warga datang sebenarnya ingin mempertanyakan jadwal pasti audiensi terkait persoalan Sungai Welang yang berbau busuk dan berubah warna dalam lima bulan terakhir.
Menurutnya, wacana audiensi ini sudah sempat diobrolkan sejak Pj Bupati Pasuruan, Andriyanto sidak ke Sungai Welang pada Sabtu, 28 Oktober 2023. “Pas Pj Bupati datang sidak itu sudah bilang kalau akan audiensi tapi kapan bisanya waktunya masih menunggu dari DLH,” ujar Afandi, pada Minggu (26/11/2023).
Namun hingga hampir satu bulan menunggu, Afandi mengaku tak mendapat kabar lebih lanjut dari pihak DLH Kabupaten Pasuruan. Dia bersama delapan warga lain pun sepakat mendatangi Kantor DLH Kabupaten Pasuruan dua hari lalu. Namun pada hari itu, mereka gagal menemui Kepala DLH Kabupaten Pasuruan, Heru Feriyanto.
Afandi menyebut bahwa kala itu mereka memang sudah ditemui oleh salah satu pegawai DLH Kabupaten Pasuruan. Menurutnya, pegawai itu mengatakan bahwa siang itu puncuk pimpinan DLH Kabupaten Pasuruan tidak berada di tempat. “Kita datang sekitar setengah satu, ditemui sama resepsionis, katanya Kepala DLH-nya keluar. Kita tunggu sampai jam tiga, gak ketemu juga, akhirnya pulang” ungkapnya.
Usaha warga untuk mendapat kepastian terkait jadwal audiensi pun tak membuahkan hasil. Afandi mengaku kecewa lantaran pihak DLH Kabupaten Pasuruan terkesan menunda-nunda pembahasan dengan warga terkait pencemaran limbah ini.
“Ya kita kecewa. Intinya warga merasa kok lama, gak segera dibahas, kesannya kayak diolor-olor. Yang tahu jadwalnya kan DLH, kalau pihak lain kayak kita kan cuma bisa menunggu kabar,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Yazid Bustomi yang juga rumahnya berada di samping Sungai Welang. Dia menyebut bahwa warga sebenarnya juga sudah tidak sabar untuk mengetahui hasil dari uji lab sampel yang sudah diambil sebanyak tiga kali. Baik hasil uji lab dari sampel yang diambil DLH Kabupaten Pasuruan, DLH Provinsi Jawa Timur, ataupun yang diambil saat sidak Pj Bupati Pasuruan.
“Setiap warga ke sana itu selalu jawabannya sama, tunggu dan tunggu, apa masalah ini dianggap biasa sama mereka ya?” tanya Yazid.
Yazid juga mengaku bahwa warga banyak yang merasa keluhannya tidak ditanggapi dengan serius oleh salah satu OPD pemerintah daerah yang berwenang di bidang lingkungan ini. Pasalnya, berulangkali warga berupaya mendatangi Kantor DLH Kabupaten Pasuruan, berkali-kali pula warga pulang dengan tangan hampa.
“Kemarin juga di kantor memang gak ada yang bisa ditemui, Menurut saya berarti keluhan warga bagi DLH sepertinya gak penting,” ucapnya.
Tugujatim.id sudah berusaha menghubungi Kepala DLH Kabupaten Pasuruan, Heru Fariyanto. Namun hingga berita ini ditulis, belum ada jawaban.
Sebelumnya, warga mencurigai aliran Sungai Welang tercemar limbah pabrik. Warga mengeluhkan air sungai yang berubah warna dan berbau tidak sedap, bahkan menyengat selama sekitar empat bulan terakhir.
Tidak hanya itu, menurut penuturan warga, sejumlah warga dan anak-anak desa setempat mengalami gatal-gatal usai mandi dan bermain di sungai. Sejumlah warga juga mengaku sempat menemukan sejumlah bangkai ikan yang mengambang di aliran sungai.
Sementara berdasarkan pantauan Tugujatim.id, masih ditemukan banyak busa di aliran Sungai Welang, terutama yang berada di bawah saluran pembuangan air limbah dari pabrik Satoria Group, ketika DLH Jatim turun mengambil sampel pada Jumat, 20 Oktober 2023.
PJ Bupati Pasuruan, Andriyanto juga mengaku mencium bau busuk menyengat di Sungai Welang saat sidak pada Sabtu, 28 Oktober 2023. Pria yang juga menjabat Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Jawa Timur ini menegaskan siap memberikan sanksi kepada manajemen pabrik Satoria Group apabila dari hasil lab terbukti kuat adanya pencemaran limbah.
Reporter: Laoh Mahfud
Editor: Lizya Kristanti