JEMBER, Tugujatim.id – Menelisik perjalanan karir Wakil Rektor (Warek) III Universitas Negeri Jember (Unej) Prof Drs Bambang Kuswandi MSc PhD yang lahir dan besar di Sumenep, Madura, hingga sampai di salah satu negara bagian terbesar di United Kingdom, Inggris.
Sejak lulus dari jenjang sekolah menengah atas (SMA), Warek III Unej Prof Bambang pergi meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan pendidikan strata pertama di Universitas Negeri Malang (UM).
“Saya kuliahnya di UM dulu, masih IKIP Malang namanya, jurusan kimia,” ujar Prof Bambang saat ditemui Tugu Media Group, Senin (12/08/2024).
Beberapa tahun dirinya lalui untuk belajar di Kota Bunga itu. Hingga selang satu tahun dirinya lulus pada 1993, Prof Bambang kembali terjun ke dunia akademik di Unej. Bukan untuk melanjutkan pendidikan, dia menjadi dosen di kampus yang ada di Kota Cerutu itu.
Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Prof Bambang untuk melanjutkan program pascasarjananya. Pada 1995, dia pergi ke Inggris untuk belajar dan menempuh program magister dan doktor.
“Di Manchester, mulai S-2 sampai S-3. 2000-an awal baru pulang, jadi saya di luar itu persis S-2 satu tahun, S-3 tiga tahun, persis empat tahun,” bebernya.
Berbekal beasiswa Technological and Professional Skills Development Sector Project (TPSDP), Prof Bambang mengarungi perjalanan akademik magister di University of Manchester. Sedangkan S-3, dia mendapat beasiswa dari Unej dan melanjutkan program doktor di kampus yang sama.
Selama menjadi mahasiswa doktor, dia tidak hanya sekadar kuliah, tapi juga menjadi mentor dan tutor bagi mahasiswa magister di University of Manchester.
“Oleh para dosen saya dikasih pekerjaan menilai tugas anak-anak master, dari situ dapat duit,” papar Prof Bambang.
Menurutnya, kuliah di mana saja sama, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tetapi, Prof Bambang menegaskan bahwa yang membedakan yaitu lingkungan.
“Terutama academic environment, hubungan kita dengan dosen, di sana memang kita lebih terbuka,” jelasnya.
Selain itu, perlengkapan yang mumpuni, mengantarkan Prof Bambang lulus program pascasarjana dengan cepat. Dia mampu menyelesaikan program magister selama setahun. Sedangkan program doktor dia selesaikan dua tahun sembilan bulan.
“Saya di Department Analytical Science and Instrumentation Chemistry, jadi lengkap semua peralatannya, itu kenapa saya bisa lulus dengan cepat. Jadi di S-2 saya setahun, S-3 saya tiga tahun kurang tiga bulan,” papar Prof Bambang.
Karena dapat menyelesaikan masa studi lebih cepat, sisa waktu tiga bulan digunakan Prof Bambang melanjutkan program pengembangan atau postdoctoral. Selama masa studi pascasarjananya, Prof Bambang tidak sendirian. Dirinya ditemani sang istri di usia pernikahan yang masih terbilang muda. Sembari menemani sang suami, istri Prof Bambang bekerja sebagai cleaning service.
“Saya bawa istri. Jadi waktu itu saya masih pengantin baru bawa istri ke sana. Yang kerja istri saya dan gajinya lebih besar dari beasiswa saya,” jelasnya.
Prof Bambang juga menjelaskan, di negara yang mendapat julukan The Land of Hope and Glory, istrinya bekerja dan digaji sebesar 70 Pound setiap jam. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, bahkan istrinya juga bekerja di akhir pekan. Di mana gaji yang didapat bisa lebih dari hari kerja biasanya.
“Jadi dia (istri Prof Bambang) kerja biasanya, dulu pernah kerja di rumah sakit, tapi yang paling cocok ini (cleaning service). Karena dia kerja saat orang tidak masuk kerja. Jadi saya bisa jaga anak-anak waktu itu karena baru lahir. Istri saya bekerja,” imbuhnya.
Selain itu, perjalanan panjang karirnya tidak terlepas dari sang motivator, yaitu mantan Rektor Unej Prof Kabul Santoso. Berkat gebrakan yang dilakukan Prof Kabul untuk menyeimbangkan antara bidang ilmu eksakta dan sosial, membuat Prof Bambang terlibat dalam menghadirkan dan mengembangkan beberapa bidang keilmuan di Unej. Salah satunya, Fakultas Farmasi Unej.
“Karena beliau ngasih tantangan-tantangan itu. Begitu saya pulang, you harus begini,” jelasnya.
Di masa itu pula, dosen-dosen muda didorong untuk melanjutkan studi di luar negeri.
“Bukan kita tidak menghargai yang di dalam. Sebenarnya kenapa didorong begitu supaya ada mindset yang berubah,” katanya.
Begitu kompleksitas dunia perkuliahan di luar negeri menjadi alasan kampusnya untuk mendorong dosen muda melanjutkan studi. Menurut dia, mengarungi pendidikan di luar negeri, selain tantangan bahasa yang harus dihadapi, untuk melakukan berbagai kegiatan harus dilakukan sendiri.
“Kalau di luar tantangannya luar biasa. Pertama tentu tantangan bahasa, belum lagi tantangan di luar itu kalau kita mau survive semuanya harus dilakukan sendiri, mindset berubah, jadi pekerjaan rumah kita kerjakan sendiri, memasak ya sendiri, semua, karena mau beli juga mahal di luar, tidak cukup beasiswanya,” paparnya.
Sehingga di generasinya mampu menghadirkan wajah baru Unej. Satu per satu bidang ilmu eksakta mulai hadir hingga rasionya menjadi seimbang dengan rumpun ilmu sosial.
“Bahkan lebih banyak eksaknya, hampir semua ada. Teknik ada, di bidang kesehatan ada Farmasi, Fasilkom, FMIPA, FKG, Keperawatan, Kesehatan Masyarakat,” ujar Prof Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Tugujatim.id
Writer: Diki Febrianto
Editor: Dwi Lindawati