Oleh: Fajar Agastya
“Kabarkan berbagimu, lalu ketuk hati mereka yang berkecukupan untuk turut serta dengan penuh keikhlasan.”
Mungkin inilah yang selalu ada di benak Om Aqua Dwipayana, yang selama ini saya kenal dan ketahui selalu rajin mengabarkan aktivitas sosialnya. Saya yakin tidak ada niatan sedikit pun untuk “memamerkan” geraknya dalam mengasihi sesama.
Semua itu dilakukan dengan niat ibadah. Sepenuhnya karena Tuhan, bukan yang lain. Apalagi untuk menyombongkan diri dan bersikap riya.
Saya ingat, Om Aqua berkali-kali mengatakan sengaja mensyiarkan berbagai aktivitas sosialnya agar orang-orang yang membaca tulisan-tulisannya dan mendengarkan ceritanya membantu sesama tergerak ikut berbuat yang sama. Bahkan lebih dari itu.
Tanpa Om Aqua mensyiarkan aktivitas sosialnya, termasuk telah membiayai umroh ratusan orang, tidak mungkin teman-teman akrabnya yang merupakan pengusaha besar turut berpartisipasi sebagai donatur tetap. Rutin setiap tahun membantu.
Sebut saja nama sebagian di antara mereka. Seperti Direktur Utama PT Duta Anggada Realty Ventje Suardana, pengusaha kayu yang juga yang memproduksi pribiotik PRO EM•1 Johan Wijaya, serta pemilik banyak hotel di Yogyakarta yang juga punya Jogja City Mall dan Sleman City Hall di Sleman, Soekeno.
Tiga pengusaha besar itu meski non muslim, tapi rutin setiap tahun membantu sejumlah dana untuk mendukung gerakan umroh gratis yang diinisiasi Om Aqua sejak 2017 lalu. Bahkan, mereka yang menguatkan Om Aqua agar kegiatan positif itu rutin dilaksanakan setiap tahun. Mereka selalu siap membantu.
Tentunya masih ada nama-nama lainnya. Mereka para pendukung berbagai aktivitas sosial Om Aqua.
Anggap Angin Lalu
Tidak sekadar menyumbangkan sejumlah uang. Mereka itu juga yang menyarankan kepada Om Aqua agar menganggap angin lalu orang-orang yang nyinyir terhadap syiar berbagai aktivitas sosial tersebut.
Sedangkan Om Aqua sejak awal sudah bersikap seperti anjing menggonggong kafilah berlalu. Sama sekali tidak menggubris semua yang nyinyir tersebut.
“Orang seperti itu bukan level saya. Sehingga kenyinyirannya tidak perlu saya tanggapi. Hanya buang-buang energi saya. Insyaa Allah, saya tetap melaksanakan berbagai kegiatan sosial yang manfaatnya dirasakan banyak orang,” tegas Om Aqua suatu ketika.
Setiap mendengar nama Om Aqua, saya selalu teringat banyak wejangan almarhum ayahanda saya, Bapak M. Djupri. Menurut saya, beliaulah motivator andal bagi saya.
“Jadilah kantong bolong Petruk, Nak,” masih terngiang kalimat itu keluar dari mulut beliau.
Lalu saya tahu apa itu kantong bolong Petruk. Salah satu tokoh punokawan yang setia memberi nasihat pada para pandawa.
Jangan Takut Memberi
Ternyata filosofi dari kantong bolong Petruk adalah jangan takut memberi, “nulung marang sesama”. Seperti ibarat kantong yang berlubang, maka apa pun yang masuk ke dalam kantong yang diterima dari limpahan anugerah Tuhan akan mengalir terus ke sesama manusia.
Apa pun dampak positif ataupun negatif dari upaya yang Om Aqua lakukan dalam mempraktikkan kantong bolong Petruk ini, maka teruslah bergerak untuk sesama. Jangan pernah sedikit pun terpengaruh dengan suara-suara minor dari orang-orang yang iri hati dan dengki.
Apalagi dari waktu ke waktu termasuk selama pandemi Covid-19 ini semakin banyak orang yang perlu dibantu. Lakukan terus semua kegiatan positif yang sudah mendarah daging: membantu sesama tanpa pamrih.
Cuekin mereka yang masih nyinyir, karena pada dasarnya mereka perlu dikasihani sebab sikap negatifnya bakal berimbas pada mereka sendiri. Paling tidak menutup rezekinya.
Terima kasih banyak Om Aqua karena selama ini sudah banyak memberikan pelajaran dan pengalaman berharga kepada saya dan orang banyak. Alhamdulillah…
*Penulis adalah Reporter Metro TV di Malang, Jawa Timur.