PASURUAN, Tugujatim.id – Aktivitas vulkanis Gunung Bromo terpantau meningkat memasuki pada Desember 2024. Wisatawan dan warga diimbau waspada terhadap potensi bahaya akibat aktivitas vulkanis gunung berapi ini.
Berdasarkan data pers rilis yang diunggah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), peningkatan aktivitas kawah Gunung Bromo terpantau baik secara visual dan instrumental oleh petugas Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Bromo di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.
Pemantauan aktivitas vulkanis kawah Gunung Bromo terakhir dilakukan pada Rabu pagi (13/12/2023), pukul 06.00 WIB. Kawah Bromo mengeluarkan asap kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal yang pada umumnya disertai dengan muntahan material abu vulkanis.
Selain itu, dari hasil pengamatan kegempaan PVMBG masih merekam adanya tremor atau getaran secara menerus dengan amplitudo 0.5—1 mm. Bahkan, disertai pula terekamnya beberapa gempa vulkanis yang tercatat sudah 3 kali terjadi sejak awal Desember.
Selain itu, dari alat Borehole Tiltmeter untuk mengamati deformasi atau pergeseran tanah menunjukkan adanya inflasi atau peningkatan tekanan magma ke atas permukaan tubuh Gunung Bromo selama Desember.
“Hal ini menunjukkan adanya proses fluktuasi tekanan di dalam tubuh Bromo yang disertai oleh aliran fluida magmatik ke permukaan, dengan tekanan sedang kuat dari dalam kawah,” ujar Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam siaran pers yang diterima Tugujatim.id.
PVMBG memetakan sejumlah potensi bahaya yang bisa saja terjadi seiring peningkatan aktivitas vulkanis Bromo. Di antaranya, terjadi erupsi freatik (muntahan asap panas) dan erupsi magmatik.
Erupsi ini diperkirakan bisa melontarkan material abu, lontaran batu pijar, dan gas-gas berbahaya, hingga sejauh radius 1 kilometer dari pusat kawah.
“Berdasarkan hasil evaluasi secara menyeluruh, maka tingkat aktivitas Bromo masih pada Level Il atau waspada,” ungkapnya.
Warga yang tinggal di sekitar Bromo termasuk wisatawan dan pendaki diminta waspada terhadap letusan freatik yang bisa terjadi tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanis yang jelas. Warga dan wisatawan juga diimbau untuk menjauh dari kawah Bromo dengan radius minimal 1 kilometer.
“Tingkat aktivitas Bromo ini bisa dievaluasi kembali apabila ada perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan,” ujarnya.
Writer: Laoh Mahfud
Editor: Dwi Lindawati