Profesor UB Dorong Penerapan Kurikulum Kebencanaan sejak Dini, Tiru Sistem di Jepang

Kurikulum kebencanaan.
Ilustrasi bencana gempa bumi di Malang pada 2021. (Foto: Rubianto/Tugu Jatim)

MALANG, Tugujatim.id Bencana alam yang kerap melanda, mengakibatkan banyak dampak materiil maupun non materiil. Karena itu, perlu adanya penerapan kurikulum kebencanaan sejak dini untuk meminimalisasi kerugian.

Penerapan kurikulum kebencanaan ini pun sebenarnya sudah diterapkan di Jepang, apalagi mendapat porsi utama. Namanya School Watching untuk anak usia dini di sekolah dan Town Watching untuk umum.

Profesor Bidang Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya Prof Sukir Anto SSi MSi PhD dalam materinya menyampaikan bahwa Indonesia patut meniru Jepang soal kesadaran kebencanaan. Sebab, Indonesia juga menjadi kepulauan dengan risiko bencana tinggi.

“Ketika sadar bencana dimulai dari pendidikan TK dan SD, bakal menjadi budaya. Hal itu sudah tercipta di Jepang. Jadi ketika ada bencana, semua orang, termasuk anak-anak sudah paham apa yang dilakukan,” terang Sukir.

Penerapan kurikulum kebencanaan.
Profesor Bidang Mitigasi Bencana Universitas Brawijaya Prof Sukir Anto SSi MSi PhD saat menyampaikan materi. (Foto: UB Malang)

Dia melanjutkan, penanaman pendidikan karakter ini diyakini sekolah akan mewujudkan multifungsi sebagai pendidikan karakter dan shelter ketika terjadi bencana.

Prof Sukir pun memberikan saran kepada Pemerintah Indonesia sendiri untuk menerapkan Kurikulum Kebencanaan ini di sekolah-sekolah. Sebab, seorang anak juga bisa mengenali potensi bahaya akibat bencana tanpa harus menunggu arahan otoritas seperti terjadi selama ini melalui program School Watching.

”Karena masyarakat sudah paham bagaimana cara mengevakuasi dirinya sendiri ketika ada bencana,” terangnya.