MALANG, Tugujatim.id – Persebaran Covid-19 dan penyakit hepatitis akut belum tuntas, kini muncul kasus baru lagi. Ya, kasus virus cacar monyet atau yang juga disebut monkeypox ditemukan di sejumlah negara di benua Eropa dan Amerika. Di antaranya, Spanyol, Inggris, Portugal, Amerika Serikat, dan Kanada.
Penyakit ini umumnya diketahui berasal dari Afrika. Penyebaran virus hingga ke benua lain ini diduga merupakan akibat dari masyarakat bepergian ke negara-negara di benua tersebut. Apalagi, aturan pembatasan bepergian telah diringankan di beberapa negara dalam pandemi Covid-19 ini.
Melansir dari The Guardian, di Spanyol ada 23 orang yang menunjukkan gejala infeksi virus cacar monyet. Otoritas kesehatan di Spanyol juga telah mengeluarkan peringatan terhadap kemungkinan munculnya wabah monkeypox itu.
Menurut berbagai sumber, di Inggris sendiri kasus cacar monyet meningkat hingga dua kali lipat. Kasus pertama ditemukan pada 7 Mei 2022 dari seorang pasien yang sebelumnya bepergian ke Nigeria. Kini ada 20 kasus yang terkonfirmasi di negara tersebut.
Sedangkan di Portugal, dikonfirmasi terdapat 5 anak muda yang terpapar penyakit ini pada Rabu (18/05/2022). Selebihnya, ada 15 dugaan kasus yang sedang diselidiki di sekitar daerah Ibu Kota Portugal, Lisbon.
Untuk penyebaran di benua Amerika, 2 kasus cacar monyet ditemukan di Kanada di Kota Quebec dan di Amerika Serikat terdapat pria yang terkena virus ini setelah bepergian ke Kanada sebagaimana dinyatakan oleh otoritas kesehatan Massachusetts.
Sebagai informasi, melansir dari WHO, cacar monyet adalah penyakit virus zoonosis (virus yang menyebar melalui hewan) yang disebabkan oleh virus monkeypox dalam genus Orthopoxvirus.
Gejala Virus Cacar Monyet
Untuk gejala virus ini biasanya yang muncul demam, mengalami ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening, dan dapat mengakibatkan berbagai komplikasi medis. Gejala ini dapat bertahan selama 2-4 minggu, tapi tidak menutup kemungkinan penderita bisa mengalami kondisi fatal.
Hampir sama seperti Covid, cacar monyet dapat menular melalui kontak dekat dengan manusia atau hewan yang terinfeksi, yaitu melalui tetesan pernapasan, cairan tubuh, luka, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur.
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman melalui laporan Tribunnews, Indonesia perlu lebih waspada dengan proses skrinning yang diperkuat pada pintu masuk negara lain ke Indonesia.
“Sudah ada vaksinnya. Tapi tidak tersedia dengan banyak. Karena itu, saya kira untuk pelaku perjalanan Indonesia mau ke Afrika, siapa pun perlu diberikan vaksinasi ini,” tegasnya.
Selain itu, dia juga menyarankan untuk tetap menggunakan aplikasi PeduliLindungi untuk mendeteksi penyakit ini lebih dini.
“Bukan tidak lagi difungsikan setelah pandemi dicabut. Sejauh ini jangan panik, kasus jarang, tapi bukan tidak mungkin masuk. Kalau bisa dilakukan deteksi awal untuk bisa mencegahnya,” ujarnya.
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugujatim , Facebook Tugu Jatim ,
Youtube Tugu Jatim ID , dan Twitter @tugujatim