MALANG – Sebuah kerangka atau tengkorak diduga kepala satwa karnivora jenis spesies dari bangsa (ordo) kucing besar ditemukan di aliran sungai Kali Metro, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Tengkorak ini ditemukan pada Jumat (4/9) malam, oleh seorang guru seni SMAN 3 Malang, Lulut Edi Santoso saat susur sungai mencari artefak peninggalan Kerajaan Kanjuruhan.
Tulang kepala saat ditemukan sudah tidak seratus persen utuh. Bagian rahang bawahnya hilang. Ditemukan di kedalaman sekitar 1 meter terjepit bebatuan di aliran Sungai Kali Metro. Ditaksir, umur tengkorak berkisar lebih dari 50 tahun.
Baca Juga: Pencemaran Mikroplastik Sungai Brantas Tinggi, Didominasi Limbah Rumah Tangga
Ada Dugaan Tengkorak Macan Tutul Jawa
Jika menilik struktur visual tulangnya, diduga jenis tengkorak ini bisa jadi milik Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) atau bahkan kepala Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica) yang kini sudah dinyatakan punah.
Kepala Seksi Wilayah VI Probolinggo Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, Mamat Suhimat menuturkan, kemungkinan besar tengkorak ini adalah milik macan tutul jawa yang statusnya kini kritis terancam punah (critically endangered).
“Kalau harimau jawa ini ukuran (tengkorak) terlalu kecil. Kemungkinan paling dekat macan tutul karena secara populasi disini masih ada, habitatnya ada di Gunung Kawi. Sungai ini kan hilir dari sungai disana,” ungkapnya kepada awak media, Senin (7/9).
Lebih lanjut, kepastian ini akan terungkap setelah dilakukan uji laboratorium oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor. Pihaknya juga melakukan rekonstruksi kronologi penemuan sebagai bahan materi penelusuran mengungkap jenis tengkorak ini.
”Harapan kami kesini dapat cerita dan kronologi persis penemuan tengkorak ini, kok bisa ujug-ujug baru ditemukan sekarang. Ini juga baru pertama kali. Nah ini bisa menjadi bahan penyelidikan kami,” terangnya.
Merunut catatan BBKSDA Jatim, populasi macan tutul jawa ini masih bisa dijumpai di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) juga tercatat dilaporkan warga pernah muncul di sekitaran kawasan Gunung Kawi dan Panderman.
Perihal jumlah populasi satwa predator ini sendiri belum bisa dipastikan lebih lanjut. Mengingat wilayah pengamatan dan pemantauan hewan konservasi dari BBKSDA hanya terbatas di Hutan Konservasi.
”Gunung Kawi itu hutan lindung milik Perhutani. Kita hanya tahu keberadaan populasi macan tutul hanya berdasar pada informasi warga di sana banyak ditemukan jejak dan kotorannya. Sama halnya di Cagar Alam Sempu,” pungkasnya. (azm/gg)