MALANG – Anjuran pemerintah untuk tetap di rumah selama masa pandemi membuat sejumlah anak-anak muda di Kota Malang melakukan berbagai terobosan bisnis. Satu diantaranya yakni munculnya aplikasi untuk memenuhi kebutuhan belanja sayur-mayur dan sembako secara online. Di Dapur, nama aplikasinya.
Aplikasi ini baru saja lahir di tengah badai pandemi pada 26 Juni 2020 lalu. Diinisiasi anak-anak muda yang rata-rata merupakan alumnus UIN Malang. Berangkat dari kebutuhan pasar untuk berbelanja kebutuhan pokok, namun terganjal anjuran protokol pencegahan COVID-19.
”Saat itu kan anjuran pemerintah untuk #stayathome lagi gencar-gencarnya. Tapi di satu sisi kebutuhan pokok di rumah tetap harus dipenuhi. Menjembatani itu, kami buat aplikasi ini sebagai solusinya, belanja tanpa harus ke luar rumah,” ujar General Manager Di Dapur, Sholehuddin Ahmad, kepada tugumalang.id, Grup Tugu Jatim Senin (14/9).

Baca Juga: Mau Gaji Aman Hingga Akhir Bulan? Ikuti Langkah-Langkah Berikut ini!
Dalam aplikasi ini menyediakan banyak kebutuhan pokok, utamanya kebutuhan dapur seperti sayur-mayur, sembako, ayam, daging, ikan, bumbu dapur hingga buah-buahan. Menariknya, produk yang dijual sudah dikemas dengan plastik wrap. ”Dijamin segar, fresh dan higienis,” jamin pria yang akrab disapa Udin ini.
Soal harga, kata Udin dirasa cukup bersaing karena memiliki rate harga di bawah pasaran supermarket. Bermain di pasar menengah, Udin menjamin produk sembako yang dijajakannya telah melewati proses sortir, uji kualitas kontrol hingga pengemasan yang ketat.
”Memang kita agak mahal sedikit dibanding di pasar tradisional. Rate harga kita memang main di middle (menengah). Karena ada kualitas yang kami jaga,” katanya.
Ke depan, pihaknya berencana menjalin kerjasama langsung dengan petani sebagai tujuan memutus mata rantai distribusi makanan yang terlalu panjang. Saat ini, pihaknya masih kesulitan karena harus beli putus ke petani dalam jumlah banyak.
”Kita masih belum mumpuni kalau beli borong sebanyak itu. Semoga cita-cita memutus rantai tengkulak ini bisa terwujud kedepannya,” harapnya.
Sebab itu, Di Dapur membuka kesempatan luas bagi para petani untuk bermitra dengan aplikasi ini. Saat ini bahkan pihaknya sedang menyasar perluasan area operasional ke luar Kota Malang. ”Proyeksinya sih ke Surabaya paling tidak,” ujarnya.
Baca Juga: Pencemaran Mikroplastik Sungai Brantas Tinggi, Didominasi Limbah Rumah Tangga
Hingga saat ini, aplikasi ini menuai respon positif di masyarakat. Terbukti dalam sehari minimal ada 3 hingga 4 orderan masuk dengan rata-rata minimal order Rp 150 – 200 ribu. Dalam operasinya, Di Dapur juga tidak mematok minimal order. ”Biar hanya beli satu pack sayur, tetap akan kami antar,” tegasnya.
Aplikasi ini terbilang ringan, hanya 4,4 MB saja. Dapat diunduh di playstore. Anda bisa mudah dan leluasa memilih produk Di Dapur sesuai keinginan. Termasuk, anda juga bebas menentukan slot waktu pengiriman sesuai kebutuhan. Ada 4 slot pre-order yang disediakan mulai pagi hingga malam.
”Mekanisme pembayaran Di Dapur juga fleksibel, kok. Bisa bayar di tempat juga bisa melalui transfer bisa rekening,” tambahnya.
Kehadiran aplikasi ini diharapkan dapat mendukung upaya menekan laju penyebaran virus Sars-Cov-2 yang tak kunjung mereda. Beraktivitas di luar rumah saat ini masih berpotensi riskan untuk tertular.
”Semoga adanya aplikasi ini bisa memudahkan masyarakat membantu kebutuhan belanja mereka selama pandemi ini. Selain itu juga berperan penting mendukung anjuran protokol kesehatan COVID-19 untuk #stayathome,” tutupnya. (azm/gg)