TUBAN, Tugujatim.id – Gelaran pelatihan dan mentoring jurnalis, Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch 3 terus bergulir. Pada hari kedua Rabu (22/9/2021) ini, rangkaian acara yang diinisiasi oleh Gerakan Wartawan Peduli Pedidikan (GWPP) dan didukung oleh PT Paragon Technology and Innovation ini mengupas peran pers sebagai infrastruktur pendidikan.
Salah satu mentor FJP sekaligus wartawan senior yang masih aktif menjadi pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat, Mohammad Nasir memberikan materi “Pers Menjadi Insfrastruktur Pendidkan”.
Menurutnya, dunia pendidikan tidak bisa berdiri sendiri dalam mengubah suatu keadaan. Melainkan harus ada pendukung lain untuk mengarah ke arah lebih baik. Salah satunya yakni media pers.
“Pers juga diharapkan menyampaikan informasi dari luar pendidikan dan dari dalam pendidikan untuk menyampaikan informasi penting, termasuk pencapaian-pencapaian bidang pendidikan,” kata Mohammad Nasir pada gelaran yang digelar melalui Zoom, Rabu (22/9/2021).
Wartawan senior Kompas tahun 1989-2018 ini menambahkan, media pers dibutuhkan sebagai infrastruktur penyebaran informasi dari berbagai arah dalam dunia pendidikan. Jaringan infrastruktur informasi menjadi sangat penting, terutama ketika pendidikan harus berkomunikasi dengan ekosistemnya.
“Perkembangan pendidikan dan kebudayaan global yang masuk ke tanah air dan mempengaruhi gaya hidup peserta didik di semua jenjang pendidikan,” ungkap Sekjen SMSI pusat ini.
Nah di sini, para wartawan yang bertugas di media-media yang membangun infrastruktur lewat rubrik, kanal, maupun program yang bertemakan pendidikan. Dengan demikian, berita-berita tentang pendidikan dapat tersebar di kalangan pendidikan dan masyarakat luas non-pendidikan.
“Di sini dunia pendidikan membutuhkan wartawan yang bekerja keras, dan militan dalam mengarus-utamakan berita-berita isu-isu pendidikan, gigih dalam mengusulkan berita pendidikan, serta menguasai konten bidang pendidikan,” ungkapnya.
Wartawan Spesialis Pendidikan
Menjadi wartawan pendidikan, atau paling tidak menjadi wartawan peduli pendidikan. Pers dibutuhkan untuk menyuarakan dan mengamplifikasi, mengorkestrasi pendidikan melalui media serta jutaan orang yang berada di dunia pendidikan serta masyarakat yang punya kepentingan dengan pendidikan akan membaca dan menyebarluaskan, memviralkan.
“Hampir seluruh penduduk Indonesia berkepentingan dengan pendidikan karena banyak yang sepakat bahwa pendidikan adalah human capital, tangga untuk menaiki derajat kehidupan,” terangnya.
Menurutnya, dunia pendidikan bagaikan hutan yang luas. Sebagai wartawan, ia mengajak insan pers tidak terperangkap di dalamnya. Di mana menurutnya banyak wartawan di desk pendidikan yang terperangkap hanya menulis itu-itu saja, seputar penerimaan siswa, dan mahasiswa baru, atau rayoninasasi masuk sekolah.
“Padahal materi pendidikan luas sekali dan bisa ditulis dengan beragam angle, dengan kedalaman yang mampu mengungkap informasi yang sebelumnya tidak dipikirkan masyarakat,” tandasnya.